Padang Panjang, (ANTARA) - Seorang dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Panjang, Sumatera Barat dr Dessy Rahmawati menceritakan pengalamannya menuju kesembuhan usai dinyatakan positif COVID-19 pada Kamis (30/4) lalu.
Dalam keterangannya yang dirilis Dinas Komunikasi dan Informatika Padang Panjang, Rabu, dr Dessy mengatakan bahwa ketika pertama kali dinyatakan positif COVID-19 dan perjalanannya menuju sembuh adalah pengalaman yang memberi rasa haru, namun membawa hikmah lebih mendekatkannya pada Sang Pencipta.
Saat dihubungi oleh dokter spesialis paru RSUD Padang Panjang pada Kamis (30/4) pukul 22.00 WIB, dirinya merasa berat mendapat informasi bahwa hasil pemeriksaan swabnya positif.
Ia ingat sebelumnya pada 23 April 2020, dirinya kontak dengan NS pasien asal Kabupaten Tanah Datar yang dinyatakan positif COVID-19 sehingga kemudian mengharuskannya mengikuti pemeriksaan swab.
Ternyata tidak hanya dirinya, hasil pelacakan kontak tenaga kesehatan dengan pasien NS dan tenaga kesehatan dengan rekan kerja di rumah sakit membuat 70 orang tenaga kesehatan dan petugas keamanan harus mengikuti swab.
"Hasil yang pertama kali keluar adalah 13 orang positif. Saat itu rasanya berat karena terpikir pula bagaimana dengan anggota keluarga yang berkontak dengan saya," ujarnya.
Tidak hanya itu, baginya terasa makin berat karena juga terpikir bagaimana kondisi rekan kerja di klinik miliknya.
"Namun syukurlah belakangan diketahui setelah pemeriksaan swab ternyata semuanya negatif COVID-19," katanya.
Ketika berkemas untuk menjalani isolasi di RSUD usai kabar positif COVID-19, keluarganya memberi semangat serta tetap sabar dan yakin bahwa dirinya segera sembuh.
"Hari-hari awal di ruang isolasi bagi saya penuh dengan rasa sedih. Namun kami saling memberi dukungan. Proses ini membuat saya menjadi lebih banyak berdoa, berzikir, lebih sabar, berpikir positif dan lebih mendekatkan diri pada Allah," ujarnya.
Dalam masa isolasi dr Dessy bersama rekannya yang lain patuh mengikuti terapi obat-obatan sesuai resep yang diberikan dokter dan mengikuti pola makan sesuai kebutuhan tubuh dan gejala masing-masing.
"Alhamdulillah usaha dan doa itu berbuah manis. Hasil tes swab ke dua dan tiga 10 tenaga kesehatan negatif sehingga kami dinyatakan sembuh dari COVID-19 pada 12 Mei 2020," katanya.
Meski kini sembuh, masih ada ganjalan di hatinya karena masih ada 12 orang terdiri dari tenaga kesehatan dan keluarga yang masih harus menjalani isolasi dan menunggu jadwal pemeriksaan swab lanjutan.
Pengalaman yang dialaminya diharapkannya menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa dalam kondisi wabah saat ini hendaknya mampu menahan diri untuk tidak beraktivitas di luar rumah jika bukan untuk keperluan penting dan mendesak.
Selain itu masyarakat diharapkan memberikan informasi yang benar ketika hendak berobat dan jika baru kembali dari daerah terpapar, hendaknya dengan kesadaran sendiri menjalani isolasi mandiri untuk mencegah kemungkinan penularan virus.
Karena masih adanya kasus baru positif COVID-19, ia berharap pemerintah pusat dan daerah harus sejalan dalam menentukan kebijakan terutama mengenai rencana PSBB dilonggarkan karena dikhawatirkan justru menambah kasus sehingga wabah tidak akan usai.
