Padang (ANTARA) - Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Farilla Ilmi Kampung KB Bangau Putih, Kelurahan Parupuk Tabing, Kecamatan Koto tangah, Padang, Sumbar mengolah sampah menjadi produk unggulan yang bernilai jual.
Pengelola PKBM Farilla Ilmi Amaniarti, di Padang, Sabtu mengatakan produk tersebut merupakan hasil kreativitas para ibu-ibu yang tergabung dalam PKBM.
Sejumlah produk yang dihasilkan dari daur ulang sampah tersebut berupa tas dijual dengan harga Rp100.000, aksesori Rp3.000, kotak pensil Rp35.000 sampai Rp50.000, sendal Rp35.000 dan beberapa produk lainnya.
"Produk tersebut merupakan hasil daur ulang sampah plastik seperti bekas bungkusan detergen, botol minum bekas, dan lain sebagainya," kata dia.
Ia beserta teman-teman lainnya mulai aktif melakukan daur ulang sampah sejak Mei 2019.
"Berawal dari keresahan saya melihat tumpukan sampah di sepanjang jalan. Sehingga saya mulai berpikir bagaimana caranya supaya tumpukan sampah itu bisa berkurang," kata dia.
Ide untuk melakukan daur ulang sampah juga berasal dari banyaknya jumlah pemulung di tempatnya yaitu di Kampung KB Bangau Putih, Kelurahan Parupuk Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumbar.
Kemudian ia membeli sampah para pemulung dan mulai melakukan daur ulang dari sampah-sampah tersebut.
"Awalnya hanya autodidaktik, setelah itu masyarakat setempat mulai banyak yang tertarik. Sehingga kita coba menghadirkan pelatih, dan sampai saat ini akan difokuskan sebagai usaha," ujar dia.
Menurutnya dengan adanya kegiatan demikian tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA), namun juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
Ia berharap pemerintah berperan aktif mengajak masyarakat di Kota Padang untuk memakai produk daur ulang sampah, sehingga bisa menambah semangat para perajin.
"Karena persoalannya saat ini ialah produk hasil daur ulang sampah tersebut masih belum terlalu diminati di pasaran," kata dia.
Pengelola PKBM Farilla Ilmi Amaniarti, di Padang, Sabtu mengatakan produk tersebut merupakan hasil kreativitas para ibu-ibu yang tergabung dalam PKBM.
Sejumlah produk yang dihasilkan dari daur ulang sampah tersebut berupa tas dijual dengan harga Rp100.000, aksesori Rp3.000, kotak pensil Rp35.000 sampai Rp50.000, sendal Rp35.000 dan beberapa produk lainnya.
"Produk tersebut merupakan hasil daur ulang sampah plastik seperti bekas bungkusan detergen, botol minum bekas, dan lain sebagainya," kata dia.
Ia beserta teman-teman lainnya mulai aktif melakukan daur ulang sampah sejak Mei 2019.
"Berawal dari keresahan saya melihat tumpukan sampah di sepanjang jalan. Sehingga saya mulai berpikir bagaimana caranya supaya tumpukan sampah itu bisa berkurang," kata dia.
Ide untuk melakukan daur ulang sampah juga berasal dari banyaknya jumlah pemulung di tempatnya yaitu di Kampung KB Bangau Putih, Kelurahan Parupuk Tabing, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumbar.
Kemudian ia membeli sampah para pemulung dan mulai melakukan daur ulang dari sampah-sampah tersebut.
"Awalnya hanya autodidaktik, setelah itu masyarakat setempat mulai banyak yang tertarik. Sehingga kita coba menghadirkan pelatih, dan sampai saat ini akan difokuskan sebagai usaha," ujar dia.
Menurutnya dengan adanya kegiatan demikian tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA), namun juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
Ia berharap pemerintah berperan aktif mengajak masyarakat di Kota Padang untuk memakai produk daur ulang sampah, sehingga bisa menambah semangat para perajin.
"Karena persoalannya saat ini ialah produk hasil daur ulang sampah tersebut masih belum terlalu diminati di pasaran," kata dia.