Padang, (Antaranews Sumbar) - Rabu siang, 18 April 2018  sesosok pria berkaca mata dengan setelan kemeja putih dipadu celana dasar melangkah ke salah satu ruangan yang ada di SMA Negeri 1 Padang.

    Lelaki itu terlihat  bergegas mengayunkan langkah kakinya, tak lama berselang seorang guru dan kepala sekolah dengan ramah menyambut kedatangannya.

    Ternyata pria itu bukan wali murid biasa, melainkan  Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang di tengah beragam aktivitas cukup padat tetap meluangkan waktu  menjemput rapor putrinya yang ke sembilan Laili Tanzila,  siswa kelas 11  di sekolah itu.

    Padahal sejak  pagi Irwan memiliki agenda yang lumayan padat. Pukul 09.00 WIB ia  memberikan arahan kepada seluruh kepala Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemprov Sumatera Barat tentang  Peraturan Presiden No 16 tahun 2018 terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah.

    Usai acara  pukul 13.00 WIB ia  menyempatkan diri  menerima audiensi dari Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumbar, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait kegiatan Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Sumatera Barat.

    Setelah itu Irwan pun segera meluncur dari Auditorium Gubernur Sumbar ke SMA Negeri 1 Padang yang berlokasi di Jalan Belanti Raya no 11 Kecamatan Padang Utara.

    "Saya sengaja datang ke SMA 1 Padang, untuk menjemput rapor Laili," kata Irwan.

    Ia menuturkan  kesempatan datang ke sekolah digunakan untuk lebih mengetahui perkembangan anak di sekolah.

    "Kebiasaan ini saya lakukan, karena ketika berkomunikasi dengan guru anak-anak secara langsung, saya mengetahui proses belajar mereka di sekolah," ujar Irwan.

    Kendati berstatus sebagai orang nomor satu di Sumbar dan sejak 2017 pengelolaan SMA  berada di bawah naungan provinsi Irwan tetap meluangkan waktu ke sekolah anaknya menjemput rapor.

    Padahal sebagai Gubernur ia dapat saja menugaskan bawahan  mengurus atau rapor dijemput oleh istrinya.

    Namun, bapak 10 anak itu menyadari  peran orang tua amat strategis  dalam  mendukung kesuksesan anak sehingga sesibuk apapun kegiatan tetap berupaya menyediakan waktu.

    Suami dari Nevi Zuairina ini memahami kunci utama kesuksesan anak ada pada orang tua dan harus keduanya  yaitu ayah dan ibu, bukan urusan ibu semata. 

    Ia pun kerap mengajak seluruh orang tua dalam berbagai kesempatan terlibat penuh dalam pengasuhan anak termasuk  para ayah.

    "Anak yang hebat buah didikan ayah dan ibu," katanya. 

    Tak heran politisi Partai Keadilan Sejahtera yang telah berkiprah sebagai anggota DPR RI tiga periode dan Gubernur Sumatera Barat dua periode itu dikenal  peduli  dengan pendidikan anaknya.

     Meskipun sibuk, perhatian terhadap anak tetap prioritas bagi Irwan.  Alhasil  beberapa  anaknya kini telah menamatkan sekolah hingga jenjang S2. 

     Putra pertamanya Jundy Fadhillah  merupakan tamatan S2 Master of Business Administration, di  Southern New Hampshire University, Amerika Serikat. Putri kedua Waviyatul Ahdi lulus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan saat ini mengambil spesialis konservasi di UI.

    Sedangkan putri ketiga Irwan, Dhiya’u Syahidah menempuh S1 di Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung dan  S2 Purchasing and Supply Chain Management di  University of Westminster , Inggris.

    Putra keempat Anwar Jundi menamatkan pendidikan di S1 Teknik Perikanan, Institut Pertanian Bogor dan putri kelima  Atika lulus  S1 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia dan sedang melanjutkan S2 Human Resource Management di Melbourne University, Australia

    Sedangkan putra keenam  Ibrahim sedang mengikuti pendidikan S1 Teknik Kimia, di Universitas Indonesia, dan putri ketujuh Shohwatul Ishlah kuliah di S1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

    Berikutnya putri kedelapan  Farhana saat ini kelas 3 SMAN 1 Padang, putri kesembilan  Laili Tanzila kelas 2 SMAN 1 Padang dan putri ke-10 Taqiya Mafaza Kelas 2 SMPIT Adzkia Padang.

