Malang, (Antara) - Biokompos yang menggunakan Teknologi Pengontrol Suhu (TCB) ciptaan lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang lebih hemat dan efektif, kata Suroto, Ketua Tim Peneliti dari perguruan tinggi tersebut.
Biokompos yang dibuat oleh tim peneliti dan diberi merek dagang "Poncokusumo Fertilizer" itu berbeda dengan biokompos produk lain, kata Suroto di Malang, Kamis.
"Jika secara konvensional kotoran kambing Ettawa yang sudah dicampur Mikroba Pengurai (EM4)itu ditutup dengan terpal, namun pada produk kami diolah dengan menggunakan suhu yang dihasilkan dari lampu pijar," kata Suroto menjelaskan.
Kelima mahasiswa dari FTP UB yang menciptakan Biokompos dengan menggunakan sistem "Temperature Control Bioreactor (TCB)" itu adalah Suroto, Hernadi Septoaji, Vagga Satria, Roshia Wulandari, dan Arifudin.
Lebih lanjut Suroto mengatakan untuk menghasilkan suhu yang dibutuhkan, tim peneliti menggunakan enam lampu pijar yang masing-masing menghasilkan energy 25 watt. Untuk mengatur agar sesuai dengan suhu yang diinginkan yaitu 40 derajat celcius, mereka menggunakan Thermostat.
Menurut Suroto, suhu yang dihasilkan dari enam lampu tersebut diatur dengan Tehrmostat hingga mencapai 40 derajat celcius. Karena menggunakan suhu, maka proses jadi produk Biokompos akan lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional.
Jika menggunakan cara konvensional proses jadi membutuhkan waktu 45 hari atau satu setengah bulan. Sedangkan dengan teknologi TCB hanya membutuhkan waktu 14 hari.
Ia mengemukakan kandungan yang ada pada produk Biokompos hasil penelitiannya bersama tim tersebut sudah diuji di laboratorium dan sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk pupuk.
Suroto mengatakan bahwa saat ini biokompos yang diproduksi tersebut sudah dijual di pasaran dengan merek dagang Poncokusumo Fertilizer, bahkan pihaknya kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar yang rata-rata mencapai tiga ton/hari, padahal produksi yang dihasilkan baru 2,5 ton per hari.
Untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi itu, katanya, pihaknya "mengimpor" bahan baku dari Dampit yang penduduknya juga banyak beternak kambing Ettawa.
Harga jual pupuk Poncokusumo Fertilizer di pasaran lebih murah dibandingkan dengan biokompos lain, yakni hanya Rp5.000 per lima kg. Sedangkan pupuk biokompos lainnya seharga Rp7.500 per lima klogram.
Selain itu, kandungan yang terdapat dalam pupuk yang dihasilkan para mahasiswa tersebut terdiri dari N mencapai 1,18 persen, P 558 MG/100 gram, K 1.795 MG/100 gram serta Ph hanya 7-8.
"Untuk mengamankan produk ini, kami sudah mengajukan hak paten dan saat ini masih dalam proses," ujarnya. (*/sun)