Palupuh, Agam (ANTARA) - Kendaraan melaju mulus di Jalan Lintas Bukittinggi-Medan, Sumatera Barat yang berkelok, menurun-menanjak dan beraspal baik.
Di jalanan itu, ada titik yang menantang dan perlu diwaspadai yaitu jurang di sisi jalan dan tebing rawan longsor terutama saat curah hujan tinggi. Meski menantang, keelokan tersaji untuk pengendara dan penumpangnya berupa pemandangan hamparan sawah dan bukit yang hijau.
Nagari Pasia Laweh di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam merupakan salah satu wilayah yang dilintasi Jalan Lintas Bukittinggi-Medan tersebut.
Barangkali wilayah ini belumlah begitu dikenal namanya namun ternyata kearifan lokal, penduduk ramah dan begitu hijaunya pemandangan di nagari ini menjadikannya berpotensi sebagai daerah tujuan wisata yang patut dikunjungi.
Keelokannya membuat tangan ingin terus mengabadikan pengalaman lewat jepretan kamera gawai saat berkunjung ke nagari ini. Namun sayang, sulitnya sinyal membuat keinginan untuk segera menunjukkan potensi wisata Pasia Laweh ke media sosial mesti ditahan dulu.
Berkendara dari Kota Bukittinggi, ketika sampai di Pasar Palupuh ada objek tersembunyi beberapa ratus meter di belakang pasar berupa pemandian air hangat.
Pemandian Aia Angek Lubuak Paranggai merupakan objek pertama yang bisa dikunjungi setelah memasuki wilayah Pasia Laweh. Jalan masuknya hanya berupa lorong sempit di antara toko yang berdiri di pinggir jalan. Pengunjung harus berjalan kaki beberapa ratus meter untuk bisa sampai di pemandian.
Objek ini masih sangat sederhana. Warga setempat membuat kolam kecil berukuran sekitar 4x6 meter di tempat keluarnya air hangat, di sisi aliran sungai. Belum ada fasilitas pendukung lainnya. Biasanya anak-anak yang menghabiskan waktu bermain di kolam tersebut.
Meski kecil dan sederhana, bagi orang dewasa kolam itu cukup untuk sekadar merendam kaki sambil menikmati hawa sejuk dari rindangnya pepohonan.
Dari pemandian, perjalanan diteruskan ke Simpang Palimbatan di kilometer 27 Jalan Lintas Bukittinggi-Medan. Di titik ini, berbelok ke kanan kemudian menempuh perjalanan sekitar empat sampai lima kilometer menuju objek kedua yaitu Ikan Banyak di Lubuk Parulangan, Jorong Pasia Laweh.
Ikan Banyak merupakan objek wisata yang baru dikembangkan pada 2019. Sejak dulu ada tradisi turun-temurun yang membuat ikan garing (gariang) yang hidup di sana terlarang untuk ditangkap apalagi dikonsumsi.
Warga jorong secara turun-temurun memiliki seorang juru kunci yang "mengunci" ikan-ikan sehingga tidak boleh dikonsumsi. Warga percaya jika nekat mengonsumsi maka akan ada kemalangan menimpa seperti menderita suatu sakit.
Tradisi di sana jika terjadi suatu musibah, hajatan atau sebuah perayaan maka juru kunci dan warga bersepakat membuka "kunci" kemudian barulah warga dibolehkan menangkap ikan, mengolahnya dan menyantap bersama-sama.
Namun sayang sembilan tahun lalu, juru kunci terakhir meninggal dunia sebelum sempat mewariskan "kemampuan" pada penerusnya sehingga sejak saat itu sampai sekarang ikan gariang tersebut tidak lagi bisa dikonsumsi oleh warga jika ada keperluan. Bagi warga, ikan itu selamanya menjadi ikan terlarang.
Berjarak lima kilometer dari Ikan Banyak, objek wisata selanjutnya yaitu Sarasah Tiga Tingkat Sungai Guntung. Perjalanan ke sana dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua atau empat namun jalurnya cukup menantang berupa tanjakan.
Meski medan yang sulit, sepanjang perjalanan disuguhkan pemandangan hijau menyegarkan mata. Ketika dari kejauhan sudah tampak air terjun tiga tingkat, akan menambah semangat untuk segera sampai di objek wisata itu.
Setelah sampai, segarnya udara dan air Sarasah Tiga Tingkat Sungai Guntung membuat betah berlama-lama di sana.
