Parit Malintang (ANTARA) - Warga Nagari Bisati, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat pada tahun ini tidak menggelar pawai obor dalam menyambut ramadhan meski sekarang pandemi COVID-19, namun tetap melaksanakan kegiatan inti yakni membaca tahlil dan tahmid.
"Pawai obor memang tidak dilaksanakan warga namun kegiatan intinya tetap dilaksanakan di masjid," kata Wali Nagari Bisati Firdaus di VII Koto, Selasa malam.
Kegiatan inti yang dimaksud yaitu membaca tahlil dan tahmid yang hanya diikuti oleh tokoh agama setempat yang jumlahnya sekitar 10 orang.
Hal tersebut memang berbeda dengan kegiatan yang biasanya dilakukan oleh warga di daerah itu setiap tahunnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan yaitu berjalan kaki sekitar tiga kilometer serta membaca tahlil dan tahmid sambil memegang obor dari bambu.
Kegiatan tersebut, lanjutnya biasanya diikuti oleh ratusan orang di daerah itu pada Selasa malam atau Jumat malam sebelum memasuki bulan suci ramadhan sehingga menjadi objek wisata yang menarik untuk diikuti.
"Beberapa hari yang lalu tokoh agama memang memberitahukan saya terkait kegiatan ini, namun saya minta kegiatannya tidak mengikutsertakan banyak orang, mereka pun menyetujui" katanya.
Ia menjelaskan penggunaan obor pada kegiatan tersebut yaitu untuk menerangi jalan ketika menelusuri jalan nagari sambil membacakan pujian-pujian dan doa kepada Allah Swt.
Namun, lanjutnya metode tersebut justru menarik minat warga untuk mengikutinya sehingga kegiatan itu terus dipertahankan.
Pihaknya berharap pandemi COVID-19 segera berakhir sehingga aktivitas warga dapat berjalan seperti biasa.
Sebelumnya warga Nagari Bisati, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman menggelar prosesi ratik tolak bala dengan berjalan kaki sambil membawa obor sejauh tiga kilometer guna menyambut bulan suci Ramadhan 1440 Hijriah.
"Ini merupakan kearifan lokal yang pelaksanaannya kami agenda setiap tahun," kata Wali Nagari Bisati, Kecamatan VII Koto Firdaus saat ratik tolak bala di VII Koto, Selasa malam. (*)
"Pawai obor memang tidak dilaksanakan warga namun kegiatan intinya tetap dilaksanakan di masjid," kata Wali Nagari Bisati Firdaus di VII Koto, Selasa malam.
Kegiatan inti yang dimaksud yaitu membaca tahlil dan tahmid yang hanya diikuti oleh tokoh agama setempat yang jumlahnya sekitar 10 orang.
Hal tersebut memang berbeda dengan kegiatan yang biasanya dilakukan oleh warga di daerah itu setiap tahunnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan yaitu berjalan kaki sekitar tiga kilometer serta membaca tahlil dan tahmid sambil memegang obor dari bambu.
Kegiatan tersebut, lanjutnya biasanya diikuti oleh ratusan orang di daerah itu pada Selasa malam atau Jumat malam sebelum memasuki bulan suci ramadhan sehingga menjadi objek wisata yang menarik untuk diikuti.
"Beberapa hari yang lalu tokoh agama memang memberitahukan saya terkait kegiatan ini, namun saya minta kegiatannya tidak mengikutsertakan banyak orang, mereka pun menyetujui" katanya.
Ia menjelaskan penggunaan obor pada kegiatan tersebut yaitu untuk menerangi jalan ketika menelusuri jalan nagari sambil membacakan pujian-pujian dan doa kepada Allah Swt.
Namun, lanjutnya metode tersebut justru menarik minat warga untuk mengikutinya sehingga kegiatan itu terus dipertahankan.
Pihaknya berharap pandemi COVID-19 segera berakhir sehingga aktivitas warga dapat berjalan seperti biasa.
Sebelumnya warga Nagari Bisati, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman menggelar prosesi ratik tolak bala dengan berjalan kaki sambil membawa obor sejauh tiga kilometer guna menyambut bulan suci Ramadhan 1440 Hijriah.
"Ini merupakan kearifan lokal yang pelaksanaannya kami agenda setiap tahun," kata Wali Nagari Bisati, Kecamatan VII Koto Firdaus saat ratik tolak bala di VII Koto, Selasa malam. (*)