Pulau Punjung, (ANTARA) - Sekretaris Daerah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Adlisman mengatakan pemerintah setempat masih melakukan pengkajian apakah akan menetapkan status tanggap darurat bencana atau tidak terkait sejumlah kejadian bencana yang sedang dihadapi daerah itu.
"Ada sejumlah peristiwa bencana yang sedang dihadapi daerah seperti kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, serta bencana kabut asap yang mulai pada tahap membahayakan," kata dia di Pulau Punjung, Senin.
Ia mengatakan sebelum penetapan tanggap darurat, harus ada kajian teknis di masing-masing instansi terkai.
Menurut dia pemerintah melalui instansi terkait terus memberi dukungan dalam membatu masyarakat menangani bencana yang terjadi di Dharmasraya.
"Pemerintah terus dukung, apabila ada kekeringan BPBD suplai air, kebakaran lahan Damkar memadamkan api, kabut asap kita bagikan masker," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat terus mendistribusikan bantuan air bersih ke masyarakat di wilayah terdampak kekeringan karena musim kemarau.
Kepala BPBD Eldison Kamis (12/9) mengatakan, daerah terdampak kekeringan yang sudah dibantu air bersih di antaranya Nagari (Desa Adat) Sialang Gaung dan Nagari Koto Baru Kecamatan Koto Baru.
Secara garis besar wilayah di Kabupaten Dharmasraya berpotensi mengalami kekeringan karena tidak didukung tanah yang dominan, kata dia.
Kepala Dinas Satpol PP dan Pemadam Kebakaran Akrial mencatat hingga September 2019 telah terjadi kebakaran sebanyak 47 titik atau mencapai puluhan hektare di daerah itu.
"Dari 47 titik kebakaran mayoritas terjadi pada lokasi perkebunan. Bahkan dalam satu hari kebakaran bisa terjadi di tiga titik lokasi yang berbeda," ujarnya
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kualitas udara di Kabupaten Dharmasraya, menunjukkan kategori sangat tidak sehat berdasarkan hasil pengukuran BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang pada Jumat (13/9) malam.
"Dibandingkan saat paginya ada peningkat dari tidak sehat menjadi sangat tidak sehat," kata Kepala Bagian Humas Dharmasraya, Budi Waluyo di Pulau Punjung, Sabtu (14/9).***3***
"Ada sejumlah peristiwa bencana yang sedang dihadapi daerah seperti kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, serta bencana kabut asap yang mulai pada tahap membahayakan," kata dia di Pulau Punjung, Senin.
Ia mengatakan sebelum penetapan tanggap darurat, harus ada kajian teknis di masing-masing instansi terkai.
Menurut dia pemerintah melalui instansi terkait terus memberi dukungan dalam membatu masyarakat menangani bencana yang terjadi di Dharmasraya.
"Pemerintah terus dukung, apabila ada kekeringan BPBD suplai air, kebakaran lahan Damkar memadamkan api, kabut asap kita bagikan masker," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat terus mendistribusikan bantuan air bersih ke masyarakat di wilayah terdampak kekeringan karena musim kemarau.
Kepala BPBD Eldison Kamis (12/9) mengatakan, daerah terdampak kekeringan yang sudah dibantu air bersih di antaranya Nagari (Desa Adat) Sialang Gaung dan Nagari Koto Baru Kecamatan Koto Baru.
Secara garis besar wilayah di Kabupaten Dharmasraya berpotensi mengalami kekeringan karena tidak didukung tanah yang dominan, kata dia.
Kepala Dinas Satpol PP dan Pemadam Kebakaran Akrial mencatat hingga September 2019 telah terjadi kebakaran sebanyak 47 titik atau mencapai puluhan hektare di daerah itu.
"Dari 47 titik kebakaran mayoritas terjadi pada lokasi perkebunan. Bahkan dalam satu hari kebakaran bisa terjadi di tiga titik lokasi yang berbeda," ujarnya
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kualitas udara di Kabupaten Dharmasraya, menunjukkan kategori sangat tidak sehat berdasarkan hasil pengukuran BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang pada Jumat (13/9) malam.
"Dibandingkan saat paginya ada peningkat dari tidak sehat menjadi sangat tidak sehat," kata Kepala Bagian Humas Dharmasraya, Budi Waluyo di Pulau Punjung, Sabtu (14/9).***3***