Satu jorong, satu objek wisata
Pemerintah Nagari Pasia Laweh memiliki target setiap jorong di nagari itu memiliki satu tujuan wisata. Nagari berpenduduk 5.600 jiwa ini terdiri dari tujuh jorong.
Selain tiga objek wisata tersebut, empat potensi lainnya yaitu Sarasah Tujuh Tingkat Inyiak Sabi Jorong Angge atau air terjun tujuh tingkat, Pusaro Panjang Inyiak Tan Barido Jorong Aur Kuning sebagai wisata religi, Sarasah Rimbo Kambing dan Batu Baraguang Lurah Dalam.
Meski berada di dalam satu nagari, tidak cukup waktu satu hari untuk menikmati tujuh lokasi wisata itu.
Wali Nagari Pasia Laweh Zul Arfin mengatakan objek wisata dikembangkan menggunakan dana nagari dan pokok pikiran (pokir) anggota dewan setempat. Pengelolaannya diserahkan pada warga.
Sarasah Tiga Tingkat Sungai Guntung adalah objek unggulan untuk dikembangkan karena sudah lebih dulu dikenal sebab berlokasi di jalan lintas yang menghubungkan Kabupaten Agam dan Limapuluh Kota.
Sebelum 2017, akses ke air terjun cukup sulit karena harus melewati hutan. Jika tidak mau repot, objek ini hanya bisa dinikmati dari kejauhan di pinggir jalan, tampak putih di antara hijau pepohonan.
Sekarang sudah terdapat jalan masuk yang memudahkan pengunjung dan kendaraannya sampai ke objek tersebut. Kondisinya juga masih sederhana, lahan parkir masih perlu ditata, fasilitas pendukung seperti kamar kecil dan musala juga dalam proses pembangunan.
"Dalam keadaan seperti itu saja, saat libur dalam satu hari kunjungan wisatawan sudah cukup ramai dan memberi pemasukan hingga Rp3 juta. Karena itu Sarasah Tiga Tingkat menjadi objek unggulan kami dan potensi di jorong lain tetap bertahap dikembangkan," ujarnya.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Murai Batuah Mahyudanil menambahkan warga setempat sudah mulai memahami peran pariwisata bagi ekonomi mereka.
Secara berangsur Pokdarwis mengajak warga mendukung usaha menggeliatkan pariwisata mulai dari cara sederhana memberikan sambutan ramah bagi pengunjung dan membuka warung di sekitar objek wisata.
Seperti di Ikan Banyak, terdapat warung kecil yang menjual makanan ringan dan makanan ikan yang bisa diberikan pengunjung pada ikan-ikan. Saat berbelanja, pemilik warung dengan ramah mengajak berbincang sejenak.
Sama dengan Sarasah Tiga Tingkat, Ikan Banyak juga akan ditata lagi dengan menambah fasilitas seperti membangun tempat untuk pengunjung berdiri agar bisa lebih nyaman memberi makan ikan dan pemandian khusus anak.
"Mengundang sinyal"
Wali Nagari mengatakan bahwa komitmen pemerintah nagari, Pokdarwis bersama warga untuk mengelola dengan profesional dan menjaga keasrian setiap objek wisata menjadi sebuah tantangan.
Meski demikian ia menilai warga setempat sudah memiliki pemahaman mengenai peran pariwisata membantu menumbuhkan perekonomian daerah dan perlunya sambutan baik bagi masyarakat yang berkunjung.
"Sebelumnya kami memilih untuk tidak banyak bicara karena belum menggarap daerah. Sekarang satu-satu mulai tumbuh dan kami berharap potensi nagari ini makin dilirik wisatawan," katanya.
Selain usaha menciptakan pengelolaan profesional, sulitnya sinyal di nagari itu juga menjadi tantangan tersendiri dalam mempromosikan daerah.
Sinyal hanya bisa ditangkap di beberapa titik. Bahkan sampai ada lokasi yang diberi nama Kelok Hp (handphone) karena kalau butuh sinyal, terutama anak muda bakal pergi ke sana untuk bisa berkomunikasi menggunakan telepon genggamnya.
Ia menilai menyelenggarakan iven wisata menjadi salah satu jalan keluar untuk "mengundang sinyal" hadir di nagari itu. Bersama Pokdarwis Murai Batu, pihaknya merencanakan menggelar ajang jalan kaki 10K dimulai dari Pasar Palupuh diperkirakan pada April 2020.
"Sekarang kami masih terus berbenah, yang penting usaha dulu lalu menyelenggarakan iven untuk mengundang wisatawan. Makin ramainya wisatawan yang mengenal Pasia Laweh kami berharap mendukung kemajuan nagari ini," katanya.
