Painan, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, menyatakan separoh dari 73.000 hektare atau 36.500 total lahan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat di daerah itu berjenis dura.
"Kelapa sawit jenis dura memiliki cangkang cukup tebal, daging buah tipis dan kandungan rendemen atau minyak yang dihasilkan dari ekstraksi buah juga rendah," kata Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan setempat, Andi Masri di Painan, Jumat.
Hal itu tambahnya menjadi salah satu penyebab murah dan tidak stabilnya harga tandan buah segar kelapa sawit asal daerah setempat dari tahun ke tahun.
Selain itu tandan buah segar kelapa sawit dari jenis dura juga berpotensi merusak mesin milik perusahaan kelapa sawit karena cangkangnya yang tebal.
Kendati demikian di daerah itu juga terdapat tanaman kelapa sawit unggulan jenis Pisifera dan Tenera. Tandan buah segar dari jenis ini memiliki daging buah yang tebal, cangkang kecil dan rendemennya tinggi.
Hanya saja tanaman kelapa sawit jenis tersebut cuma sedikit yang ditanam petani, hal tersebut terjadi karena minimnya pengetahuan mereka mengenai pemilihan bibit.
"Secara bertahap kami telah menyosialisasikannya ke petani dengan harapan mereka mengubah pola pikir mengenai cara memilih bibit kelapa sawit," sebutnya.
Kendati jenis tanaman kelapa sawit cukup mudah dikenali namun kebanyakan petani masih ragu-ragu mengganti tanaman kelapa sawitnya dengan bibit yang berkualitas.
"Tanaman kelapa sawit petani rata-rata sudah berproduktifitas tinggi, jika diganti tentu mereka akan menunggu minimal tiga tahun hingga masuknya masa panen, lamanya waktu menunggu membuat petani pasrah untuk tetap merawat tanaman kelapa sawit yang berasal dari bibit tidak unggul," ujarnya.
Sebagai upaya agar tanaman kelapa sawit jenis dura berganti dengan jenis unggul pada 2019 pihaknya berencana meremajakan seluas 1.630 hektare perkebunan kelapa sawit di daerah itu.
Lokasi peremajaan seluas 1.630 hektare tersebut difokuskan di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Air Pura, Lunang dan Silaut. (*)
"Kelapa sawit jenis dura memiliki cangkang cukup tebal, daging buah tipis dan kandungan rendemen atau minyak yang dihasilkan dari ekstraksi buah juga rendah," kata Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan setempat, Andi Masri di Painan, Jumat.
Hal itu tambahnya menjadi salah satu penyebab murah dan tidak stabilnya harga tandan buah segar kelapa sawit asal daerah setempat dari tahun ke tahun.
Selain itu tandan buah segar kelapa sawit dari jenis dura juga berpotensi merusak mesin milik perusahaan kelapa sawit karena cangkangnya yang tebal.
Kendati demikian di daerah itu juga terdapat tanaman kelapa sawit unggulan jenis Pisifera dan Tenera. Tandan buah segar dari jenis ini memiliki daging buah yang tebal, cangkang kecil dan rendemennya tinggi.
Hanya saja tanaman kelapa sawit jenis tersebut cuma sedikit yang ditanam petani, hal tersebut terjadi karena minimnya pengetahuan mereka mengenai pemilihan bibit.
"Secara bertahap kami telah menyosialisasikannya ke petani dengan harapan mereka mengubah pola pikir mengenai cara memilih bibit kelapa sawit," sebutnya.
Kendati jenis tanaman kelapa sawit cukup mudah dikenali namun kebanyakan petani masih ragu-ragu mengganti tanaman kelapa sawitnya dengan bibit yang berkualitas.
"Tanaman kelapa sawit petani rata-rata sudah berproduktifitas tinggi, jika diganti tentu mereka akan menunggu minimal tiga tahun hingga masuknya masa panen, lamanya waktu menunggu membuat petani pasrah untuk tetap merawat tanaman kelapa sawit yang berasal dari bibit tidak unggul," ujarnya.
Sebagai upaya agar tanaman kelapa sawit jenis dura berganti dengan jenis unggul pada 2019 pihaknya berencana meremajakan seluas 1.630 hektare perkebunan kelapa sawit di daerah itu.
Lokasi peremajaan seluas 1.630 hektare tersebut difokuskan di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Air Pura, Lunang dan Silaut. (*)