Jakarta, (ANTARA) - Ketua umum Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) Refrizal mengimbau para perantau Minang yang tersebar di seluruh Tanah Air untuk segera bangkit dari segala keterbatasan dan kesulitan yang dihadapi akibat pandemi COVID-19.
"Kita masih dalam bulan Suci Ramadhan dan semua dinilai ibadah oleh Allah. Semoga COVID-19 ini cepat berakhir dan kita segera bangkit setelahnya," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut mengajak semua pihak untuk yakin bahwa setelah adanya kesulitan pasti ada kemudahan sebagaimana tercantum dalam Al Quran. Apalagi, orang Minang pada hakikatnya sudah biasa hidup dengan tantangan. Contohnya, saat tidak ada modal, mereka akan berusaha keras hingga akhirnya mendapatkan modal.
"Dengan berusaha keras, orang Minang akan bisa bangkit setelah COVID-19," ujar Refrizal yang juga anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI tersebut.
Selain itu, ia juga mencontohkan pengalaman pribadi saat awal-awal menginjakkan kaki di Tanah Jawa yang dimulai dengan menjual koran. Secara perlahan dan didukung semangat yang gigih ia membuktikan sukses bisa diraih setiap orang dari keterpurukan.
Ia mengakui para perantau yang berdagang terutama di zona merah, seperti Jakarta cukup terdampak akibat pandemi COVID-19. Kondisi tersebut berimbas langsung pada pemasukan mereka.
Melihat kondisi tersebut ia menyarankan agar para perantau bisa memanfaatkan teknologi informasi, yakni berjualan secara daring atau melalui e-commerce. "Pada situasi saat ini kita harus bisa berpikir luas. Sebagai contoh memanfaatkan jual beli online agar dagangan tetap jalan," katanya.
Sementara itu, salah seorang perantau asal Sumatera Barat Yandri turut merasakan dampak dari pandemi COVID-19 yang sudah terjadi sekitar dua bulan terakhir. "Saya sudah berjualan sejak 2013. Namun, badai corona seakan menghapus mata pencarian yang saya geluti untuk kebutuhan keluarga," katanya.
Melihat ketidakpastian akibat pandemi COVID-19, ia memutar otak untuk mencari peluang agar dagangannya bisa dijual terutama saat Ramadhan.
Ia bersama istri akhirnya memutuskan untuk berjualan secara daring dengan memanfaatkan aplikasi e-commerce atau perdagangan elektronik. "Alhamdulillah saya masih bisa mencari nafkah. Sementara di luar sana banyak orang tidak bisa bekerja di tengah pandemi ini," katanya. (*)
"Kita masih dalam bulan Suci Ramadhan dan semua dinilai ibadah oleh Allah. Semoga COVID-19 ini cepat berakhir dan kita segera bangkit setelahnya," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut mengajak semua pihak untuk yakin bahwa setelah adanya kesulitan pasti ada kemudahan sebagaimana tercantum dalam Al Quran. Apalagi, orang Minang pada hakikatnya sudah biasa hidup dengan tantangan. Contohnya, saat tidak ada modal, mereka akan berusaha keras hingga akhirnya mendapatkan modal.
"Dengan berusaha keras, orang Minang akan bisa bangkit setelah COVID-19," ujar Refrizal yang juga anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI tersebut.
Selain itu, ia juga mencontohkan pengalaman pribadi saat awal-awal menginjakkan kaki di Tanah Jawa yang dimulai dengan menjual koran. Secara perlahan dan didukung semangat yang gigih ia membuktikan sukses bisa diraih setiap orang dari keterpurukan.
Ia mengakui para perantau yang berdagang terutama di zona merah, seperti Jakarta cukup terdampak akibat pandemi COVID-19. Kondisi tersebut berimbas langsung pada pemasukan mereka.
Melihat kondisi tersebut ia menyarankan agar para perantau bisa memanfaatkan teknologi informasi, yakni berjualan secara daring atau melalui e-commerce. "Pada situasi saat ini kita harus bisa berpikir luas. Sebagai contoh memanfaatkan jual beli online agar dagangan tetap jalan," katanya.
Sementara itu, salah seorang perantau asal Sumatera Barat Yandri turut merasakan dampak dari pandemi COVID-19 yang sudah terjadi sekitar dua bulan terakhir. "Saya sudah berjualan sejak 2013. Namun, badai corona seakan menghapus mata pencarian yang saya geluti untuk kebutuhan keluarga," katanya.
Melihat ketidakpastian akibat pandemi COVID-19, ia memutar otak untuk mencari peluang agar dagangannya bisa dijual terutama saat Ramadhan.
Ia bersama istri akhirnya memutuskan untuk berjualan secara daring dengan memanfaatkan aplikasi e-commerce atau perdagangan elektronik. "Alhamdulillah saya masih bisa mencari nafkah. Sementara di luar sana banyak orang tidak bisa bekerja di tengah pandemi ini," katanya. (*)