Di jalanan itu, ada titik yang menantang dan perlu diwaspadai yaitu jurang di sisi jalan dan tebing rawan longsor terutama saat curah hujan tinggi. Meski menantang, keelokan tersaji untuk pengendara dan penumpangnya berupa pemandangan hamparan sawah dan bukit yang hijau.
Nagari Pasia Laweh di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam merupakan salah satu wilayah yang dilintasi Jalan Lintas Bukittinggi-Medan tersebut.
Barangkali wilayah ini belumlah begitu dikenal namanya namun ternyata kearifan lokal, penduduk ramah dan begitu hijaunya pemandangan di nagari ini menjadikannya berpotensi sebagai daerah tujuan wisata yang patut dikunjungi.
Keelokannya membuat tangan ingin terus mengabadikan pengalaman lewat jepretan kamera gawai saat berkunjung ke nagari ini. Namun sayang, sulitnya sinyal membuat keinginan untuk segera menunjukkan potensi wisata Pasia Laweh ke media sosial mesti ditahan dulu.
Berkendara dari Kota Bukittinggi, ketika sampai di Pasar Palupuh ada objek tersembunyi beberapa ratus meter di belakang pasar berupa pemandian air hangat.
Pemandian Aia Angek Lubuak Paranggai merupakan objek pertama yang bisa dikunjungi setelah memasuki wilayah Pasia Laweh. Jalan masuknya hanya berupa lorong sempit di antara toko yang berdiri di pinggir jalan. Pengunjung harus berjalan kaki beberapa ratus meter untuk bisa sampai di pemandian.
Objek ini masih sangat sederhana. Warga setempat membuat kolam kecil berukuran sekitar 4x6 meter di tempat keluarnya air hangat, di sisi aliran sungai. Belum ada fasilitas pendukung lainnya. Biasanya anak-anak yang menghabiskan waktu bermain di kolam tersebut.
Meski kecil dan sederhana, bagi orang dewasa kolam itu cukup untuk sekadar merendam kaki sambil menikmati hawa sejuk dari rindangnya pepohonan.
Dari pemandian, perjalanan diteruskan ke Simpang Palimbatan di kilometer 27 Jalan Lintas Bukittinggi-Medan. Di titik ini, berbelok ke kanan kemudian menempuh perjalanan sekitar empat sampai lima kilometer menuju objek kedua yaitu Ikan Banyak di Lubuk Parulangan, Jorong Pasia Laweh.
Ikan Banyak merupakan objek wisata yang baru dikembangkan pada 2019. Sejak dulu ada tradisi turun-temurun yang membuat ikan garing (gariang) yang hidup di sana terlarang untuk ditangkap apalagi dikonsumsi.
Warga jorong secara turun-temurun memiliki seorang juru kunci yang "mengunci" ikan-ikan sehingga tidak boleh dikonsumsi. Warga percaya jika nekat mengonsumsi maka akan ada kemalangan menimpa seperti menderita suatu sakit.
Tradisi di sana jika terjadi suatu musibah, hajatan atau sebuah perayaan maka juru kunci dan warga bersepakat membuka "kunci" kemudian barulah warga dibolehkan menangkap ikan, mengolahnya dan menyantap bersama-sama.
Namun sayang sembilan tahun lalu, juru kunci terakhir meninggal dunia sebelum sempat mewariskan "kemampuan" pada penerusnya sehingga sejak saat itu sampai sekarang ikan gariang tersebut tidak lagi bisa dikonsumsi oleh warga jika ada keperluan. Bagi warga, ikan itu selamanya menjadi ikan terlarang.
Berjarak lima kilometer dari Ikan Banyak, objek wisata selanjutnya yaitu Sarasah Tiga Tingkat Sungai Guntung. Perjalanan ke sana dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua atau empat namun jalurnya cukup menantang berupa tanjakan.
Meski medan yang sulit, sepanjang perjalanan disuguhkan pemandangan hijau menyegarkan mata. Ketika dari kejauhan sudah tampak air terjun tiga tingkat, akan menambah semangat untuk segera sampai di objek wisata itu.
Setelah sampai, segarnya udara dan air Sarasah Tiga Tingkat Sungai Guntung membuat betah berlama-lama di sana.
Satu jorong, satu objek wisata
Pemerintah Nagari Pasia Laweh memiliki target setiap jorong di nagari itu memiliki satu tujuan wisata. Nagari berpenduduk 5.600 jiwa ini terdiri dari tujuh jorong.
