Padang, (Antaranews Sumbar) - Generasi muda sebagai ujung tombak perubahan diharapkan dapat terus memupuk dan memperkuat persatuan bangsa. Perbedaan pilihan politik seharusnya tidak menggerus soliditas pemuda sebagai aset penting Keberlangsungan Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Perbedaan, apapun latar belakangnya, apakah pilihan politik, ide, gagasan tidak seharusnya membuat kita terkotak-kotak. Perbedaan itu sunnatullah, dan itulah yang membuat Indonesia kuat selama lebih dari 70 tahun ini," ujar Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, melalui keterangan resmi yang diterima Antara Sumbar usai peringatan Peristiwa Situjuah ke-70 di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Rabu.
Peristiwa Situjuah sendiri merupakan mata rantai Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 1948-1949 di Sumatera Tengah yang nilai-nilai perjuangannya sudah diakui pemerintah melalui Keppres Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara. Hal itu kemudian ditindaklanjuti Presiden Joko Widodo dengan menerbitkan Inpres Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Bela Negara.
Peristiwa Situjuah terjadi di Lurah Kincia, Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, 15 Januari 1949. Dalam peristiwa heroik mempertahankan NKRI dan UUD 1945 ini, sebanyak 69 pejuang kemerdekaan Indonesia gugur. Dalam peringatan tahun ini hadir lebih dari 30 ribu warga dengan berbagai atribut ke Indonesiaannya.
Arcandra menuturkan peristiwa Situjuah telah membuktikan komitmen Sumatera Barat sebagai salah satu barisan terdepan dalam perjuangan Indonesia melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Nilai-nilai masyarakat Sumatera Barat juga telah ikut membentuk karakter bangsa yang pantang menyerah, jujur, egaliter, santun dan berkeadaban.
"Sebagai orang Minang, saya bangga menjadi bagian dari jejak-jejak pendahulu kita yang luar biasa. Jangan sampai karakter kita sebagai bangsa yang sudah dikenal luas oleh dunia ini terhempas oleh sebuah perbedaan, apalagi sekedar perbedaan politik," ujar peraih lima paten di bidang teknologi migas ini.
Menurut Arcandra sebagai bentuk tanggung jawab kepada para pahlawan, generasi muda harus berlomba-lomba mendorong kemajuan Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan bagi setiap warganya. Hal itu juga yang dilakukan Pemerintah melalui berbagai terobosan dan inovasi kebijakan.
Ia mencontohkan di sektor migas, pemerintah kini memiliki anggaran lebih dari Rp32 triliun untuk meningkatkan produksi dan menemukan cadangan-cadangan migas baru. Dana ini diperoleh melalui kebijakan Komitmen Kerja Pasti (KKP) yang harus disiapkan oleh setiap investor migas di Indonesia.
"Sebelumnya setiap tahun APBN hanya menyediakan anggaran sekitar Rp 70 miliar untuk penemuan cadangan-cadangan migas baru. Dengan adanya kebijakan mengenai KKP, kita harapkan akan lebih banyak minyak yang diproduksi, sehingga bangsa ini bisa mandiri energi," imbuhnya.
Terobosan lainnya adalah kebijakan gross split yang menggantikan sistem cost recovery. Kebijakan baru ini lebih sederhana, efisien dan pasti. Lebih penting lagi, gross split tidak menggerogoti APBN layaknya cost recovery yang butuh Rp150 triliun - Rp 160 triliun per tahun.
"Saat ini banyak kontraktor migas yang berinisatif untuk pindah dari sistem cost recovery ke gross split. Total sudah ada sekitar 36 kontrak migas yang menggunakan gross split dan saya yakin akan terus bertambah," ungkap Arcandra.
Dengan populasi yang terus meningkat dan kebutuhan energi yang semakin membesar, Indonesia membutuhkan banyak inovasi dan kreativitas. Itu sebabnya, Arcandra berharap energi generasi muda lebih fokus untuk meraih hal-hal yang positif dan produktif daripada mengumbar benih-benih perpecahan.
"Kita bangga punya gojek, bukalapak, tokopedia,traveloka yang merupakan wujud nyata inovasi dan perubahan oleh anak- anak muda. Tapi kita juga prihatin dan khawatir dengan berbagai perilaku segelintir orang yang terus menebar hoaks dan perpecahan hanya karena berbeda. Jangan lupa, Indonesia besar karena perbedaan itu," tegasnya.