    Menyiasati aktivitas yang padat untuk berkomunikasi dan memantau aktivitas semua putra-putrinya Irwan membuat grup khusus di whatsapp. Ia pun rutin memantau seluruh aktivitas anak-anaknya di sela-sela kegiatan.

    Ia bersyukur dengan adanya teknologi komunikasi bisa mengetahui aktivitas anaknya. Jadi apapun yang terjadi bisa diketahui mulai dari anak mau ujian,  magang, kehilangan dompet hingga selesai kompre.

    Namun biasanya waktu yang paling utama untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya adalah setelah shalat Subuh karena semuanya lengkap. Jadi ia memanfaatkan waktu tersebut untuk berbincang tentang apa saja.

    Sedangkan untuk anaknya yang di Jakarta biasanya setiap ada perjalan dinas ke Ibu Kota ia selalu menyempatkan bertemu agak satu jam seperti  makan malam bersama.

     Tidak hanya itu Irwan pun menanamkan nilai-nilai agama kepada semua anaknya sejak dini. Semua anaknya untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah di pesantren atau sekolah islam.

    "Semua mereka juga rata-rata hafal Al Quran minimal dua juz," katanya.

    Ia pun membuat pembagian tugas dengan istri soal mengurus anak. Biasanya urusan uang jajan hingga beli pulsa merupakan tugas Irwan.

    Peran Ayah 

    Agaknya apa yang dilakukan Irwan beserta istri layak diteladani karena pada hari ini tak sedikit orang tua terutama ayah  yang abai terhadap pengasuhan anak karena faktor kesibukan.

    Apalagi di kalangan masyarakat yang menganut budata patriarki yang menyerahkan urusan pengasuhan hanya kepada istri karena tugas ayah hanya dipandang sebagai sosok yang bertanggung jawab mencari nafkah di luar rumah.

    Kegelisahan akan minimnya kehadiran orang tua juga  dirasakan oleh Irwan Rinaldi penulis buku Ayah Ada Ayah Tiada.

    Menurutnya setidaknya ada dua waktu yang kehadiran orang tua terutama ayah yaitu saat anak akan tidur dan ketika bangun pagi.

    Menjelang tidur ada banyak hal yang sebenarnya ingin diceritakan anak kepada orang tua karena teramat banyak peristiwa yang mereka alami sehari penuh.

    Para anak membutuhkan dua hal penting dari ayahnya yaitu peran dan tokoh serta psikologis dan fisik. Ayah tak  hanya hadir hanya secara fisik namun juga psikologis.

     Sementara saat bangun pagi yang seharusnya ceria kerap berakhir menjadi ajang cercaan, makian hingga cubitan dari orang tua kepada anak.

    Ia menyarankan bangunkan buah hati dengan kalimat yang baik dan bisa saja disepakati terlebih dahulu dengan anak cara membangunkannya sebelum tidur.

     Kemudian saat sarapan ia menyarankan agar menjadi momen berkomunikasi dengan anak dan tidak disambi dengan aktivitas lain seperti menerima telepon serta menghindarkan komunikasi yang menyudutkan anak.

     Tak lupa saat melepas anak sekolah berikan pelukan dan ciuman sehingga anak menjadi senang dan berangkat penuh semangat dan merasakan kehadiran ayak secara fisik dan psikologis.

    Pada sisi lain Ia membagi tipe ayah menjadi dokter yang sok tahu dengan suka menganalisis tanpa mengetahui penyebab penyakit. Ada juga ayah yang bertipe penjaga kuburan yang suka menawarkan doa tanpa peduli apakah bermakna baik bagi anaknya.

    Namun yang paling berbahaya bagi perkembangan anak adalah ayah bertipe calo  yaitu gemar memberikan nasihat kebaikan tapi ia sendiri tidak melakukan.

    Ia pun berpesan kepada para ayah untuk kembali ke rumah, bermain bersama anak-anak menemani mereka dan menjadi sahabatnya.

 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024