Selain tiga objek wisata tersebut, empat potensi lainnya yaitu Sarasah Tujuh Tingkat Inyiak Sabi Jorong Angge atau air terjun tujuh tingkat, Pusaro Panjang Inyiak Tan Barido Jorong Aur Kuning sebagai wisata religi, Sarasah Rimbo Kambing dan Batu Baraguang Lurah Dalam.
Meski berada di dalam satu nagari, tidak cukup waktu satu hari untuk menikmati tujuh lokasi wisata itu.
Wali Nagari Pasia Laweh Zul Arfin mengatakan objek wisata dikembangkan menggunakan dana nagari dan pokok pikiran (pokir) anggota dewan setempat. Pengelolaannya diserahkan pada warga.
Sarasah Tiga Tingkat Sungai Guntung adalah objek unggulan untuk dikembangkan karena sudah lebih dulu dikenal sebab berlokasi di jalan lintas yang menghubungkan Kabupaten Agam dan Limapuluh Kota.
Sebelum 2017, akses ke air terjun cukup sulit karena harus melewati hutan. Jika tidak mau repot, objek ini hanya bisa dinikmati dari kejauhan di pinggir jalan, tampak putih di antara hijau pepohonan.
Sekarang sudah terdapat jalan masuk yang memudahkan pengunjung dan kendaraannya sampai ke objek tersebut. Kondisinya juga masih sederhana, lahan parkir masih perlu ditata, fasilitas pendukung seperti kamar kecil dan musala juga dalam proses pembangunan.
"Dalam keadaan seperti itu saja, saat libur dalam satu hari kunjungan wisatawan sudah cukup ramai dan memberi pemasukan hingga Rp3 juta. Karena itu Sarasah Tiga Tingkat menjadi objek unggulan kami dan potensi di jorong lain tetap bertahap dikembangkan," ujarnya.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Murai Batuah Mahyudanil menambahkan warga setempat sudah mulai memahami peran pariwisata bagi ekonomi mereka.
Secara berangsur Pokdarwis mengajak warga mendukung usaha menggeliatkan pariwisata mulai dari cara sederhana memberikan sambutan ramah bagi pengunjung dan membuka warung di sekitar objek wisata.
Seperti di Ikan Banyak, terdapat warung kecil yang menjual makanan ringan dan makanan ikan yang bisa diberikan pengunjung pada ikan-ikan. Saat berbelanja, pemilik warung dengan ramah mengajak berbincang sejenak.
Sama dengan Sarasah Tiga Tingkat, Ikan Banyak juga akan ditata lagi dengan menambah fasilitas seperti membangun tempat untuk pengunjung berdiri agar bisa lebih nyaman memberi makan ikan dan pemandian khusus anak.
"Mengundang sinyal"
Wali Nagari mengatakan bahwa komitmen pemerintah nagari, Pokdarwis bersama warga untuk mengelola dengan profesional dan menjaga keasrian setiap objek wisata menjadi sebuah tantangan.
Meski demikian ia menilai warga setempat sudah memiliki pemahaman mengenai peran pariwisata membantu menumbuhkan perekonomian daerah dan perlunya sambutan baik bagi masyarakat yang berkunjung.
"Sebelumnya kami memilih untuk tidak banyak bicara karena belum menggarap daerah. Sekarang satu-satu mulai tumbuh dan kami berharap potensi nagari ini makin dilirik wisatawan," katanya.
Selain usaha menciptakan pengelolaan profesional, sulitnya sinyal di nagari itu juga menjadi tantangan tersendiri dalam mempromosikan daerah.
Sinyal hanya bisa ditangkap di beberapa titik. Bahkan sampai ada lokasi yang diberi nama Kelok Hp (handphone) karena kalau butuh sinyal, terutama anak muda bakal pergi ke sana untuk bisa berkomunikasi menggunakan telepon genggamnya.
Ia menilai menyelenggarakan iven wisata menjadi salah satu jalan keluar untuk "mengundang sinyal" hadir di nagari itu. Bersama Pokdarwis Murai Batu, pihaknya merencanakan menggelar ajang jalan kaki 10K dimulai dari Pasar Palupuh diperkirakan pada April 2020.
"Sekarang kami masih terus berbenah, yang penting usaha dulu lalu menyelenggarakan iven untuk mengundang wisatawan. Makin ramainya wisatawan yang mengenal Pasia Laweh kami berharap mendukung kemajuan nagari ini," katanya.