"Yang juga tidak kalah penting, jangan kucilkan pasien positif COVID-19 dan keluarganya karena hal itu menambah tekanan bagi mereka," katanya. (*)
Dalam keterangannya yang dirilis Dinas Komunikasi dan Informatika Padang Panjang, Rabu, dr Dessy mengatakan bahwa ketika pertama kali dinyatakan positif COVID-19 dan perjalanannya menuju sembuh adalah pengalaman yang memberi rasa haru, namun membawa hikmah lebih mendekatkannya pada Sang Pencipta.
Saat dihubungi oleh dokter spesialis paru RSUD Padang Panjang pada Kamis (30/4) pukul 22.00 WIB, dirinya merasa berat mendapat informasi bahwa hasil pemeriksaan swabnya positif.
Ia ingat sebelumnya pada 23 April 2020, dirinya kontak dengan NS pasien asal Kabupaten Tanah Datar yang dinyatakan positif COVID-19 sehingga kemudian mengharuskannya mengikuti pemeriksaan swab.
Ternyata tidak hanya dirinya, hasil pelacakan kontak tenaga kesehatan dengan pasien NS dan tenaga kesehatan dengan rekan kerja di rumah sakit membuat 70 orang tenaga kesehatan dan petugas keamanan harus mengikuti swab.
"Hasil yang pertama kali keluar adalah 13 orang positif. Saat itu rasanya berat karena terpikir pula bagaimana dengan anggota keluarga yang berkontak dengan saya," ujarnya.
Tidak hanya itu, baginya terasa makin berat karena juga terpikir bagaimana kondisi rekan kerja di klinik miliknya.
"Namun syukurlah belakangan diketahui setelah pemeriksaan swab ternyata semuanya negatif COVID-19," katanya.
Ketika berkemas untuk menjalani isolasi di RSUD usai kabar positif COVID-19, keluarganya memberi semangat serta tetap sabar dan yakin bahwa dirinya segera sembuh.
"Hari-hari awal di ruang isolasi bagi saya penuh dengan rasa sedih. Namun kami saling memberi dukungan. Proses ini membuat saya menjadi lebih banyak berdoa, berzikir, lebih sabar, berpikir positif dan lebih mendekatkan diri pada Allah," ujarnya.
Dalam masa isolasi dr Dessy bersama rekannya yang lain patuh mengikuti terapi obat-obatan sesuai resep yang diberikan dokter dan mengikuti pola makan sesuai kebutuhan tubuh dan gejala masing-masing.
"Alhamdulillah usaha dan doa itu berbuah manis. Hasil tes swab ke dua dan tiga 10 tenaga kesehatan negatif sehingga kami dinyatakan sembuh dari COVID-19 pada 12 Mei 2020," katanya.
Meski kini sembuh, masih ada ganjalan di hatinya karena masih ada 12 orang terdiri dari tenaga kesehatan dan keluarga yang masih harus menjalani isolasi dan menunggu jadwal pemeriksaan swab lanjutan.
Pengalaman yang dialaminya diharapkannya menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa dalam kondisi wabah saat ini hendaknya mampu menahan diri untuk tidak beraktivitas di luar rumah jika bukan untuk keperluan penting dan mendesak.
Selain itu masyarakat diharapkan memberikan informasi yang benar ketika hendak berobat dan jika baru kembali dari daerah terpapar, hendaknya dengan kesadaran sendiri menjalani isolasi mandiri untuk mencegah kemungkinan penularan virus.
Karena masih adanya kasus baru positif COVID-19, ia berharap pemerintah pusat dan daerah harus sejalan dalam menentukan kebijakan terutama mengenai rencana PSBB dilonggarkan karena dikhawatirkan justru menambah kasus sehingga wabah tidak akan usai.
"Yang juga tidak kalah penting, jangan kucilkan pasien positif COVID-19 dan keluarganya karena hal itu menambah tekanan bagi mereka," katanya. (*)