Padang, (ANTARA) - Senin 7 Oktober 2019 warga Lubuk Basung, Kabupaten Agam, dikagetkan dengan tewasnya AU (62) seorang warga Batu Karak, Jorong Siguhung, Nagari Lubukbasung, dalam kondisi tergantung di jendela rumahnya.

Korban pertama kali ditemukan tergantung menggunakan tali nilon sepanjang 4,5 meter di kamar belakang oleh warga setempat.

Setelah dilakukan identifikasi dan visum oleh dokter dinyatakan kematian korban dikarenakan gantung diri.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari warga, korban mengakhiri hidupnya diduga karena depresi punya tumor di kepala bagian dahinya sejak 2014.

Tiga pekan sebelumnya A (67), seorang petani asal Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam, yang dilaporkan hilang saat mencari durian di kebun miliknya juga ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tergantung di pohon.

Sementara YH (38) warga Nagari Simabua, Kabupaten Tanah Datar, nekad menghabisi nyawanya sendiri dengan menusukkan pisau belati sebanyak dua kali ke dada kirinya usai cekcok dengan isterinya pada 16 September 2019.

Masih di Kabupaten Agam pada 9 September 2019 seorang warga Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan IL (32) ditemukan tewas dalam kondisi tergantung di dapur rumahnya menggunakan tali.

Baca juga: Miris nian, siswa SD ditemukan tewas gantung diri, tulis sepucuk surat ternyata ini pesan terakhirnya
Baca juga: Depresi menderita tumor kepala, kakek di Agam ini akhiri hidup dengan gantung diri

Jasad korban pertama kali ditemukan oleh suaminya tergantung di tiang dapur rumahnya menggunakan tali.

Tak hanya itu pada 3 September 2019, seorang mahasiswa perguruan tinggi di Padang MA (19) ditemukan tergantung di sebuah rumah kos di Pauh, Padang

Peristiwa ini diketahui pertama kali ketika temannya masuk kamar, saat membuka pintu terlihat korban sudah tergantung di jendela kamar.

Pada Agustus 2019, seorang petani tebu, S (66), di Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam ditemukan meninggal dunia tergantung di pohon salam di kebun miliknya.

Saksi melihat korban telah tergantung pada sebuah pohon salam dengan leher terikat dengan seutas tali plastik dalam posisi bersimpuh dan sudah tidak bergerak lagi.

Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi di Sumatera Barat perlu ditelaah lebih lanjut latar dan faktor yang menyebabkan individu mengakhiri hidupnya.

Baca juga: Cekcok dengan suami gara-gara foto mesra dengan seorang lelaki, ibu muda di Agam ini pilih gantung diri


Bunuh diri egoistik

Sosiolog Emile Durkheim dalam bukunya Suicide mendefinisikan bunuh diri sebagai kematian yang secara langsung atau tidak langsung merupakan hasil dari tindakan positif atau negatif dari korban.

Menurut Durkheim ada empat tipe bunuh diri yang didasarkan pada dua kekuatan sosial yakni integrasi sosial berupa kemampuan individu untuk terikat pada tatanan masyarakat dan regulasi moral berupa aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur kehidupan individu.

Ia melihat tipe pertama adalah bunuh diri egoistik akibat terlalu sedikitnya integrasi sosial yang berhasil dilakukan sang individu dengan kelompok-kelompok sosial seperti bergaul dan berinteraksi.

Tipe kedua disebut dengan bunuh diri altruistik akibat dari integrasi sosial yang terlalu kuat sehingga individu mengorbankan dirinya untuk kepentingan-kepentingan kelompoknya. Dalam hal ini aksi kamikaze para pilot Jepang yang menabrakan pesawat tempur yang dikendarainya ke sejumlah kapal induk sekutu merupakan bentuk nyata bunuh diri altruistik.

Sedangkan tipe ketiga adalah bunuh diri anomik yang dilakukan ketika tatanan, hukum-hukum, serta berbagai aturan moralitas sosial mengalami kekosongan.

Dan terakhir bunuh diri fatalistik yang terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat meningkat, sehingga menyebabkan individu ataupun kelompok tertekan oleh nilai dan norma tersebut.


Faktor penyebab

Psikolog yang juga akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali Tience Debora Valentina, M.A mengemukakan perempuan tiga kali lebih rentan melakukan percobaan bunuh diri ketimbang laki-laki.

