Padang Panjang (ANTARA) - Pemerintah Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, memberikan sosialisasi mengenai stunting kepada masyarakat setempat dalam rangka peringatan ke-55 Hari Kesehatan Nasional (HKN), Rabu.
Sosialiasi tersebut diikuti oleh para kader PKK, Bundo Kanduang dan pemangku kepentingan yang diharapkan dapat menginformasikan kembali upaya pencegahan stunting di lingkungannya masing masing.
Hadir sebagai narasumber Ketua TP PKK Padang Panjang dr Dian Puspita, akademisi dari Universitas Andalas Prof Nur Indrawaty Lipito dan dr Fionaliza.
Sekretaris Daerah Padang Panjang Sonny Budaya Putra mengatakan ada
penurunan persentase kasus stunting di Padang Panjang yaitu 19,7 persen pada 2016 menjadi 18,6 persen pada 2018.
Meski sudah turun, pencegahan stunting tetap menjadi pekerjaan yang harus segera diselesaikan hingga bisa ditekan ke angka di bawah lima persen.
Stunting terjadi karena masalah gizi kronis disebabkan asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama dan makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan gizi setiap hari.
"Mengatasi stunting menjadi cita-cita kita di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Permasalahan stunting merupakan isu strategis yang harus dipecahkan dalam 5 tahun ke depan," katanya.
Hal itu, ujarnya sesuai dengan visi misi kepala daerah setempat untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, berakhlak dan berbudaya.
Manusia unggul dan berbudaya memiliki indikator yang baik dalam kesehatan dan pendidikan.
Menurutnya, salah satu langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan menjadikan ASN sebagai contoh di lingkungan tempat tinggalnya dengan cara rutin membawa anak usia balita ke Posyandu.
"ASN bisa memberikan contoh pada masyarakat. Bawalah balita secara rutin ke Posyandu, mudah-mudahan warga di sekitar juga akan meniru," katanya.
Jika tidak bisa datang ke posyandu atau ke Puskemas, dokter yang akan datang karena Pemkot Padang Panjang saat ini sudah memiliki program dokter warga.
Sosialiasi tersebut diikuti oleh para kader PKK, Bundo Kanduang dan pemangku kepentingan yang diharapkan dapat menginformasikan kembali upaya pencegahan stunting di lingkungannya masing masing.
Hadir sebagai narasumber Ketua TP PKK Padang Panjang dr Dian Puspita, akademisi dari Universitas Andalas Prof Nur Indrawaty Lipito dan dr Fionaliza.
Sekretaris Daerah Padang Panjang Sonny Budaya Putra mengatakan ada
penurunan persentase kasus stunting di Padang Panjang yaitu 19,7 persen pada 2016 menjadi 18,6 persen pada 2018.
Meski sudah turun, pencegahan stunting tetap menjadi pekerjaan yang harus segera diselesaikan hingga bisa ditekan ke angka di bawah lima persen.
Stunting terjadi karena masalah gizi kronis disebabkan asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama dan makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan gizi setiap hari.
"Mengatasi stunting menjadi cita-cita kita di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Permasalahan stunting merupakan isu strategis yang harus dipecahkan dalam 5 tahun ke depan," katanya.
Hal itu, ujarnya sesuai dengan visi misi kepala daerah setempat untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, berakhlak dan berbudaya.
Manusia unggul dan berbudaya memiliki indikator yang baik dalam kesehatan dan pendidikan.
Menurutnya, salah satu langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan menjadikan ASN sebagai contoh di lingkungan tempat tinggalnya dengan cara rutin membawa anak usia balita ke Posyandu.
"ASN bisa memberikan contoh pada masyarakat. Bawalah balita secara rutin ke Posyandu, mudah-mudahan warga di sekitar juga akan meniru," katanya.
Jika tidak bisa datang ke posyandu atau ke Puskemas, dokter yang akan datang karena Pemkot Padang Panjang saat ini sudah memiliki program dokter warga.