Tuapejat, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) mengklaim angka prevalensi (jumlah keseluruhan kasus) stunting di wilayah itu turun selama lima tahun terakhir.
     
"Dibanding 2014 dimana angka stunting (gangguan pertumbuhan) mencapai 39,6 dan pada 2018 sudah turun mencapai 31,7 persen dari 3.739 balita di Mentawai," kata Kepala Dinas Kesehatan Mentawai, Lahmuddin Siregar saat dihubungi  Antara, Jumat.

Meski begitu, lanjut dia, persentasenya prevalensi stunting itu masih lebih tinggi dibanding tingkat Sumbar yakni 30 persen.

Untuk itu sebutnya pihaknya terus melakukan edukasi secara menyeluruh dan masif serta menyentuh lapisan masyarakat. Selain itu juga membangkitkan kesadaran bagi keluarga tentang pentingnya pola asuh dan 1.000 hari pertama kelahiran.

"Banyak masyarakat beranggapan anaknya sehat-sehat saja, padahal gagal tumbuh. Anak itu ada standar-standar pertumbuhan yang harus dicapai dengan cara menjaga pola asuh, asupan makanan bergizi serta menjaga kesehatan lingkungan, diantaranya itu," katanya.

Ia mengungkapkan, untuk terus menekan angka stunting didaerah itu, pihaknya sudah mengeluarkan program gerakam Mentawai Anti Stunting dan Gizi Buruk Peduli Anak (Mas Hibur Dua) sejak 2018 lalu. Gerakan tersebut untuk mengajak seluruh komponen masyarakat berkontribusi menekan angka stunting.

Ia mengakui, kondisi geografis Kabupaten Mentawai yang kepulauan dan sebaran masyarakat pedalaman membuat penanganan stunting tidak maksimal, namun pihaknya terus mendekatkan pelayanan kesehatan masyarakat serta menambah tenaga kesehatan didaerah itu.

"Semua sektor saat ini kami benahi, pemerataan pembangunan fasilitas kesehatan terus kami lakukan,  saat ini sudah ada 15 Puskesmas  dan dua rumah sakit, satu diantaranya sedang dalam proses pembangunan," katanya.
Pihaknya dalam menekan angka stunting juga mendapat dukungan dari kementerian kesehatan dengan penempatan bantuan tenaga kesehatan di daerah itu lewat program nusantara sehat. (*)

Pewarta : Agung Pambudi
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024