Padang (ANTARA) - Peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) asal Kalimantan Selatan (Kalsel) program BUMN Hadir Untuk Negeri (BHUN) 2019 diberikan kesempatan menggunakan pakaian adat Minangkabau, saat melakukan kunjungan ke Istano Basa Pagaruyung di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Pada kegiatan yang didukung oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai PIC dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan PT Semen Padang sebagai co PIC tersebut, 23 orang peserta SMN Kalsel dan guru pendamping dikenakan pakaian adat yang digunakan saat pernikahan ataupun upacara adat di Minangkabau.
Assistant Manager Environmental Development PT Kereta Api Indonesia (KAI), Yunanto, Kamis, mengatakan kegiatan kunjungan ke Istano Basa Pagaruyung untuk melihat langsung salah satu kemegahan warisan budaya yang ada di Sumbar.
"Di sini kami ingin para siswa mengenal langsung adat istiadat orang Minangkabau termasuk pakaian yang digunakan dalam upacara adat atau pernikahan," katanya.
Kegiatan menggunakan pakaian adat tersebut mendapat antusiasme tinggi dari seluruh peserta SMN asal Kalsel. Mereka langsung memilih jenis pakaian dan warna yang dinginkan dari galeri busana yang ada di bawah Istano Basa Pagaruyung tersebut.
"Ternyata suntiang ini berat juga, padahal ini replikanya tidak yang sebenarnya," kata Siswi SMAN 1 Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalsel, Adninda Hindun Alfiah yang memilih menggunakan busana adat lengkap penganten wanita Minangkabau.
Sebelumnya ia mendapatkan informasi bahwa wanita minang yang menikah akan menggunakan suntiang di kepala yang beratnya bisa mencapai empat kilogram saat duduk di pelaminan.
"Berat tapi ini sangat cantik," katanya yang juga mengagumi kemegahan istano basa pagaruyung yang menjadi salah satu ikon warisan budaya di Sumatera Barat itu.
Sementara itu, Ahmad Nanda peserta SMN dari SMK 1 Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel yang memilih mengenakan pakaian adat penganten pria.
"Warnanya bagus dan terlihat gagah," katanya.
Selain menggunakan pakaian tersebut, Ahmad juga mendapatkan sejarah panjang tentang Istano Basa Pagaruyung yang dua kali mengalami kebakaran sejak didirikan.
Ia juga mengagumi bagian-bagian dari istano pagaruyung itu dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bagian bangunan tersebut.
"Ukiran yang ada di Istano Basa Pagaruyung sangat bagus dan memiliki nilai-nilai sosial kemasyarakatan," katanya.
Pada kegiatan yang didukung oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai PIC dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan PT Semen Padang sebagai co PIC tersebut, 23 orang peserta SMN Kalsel dan guru pendamping dikenakan pakaian adat yang digunakan saat pernikahan ataupun upacara adat di Minangkabau.
Assistant Manager Environmental Development PT Kereta Api Indonesia (KAI), Yunanto, Kamis, mengatakan kegiatan kunjungan ke Istano Basa Pagaruyung untuk melihat langsung salah satu kemegahan warisan budaya yang ada di Sumbar.
"Di sini kami ingin para siswa mengenal langsung adat istiadat orang Minangkabau termasuk pakaian yang digunakan dalam upacara adat atau pernikahan," katanya.
Kegiatan menggunakan pakaian adat tersebut mendapat antusiasme tinggi dari seluruh peserta SMN asal Kalsel. Mereka langsung memilih jenis pakaian dan warna yang dinginkan dari galeri busana yang ada di bawah Istano Basa Pagaruyung tersebut.
"Ternyata suntiang ini berat juga, padahal ini replikanya tidak yang sebenarnya," kata Siswi SMAN 1 Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalsel, Adninda Hindun Alfiah yang memilih menggunakan busana adat lengkap penganten wanita Minangkabau.
Sebelumnya ia mendapatkan informasi bahwa wanita minang yang menikah akan menggunakan suntiang di kepala yang beratnya bisa mencapai empat kilogram saat duduk di pelaminan.
"Berat tapi ini sangat cantik," katanya yang juga mengagumi kemegahan istano basa pagaruyung yang menjadi salah satu ikon warisan budaya di Sumatera Barat itu.
Sementara itu, Ahmad Nanda peserta SMN dari SMK 1 Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel yang memilih mengenakan pakaian adat penganten pria.
"Warnanya bagus dan terlihat gagah," katanya.
Selain menggunakan pakaian tersebut, Ahmad juga mendapatkan sejarah panjang tentang Istano Basa Pagaruyung yang dua kali mengalami kebakaran sejak didirikan.
Ia juga mengagumi bagian-bagian dari istano pagaruyung itu dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bagian bangunan tersebut.
"Ukiran yang ada di Istano Basa Pagaruyung sangat bagus dan memiliki nilai-nilai sosial kemasyarakatan," katanya.