Jakarta, (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menyambut baik kerja sama antara perusahaan minyak dan gas asal Oman, Overseas Oil and Gas (OOG), dan PT Pertamina (Persero) yang menyepakati pembangunan kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur, dengan investasi senilai 10 miliar dolar AS.
Proyek investasi tersebut dibahas oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah dalam pertemuan bilateral di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis.
“Selain menggunakan kerangka kerja sama bilateral, Indonesia juga mendorong peningkatan kerja sama ekonomi dengan Dewan Kerja Sama Negara Teluk (GCC), yang Oman menjadi salah satu anggotanya,” kata Menlu Retno.
Kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari itu ditargetkan dapat beroperasi efektif mulai 2025.
Dalam pertemuan tersebut, kedua menlu juga sepakat untuk segera menandatangani kerja sama perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik, dinas, dan khusus, yang telah rampung dinegosiasikan.
Selain itu, Menlu Retno dan Menlu Yusuf sepakat mempercepat persetujuan angkutan udara dan persetujuan penghindaran pajak berganda yang pembahasannya sudah memasuki tahap akhir.
“Kami sepakat untuk terus meningkatkan hubungan kerja sama yang sudah berjalan dengan sangat baik,” tutur Menlu Retno.
Menlu Retno secara khusus menyampaikan apresiasinya atas bantuan pemerintah Oman kepada WNI, termasuk fasilitas yang diberikan pemerintah Oman dalam proses evakuasi WNI dari Yaman, saat terjadi krisis di negara tersebut.
Otoritas Oman kembali membantu proses pembebasan dan pemulangan seorang WNI yang sempat ditangkap oleh kelompok bersenjata di Yaman sejak November 2018.
“Hingga saat ini, pemerintah Oman juga membantu memfasilitasi pelajar Indonesia untuk keluar-masuk Yaman melalui Salalah, Oman,” tutur Menlu Retno.
Menlu Retno berharap Indonesia dan Oman bisa terus meningkatkan perannya untuk dunia yang lebih baik dan damai.
Di sisi lain, Menlu Yusuf menyebut pertemuan keduanya dengan Menlu Retno sebagai momentum yang baik untuk terus melanjutkan kerja sama investasi di Indonesia.
“Kami juga berkeinginan membahas bidang-bidang lain yang memungkinkan investasi antara kedua negara,” ujar dia.
Menlu Yusuf juga mengapresiasi posisi Indonesia yang tegas memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan mendukung perdamaian atas krisis yang terjadi di Arab dan Timur Tengah.
"Sejak berdirinya Negara Israel tahun 1948 kami berharap Palestina juga bisa merdeka. Kami sekarang mendukung berdirinya negara Palestina yang merdeka, independen dan strategis sehingga bisa menciptakan kondisi yang stabil dan aman di kawasan Timur Tengah,” kata dia. (*)
Proyek investasi tersebut dibahas oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah dalam pertemuan bilateral di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis.
“Selain menggunakan kerangka kerja sama bilateral, Indonesia juga mendorong peningkatan kerja sama ekonomi dengan Dewan Kerja Sama Negara Teluk (GCC), yang Oman menjadi salah satu anggotanya,” kata Menlu Retno.
Kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari itu ditargetkan dapat beroperasi efektif mulai 2025.
Dalam pertemuan tersebut, kedua menlu juga sepakat untuk segera menandatangani kerja sama perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik, dinas, dan khusus, yang telah rampung dinegosiasikan.
Selain itu, Menlu Retno dan Menlu Yusuf sepakat mempercepat persetujuan angkutan udara dan persetujuan penghindaran pajak berganda yang pembahasannya sudah memasuki tahap akhir.
“Kami sepakat untuk terus meningkatkan hubungan kerja sama yang sudah berjalan dengan sangat baik,” tutur Menlu Retno.
Menlu Retno secara khusus menyampaikan apresiasinya atas bantuan pemerintah Oman kepada WNI, termasuk fasilitas yang diberikan pemerintah Oman dalam proses evakuasi WNI dari Yaman, saat terjadi krisis di negara tersebut.
Otoritas Oman kembali membantu proses pembebasan dan pemulangan seorang WNI yang sempat ditangkap oleh kelompok bersenjata di Yaman sejak November 2018.
“Hingga saat ini, pemerintah Oman juga membantu memfasilitasi pelajar Indonesia untuk keluar-masuk Yaman melalui Salalah, Oman,” tutur Menlu Retno.
Menlu Retno berharap Indonesia dan Oman bisa terus meningkatkan perannya untuk dunia yang lebih baik dan damai.
Di sisi lain, Menlu Yusuf menyebut pertemuan keduanya dengan Menlu Retno sebagai momentum yang baik untuk terus melanjutkan kerja sama investasi di Indonesia.
“Kami juga berkeinginan membahas bidang-bidang lain yang memungkinkan investasi antara kedua negara,” ujar dia.
Menlu Yusuf juga mengapresiasi posisi Indonesia yang tegas memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan mendukung perdamaian atas krisis yang terjadi di Arab dan Timur Tengah.
"Sejak berdirinya Negara Israel tahun 1948 kami berharap Palestina juga bisa merdeka. Kami sekarang mendukung berdirinya negara Palestina yang merdeka, independen dan strategis sehingga bisa menciptakan kondisi yang stabil dan aman di kawasan Timur Tengah,” kata dia. (*)