Beirut, (Antaranews Sumbar) - Serangan militer Barat pimpinan Amerika Serikat (AS) terhadap Suriah dianggap gagal meneror tentara, dan justru membantu pemberontak atau bahkan melayani kepentingan Israel, kata pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah pada Minggu.


        Sayyed mengatakan, militer AS menahan serangannya secara terbatas karena tahu serangan lebih luas akan memicu pembalasan dari Damaskus dan sekutunya.


        "Militer AS tahu betul bahwa pergi ke arah bentrokan luas dan operasi besar melawan pemerintah dan tentara serta pasukan sekutu di Suriah tidak bisa berakhir," kata Nasrallah dalam unjuk rasa di Bekaa, Lebanon.


        "Setiap bentrokan seperti itu akan mengobarkan seluruh wilayah," katanya menambahkan.


        Hizbullah Syiah, yang didukung Iran, menjadi sekutu penting Damaskus dalam perang yang telah berlangsung tujuh tahun di Suriah, membantunya mendapatkan kembali wilayah dari pemberontak dan militan IS.


        Gerakan militer dan politik Hizbullah, yang memiliki anggota di parlemen Lebanon, juga berjuang bersama tentara Suriah.


        Pada Sabtu, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, serangan pimpinan AS ke Suriah menunjukkan kegagalan kekuatan Barat dalam mencapai tujuan mereka di Suriah setelah kekalahan kelompok garis keras dukungan asing.


        Bashar mengeluarkan pernyataan itu dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, kata kantor berita negara SANA. Rouhani menelepon Assad setelah serangan pimpinan AS menghantam Suriah.


        "Serangan itu terjadi setelah pasukan penjajah, yang mendukung para teroris, menyadari bahwa mereka kehilangan kendali, merasa bahwa mereka kehilangan kepercayaan di depan rakyat mereka sendiri dan dunia," kata Bashar.


        Ia menyoroti tekad negaranya untuk terus memerangi kalangan teroris di Suriah.


        Sementara itu, Rouhani menyatakan kecaman kerasnya atas serangan peluru kendali tersebut, yang dilakukan bersama-sama oleh AS, Inggris dan Prancis. Rouhani juga menekankan dukungan Iran kepada pemerintah Suriah.(*)

Pewarta : Antara/Reuters
Editor : Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2024