Lubuksikaping (ANTARA) - Sejumlah pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Kabupaten Pasaman menjerit karena minimnya perhatian pemerintah setempat serta sulitnya mendapatkan bantuan permodalan menjadi salah satu penyebabnya sehingga terancam gulung tikar.

Seperti yang disampaikan salah satu pelaku usaha kerajinan di Tapus Lama, Nagari Padanggelugur, Kecamatan Padanggelugur, Januar Efendi (36), Kamis.

Pemilik dari sanggar seni Comunitas Pencinta Seni (Compecs) ini mengaku, bahwa saat ini usaha yang dia geluti sejak lima tahun terakhir itu terancam gulung tikar, akibat terkendala modal. 

"Wah, sulit buat diutarakan ya. Alhamdulillah, sampai saat ini perhatian itu belum ada. Baik dari nagari apalagi kabupaten. Usaha saya, yaa begini-begini saja bang," tutur Januar Efendi saat ditemui di bengkel miliknya. 

Ia saat ini dia hanya bisa memproduksi berbagai jenis produk kerajinan ala kadarnya, tergantung pesanan dari konsumen. Sementara untuk memproduksi dalam jumlah banyak tidak punya kesanggupan. 

"Yang dikerjakan, tergantung pesanan saja. Mulai dari gantungan kunci, hiasan dinding, lampu hias, kotak tisue, hiasan rumah dan berbagai jenis pernak-pernik rumah tangga lainnya," ujarnya.

Berbagai cara untuk mendapatkan bantuan modal usaha, kata Januar, sudah dia lakukan namun usahanya itu selalu gagal. Padahal, berbagai produk kerajinan miliknya selalu diminta ikut pameran. 

"Tiap ada acara orang kabupaten selalu datang. Minta dibuatkan ini dan itu untuk dibawa pameran. Tapi, kesulitan saya tidak pernah digubris," ujarnya. 

Ia menambahkan, bahwa usaha yang digeluti itu butuh sentuhan modal usaha untuk keberlangsungan usaha itu ke depan. Selain itu, kata dia, dengan bantuan modal tersebut akan dipergunakan untuk pembelian berbagai jenis peralatan. 

"Kalau dapat bantuan modal, saya akan beli mesin dulu dan peralatan lainnya. Biar produk saya ini dapat bersaing dengan produk pabrikan di pasaran," ujarnya. 

Ia mengklaim, bahwa usaha kerajinan miliknya itu mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan sampah rumah tangga. Sebab, usahanya itu juga memanfaatkan limbah rumah tangga. 

"Usaha saya ini bisa dibilang ramah lingkungan. Disini, saya juga mendaur ulang sampah, memanfaatkan limbah serta barang bekas yang sudah tidak terpakai oleh masyarakat," katanya. 

Sekretaris Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pasaman, Toharuddin mengatakan, ribuan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memang dihadapkan kendala permodalan dan terbatas pembinaan. 

Para pelaku UMKM, menurut dia, saat ini masih jalan sendiri-sendiri, minim pengetahuan dan minim jaringan dalam rangka memasarkan produk mereka. 

Berdasarkan data instansinya, jumlah UMKM di Pasaman sekarang lebih kurang 6.750 unit. Itu bergerak dibidang industri kerajinan, kain tenun, kue, bordir, usaha kacang goreng, kipang pulut dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Pemerintah Kabupaten Pasaman, kata dia, tidak pernah tinggal diam apalagi tutup mata. Bahkan berbagai upaya dilakukan, termasuk  melakukan promosi dan meningkatkan daya saing produk para pelaku usaha mikro kecil (UMK) di daerah itu. 

"Memang, rata-rata pelaku usaha kecil selalu mengeluhkan modal, sulit bersaing dan sulit mendapatkan pasar. Tapi, kita di Pemda tidak pernah tinggal diam akan hal itu," ujarnya. 

Salah satu upaya yang dilakukan, kata Tohar yaitu melakukan pembentukan pengurus Forum Usaha Mikro Kecil (FUMK) pada 28 September 2017 lalu. Dikatakan, pembentukan forum ini diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan usaha mikro kecil dan menengah di kabupaten itu.
 

Pewarta : Wahyu
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024