"Perbedaan, apapun latar belakangnya, apakah pilihan politik, ide, gagasan tidak seharusnya membuat kita terkotak-kotak. Perbedaan itu sunnatullah, dan itulah yang membuat Indonesia kuat selama lebih dari 70 tahun ini," ujar Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, melalui keterangan resmi yang diterima Antara Sumbar usai peringatan Peristiwa Situjuah ke-70 di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Rabu.
Peristiwa Situjuah sendiri merupakan mata rantai Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 1948-1949 di Sumatera Tengah yang nilai-nilai perjuangannya sudah diakui pemerintah melalui Keppres Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara. Hal itu kemudian ditindaklanjuti Presiden Joko Widodo dengan menerbitkan Inpres Nomor 7 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Bela Negara.
Peristiwa Situjuah terjadi di Lurah Kincia, Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, 15 Januari 1949. Dalam peristiwa heroik mempertahankan NKRI dan UUD 1945 ini, sebanyak 69 pejuang kemerdekaan Indonesia gugur. Dalam peringatan tahun ini hadir lebih dari 30 ribu warga dengan berbagai atribut ke Indonesiaannya.
Arcandra menuturkan peristiwa Situjuah telah membuktikan komitmen Sumatera Barat sebagai salah satu barisan terdepan dalam perjuangan Indonesia melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Nilai-nilai masyarakat Sumatera Barat juga telah ikut membentuk karakter bangsa yang pantang menyerah, jujur, egaliter, santun dan berkeadaban.
"Sebagai orang Minang, saya bangga menjadi bagian dari jejak-jejak pendahulu kita yang luar biasa. Jangan sampai karakter kita sebagai bangsa yang sudah dikenal luas oleh dunia ini terhempas oleh sebuah perbedaan, apalagi sekedar perbedaan politik," ujar peraih lima paten di bidang teknologi migas ini.
Menurut Arcandra sebagai bentuk tanggung jawab kepada para pahlawan, generasi muda harus berlomba-lomba mendorong kemajuan Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan bagi setiap warganya. Hal itu juga yang dilakukan Pemerintah melalui berbagai terobosan dan inovasi kebijakan.
Ia mencontohkan di sektor migas, pemerintah kini memiliki anggaran lebih dari Rp32 triliun untuk meningkatkan produksi dan menemukan cadangan-cadangan migas baru. Dana ini diperoleh melalui kebijakan Komitmen Kerja Pasti (KKP) yang harus disiapkan oleh setiap investor migas di Indonesia.
"Sebelumnya setiap tahun APBN hanya menyediakan anggaran sekitar Rp 70 miliar untuk penemuan cadangan-cadangan migas baru. Dengan adanya kebijakan mengenai KKP, kita harapkan akan lebih banyak minyak yang diproduksi, sehingga bangsa ini bisa mandiri energi," imbuhnya.
Terobosan lainnya adalah kebijakan gross split yang menggantikan sistem cost recovery. Kebijakan baru ini lebih sederhana, efisien dan pasti. Lebih penting lagi, gross split tidak menggerogoti APBN layaknya cost recovery yang butuh Rp150 triliun - Rp 160 triliun per tahun.
"Saat ini banyak kontraktor migas yang berinisatif untuk pindah dari sistem cost recovery ke gross split. Total sudah ada sekitar 36 kontrak migas yang menggunakan gross split dan saya yakin akan terus bertambah," ungkap Arcandra.
Dengan populasi yang terus meningkat dan kebutuhan energi yang semakin membesar, Indonesia membutuhkan banyak inovasi dan kreativitas. Itu sebabnya, Arcandra berharap energi generasi muda lebih fokus untuk meraih hal-hal yang positif dan produktif daripada mengumbar benih-benih perpecahan.
"Kita bangga punya gojek, bukalapak, tokopedia,traveloka yang merupakan wujud nyata inovasi dan perubahan oleh anak- anak muda. Tapi kita juga prihatin dan khawatir dengan berbagai perilaku segelintir orang yang terus menebar hoaks dan perpecahan hanya karena berbeda. Jangan lupa, Indonesia besar karena perbedaan itu," tegasnya.