"Secara umum, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama punya kecenderungan berperilaku bunuh diri, hanya saja riset menunjukkan perempuan tiga kali lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri, dan laki-laki yang meninggal karena bunuh diri empat kali lebih banyak dibandingkan perempuan," kata dia.

Menurutnya, laki-laki lebih cenderung melakukan tindakan bunuh diri fatal yang berakibat pada kematian.

Terkait dengan alasan mengapa seseorang mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri, ia menilai tidak ada faktor tunggal yang dapat dirujuk karena ada banyak penyebab yang kemudian berakumulasi, yang akhirnya membuat orang merasa tidak berdaya atau tidak punya tujuan hidup.

Ia memberi contoh seseorang yang merasa tidak mampu menyelesaikan tugas dari guru atau dosen, atau seorang suami pengangguran dan merasa tidak mampu menafkahi keluarga atau situasi lain yang membuat merasa tidak berdaya.

"Jadi sebenarnya bukan situasinya yang menyebabkan bunuh diri, namun respon psikologis yaitu apa yang dirasakan atau dipikirkan terhadap situasi yang dihadapinya yaitu ketidakberdayaan atau meaningless," kata mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Ia memaparkan sebenarnya ciri-ciri orang yang berniat melakukan bunuh diri bisa dikenali mulai dari berbicara tentang bunuh diri, keinginan untuk mati, tidak ingin bertemu siapa-siapa atau kalimat lain yang bernada keputusasaan dan ketidakberdayaan.

Baca juga: Mahasiswi Unand ditemukan tewas tergantung di rumah kos
Baca juga: Seorang warga Agam ditemukan meninggal di kandang kerbau

"Kemudian orang tersebut biasanya memiliki masalah dengan makan dan tidur yaitu cenderung malas makan dan sulit tidur, ada perubahan perilaku dari biasanya seperti mengurung diri, tidak mau berbicara dengan orang lain," kata dia.

Lalu, kehilangan minat terhadap pekerjaan, hobi atau lainnya, menulis atau mengucapkan kata-kata bernada perpisahan dengan orang terdekat, dan mungkin sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya.

Ia memastikan tidak ada penyebab yang dominan orang melakukan bunuh diri karena itu hanya faktor pemicu atau faktor situasi seperti konflik dengan orang lain, gagal dalam ujian atau tes pekerjaan.

Bisa juga mereka yang mengalami perundungan, kekerasan, kematian atau kehilangan anggota keluarga yang dicintai dan situasi lainnya, katanya.

Selain itu ia mengingatkan jangan sampai mengabaikan faktor kerentanan kepribadian atau orang dengan gangguan psikologis yang menyebabkan berperilaku bunuh diri.

Sebagai contoh, orang berkepribadian borderline personality disorder atau tidak stabil secara emosi memiliki kecenderungan berperilaku bunuh diri dan masih banyak gangguan kepribadian lainnya yang menjadi faktor risiko perilaku bunuh diri.

Oleh karena itu tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan perilaku bunuh diri sehingga harus benar-benar dikaji secara mendalam, ujarnya.

Pada sisi lain, ia menilai kasus bunuh diri dapat dicegah, dimulai dengan ketika menemukan orang yang berpotensi mengajak bicara, menemani, mendengarkan apa yang disampaikan dengan perhatian dan tidak menghakimi atau mengolok-olok.

Lalu menyingkirkan benda tajam atau berbahaya yang dapat digunakan sebagai alat melakukan tindakan bunuh diri hingga memberikan dorongan untuk menemui ahli psikiater atau psikolog yang dapat membantu, ujarnya

Ia menilai orang berperilaku bunuh diri karena merasa tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi sendiri sehingga perlu didorong untuk tidak sungkan menemui orang yang mampu mendengarkan apa yang menjadi keluh kesahnya.

"Kerja sama dengan berbagai pihak untuk menolong orang tersebut penting untuk menyelesaikan masalahnya, melibatkan komunitas sekitarnya, misalnya sekolah, teman terdekat, teman dan atasan di lingkungan pekerjaan, tokoh masyarakat, tokoh agama, sehingga orang itu menyadari ia tidak sendiri," ujarnya.*
 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Mario Sofia Nasution
Copyright © ANTARA 2024