Batusangkar (ANTARA) - Wahyu (8), warga Jorong Kapuak Koto Panjang, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, menderita bocor jantung kini terkapar di RSUP M Jamil Padang dan butuh iuran dana untuk berobat.
Nafdi (34), orang tua Wahyu, saat dihubungi di Batusangkar Sabtu, mengatakan menurut keterangan dokter salah satu alternatif untuk pengobatan anaknya adalah melalui operasi dan itupun di Jakarta.
Sementara untuk biaya berobat di RSUP M Jamil saja ia harus meminjam uang kepada saudara dan tetangganya dan itu sudah mulai habis setelah 15 hari berada di rumah sakit itu.
Belum lagi tanggungan dua anaknya yang dititipkan kepada mertuanya di kampung. Anaknya yang besar juga sekolah di sekolah dasar di daerah itu.
"Untuk berobat saat ini saja, saya harus pinjam duit teman, saudara, dan tetangga. Namun semuanya sudah habis, untuk ke depannya saya belum memikirkan dan berharap bantuan dari masyarakat," katanya.
Ia mengatakan penyakit yang diderita Wahyu anaknya sudah berselang semenjak anaknya itu berusia enam bulan. Karena keterbatasan biaya anaknya hanya diobati dengan pengobatan kampung.
Namun sekitar dua minggu yang lalu, sang anak tiba-tiba pingsan dan badannya lemas. Kemudian ia membawa putranya ke Puskesmas di daerah itu dan dirujuk ke RSUD Tanah Datar.
Karena penyakitnya tergolong berat dan peralatan kurang, kemudian Wahyu dirujuk lagi ke RS M Jamil Padang untuk mendapatkan perawatan intensif.
Selama 15 hari dirawat di M Jamil Padang, Nafdi mengaku untuk makan dan minum sang putra harus dibantu dan sang putra juga berpuasa selama enam hari enam malam.
"Kata dokter, melihat kondisi saat ini jalan satu satunya adalah operasi, dan itupun harus ke Jakarta, tapi kami sekeluarga tidak punya biaya untuk itu. Hingga saat ini saja kami sudah kehabisan bekal, belum lagi biaya di Jakarta lebih mahal," ujarnya.
Nafdi (34), orang tua Wahyu, saat dihubungi di Batusangkar Sabtu, mengatakan menurut keterangan dokter salah satu alternatif untuk pengobatan anaknya adalah melalui operasi dan itupun di Jakarta.
Sementara untuk biaya berobat di RSUP M Jamil saja ia harus meminjam uang kepada saudara dan tetangganya dan itu sudah mulai habis setelah 15 hari berada di rumah sakit itu.
Belum lagi tanggungan dua anaknya yang dititipkan kepada mertuanya di kampung. Anaknya yang besar juga sekolah di sekolah dasar di daerah itu.
"Untuk berobat saat ini saja, saya harus pinjam duit teman, saudara, dan tetangga. Namun semuanya sudah habis, untuk ke depannya saya belum memikirkan dan berharap bantuan dari masyarakat," katanya.
Ia mengatakan penyakit yang diderita Wahyu anaknya sudah berselang semenjak anaknya itu berusia enam bulan. Karena keterbatasan biaya anaknya hanya diobati dengan pengobatan kampung.
Namun sekitar dua minggu yang lalu, sang anak tiba-tiba pingsan dan badannya lemas. Kemudian ia membawa putranya ke Puskesmas di daerah itu dan dirujuk ke RSUD Tanah Datar.
Karena penyakitnya tergolong berat dan peralatan kurang, kemudian Wahyu dirujuk lagi ke RS M Jamil Padang untuk mendapatkan perawatan intensif.
Selama 15 hari dirawat di M Jamil Padang, Nafdi mengaku untuk makan dan minum sang putra harus dibantu dan sang putra juga berpuasa selama enam hari enam malam.
"Kata dokter, melihat kondisi saat ini jalan satu satunya adalah operasi, dan itupun harus ke Jakarta, tapi kami sekeluarga tidak punya biaya untuk itu. Hingga saat ini saja kami sudah kehabisan bekal, belum lagi biaya di Jakarta lebih mahal," ujarnya.