Dammam, Arab Saudi, 15/4 (Antara) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-29 Liga Arab di King Abdulaziz International Cultural Center, Dhahran, Dammam, Arab Saudi, Minggu, kembali memasukkan isu Palestina sebagai satu agenda penting yang dibahas.


        Isu Palestina berulang kali dibahas para pemimpin negara-negara anggota organisasi yang telah berdiri sejak dibentuk di Kairo, Mesir, tahun 1945 ini di banyak KTT dan forum lain.


        Perlehatan tertinggi dalam proses pengambilan keputusan Liga Arab yang kini beranggotakan 22 negara, termasuk Palestina, itu sendiri sudah digelar 29 kali, namun Palestina tak kunjung merdeka dan lepas dari penjajahan Israel.


        Alih-alih segera mendapatkan kemerdekaan dan haknya atas tanah yang dirampas Israel yang mendapat dukungan Amerika dan sekutunya, seperti Inggris, lingkar kekerasan tentara Israel atas rakyat Palestina tak kunjung berhenti.


        Bahkan, saat para pemimpin Liga Arab bertemu di KTT Dammam, Arab Saudi, ini, kekerasan tentara Israel atas rakyat Palestina yang menuntut keadilan, termasuk mereka yang menggelar aksi "Great March of Return" sejak 30 Maret 2018, terus terjadi.


        Sejak aksi yang menyerukan rakyat Palestina agar kembali ke rumah-rumah mereka yang kini berada di wilayah Israel itu digelar, setidaknya sudah 19 warga Palestina tewas dan hampir 1.500 orang lainnya terluka akibat kekerasan tentara Israel (Arab News, 2018).         


   Eskalasi dan lingkar kekerasan tentara Israel terhadap banyak warga Palestina tak bersenjata yang menuntut keadilan tersebut dalam berbagai protes mereka itu tak kunjung berhasil dihentikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan para pemimpin Dunia Islam, termasuk mereka yang pada Minggu ini bertemu di Liga Arab.


        Di tengah kekerasan yang terus dipertontonkan tentara Israel atas rakyat Palestina itu, para pemimpin Liga Arab yang bertemu di KTT Dammam dihadapkan pada masalah pelik lain di kawasan, seperti konflik Yaman/serangan misil Houthi dan Suriah.


        Terhadap kedua masalah tersebut, misalnya, soliditas Liga Arab dipertaruhkan karena terjadi perbedaan sikap dan keputusan politik di antara banyak negara anggotanya.


        Dalam kasus serangan gas terhadap rakyat tak berdosa di Suriah, misalnya, Arab Saudi dan Lebanon boleh jadi berbeda pandangan terhadap serangan udara Amerika Serikat dan beberapa sekutunya terhadap Suriah sebagai bentuk hukuman untuk Presiden Bashar Assad.


        Belajar dari reaksi Dunia Islam, termasuk negara-negara anggota Liga Arab, terhadap keputusan Presiden Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel pada 16 Desember 2017, tak banyak yang dapat diharapkan dari KTT Dammam ini bagi Palestina.


        Seorang jurnalis Palestina yang bekerja untuk stasiun televisi Russia Today (RT) yang ikut meliput KTT Liga Arab di Dammam mengatakan kepada Antara dan Bernama bahwa kalau pun para pemimpin Arab mengangkat isu Palestina, itu tak lebih dari sekadar rutinitas saja tanpa aksi nyata.


        Menurut dia, aksi nyata yang sepatutnya dilakukan secara konsisten oleh negara-negara Arab untuk melemahkan Israel adalah menghentikan segala bentuk perdagangan dan bisnis dengan Israel sehingga Tel Aviv kehilangan sebagian pendapatan negaranya.


        Namun, hukuman ekonomi terhadap Israel ini, katanya, tak akan diambil karena adanya perbenturan kepentingan nasional antarnegara anggota Liga Arab itu sendiri.


        Di tengah konflik dan dinamika regional yang mendera kawasan Teluk saat ini, agaknya adagium bahwa tak ada musuh atau teman yang abadi melainkan kepentingan bersama semakin nyata dalam melihat hubungan sejumlah negara anggota Liga Arab dengan Israel ini.


        Begitu pun, menempatkan isu Palestina ke dalam agenda KTT ke-29 Liga Arab di Dammam yang menurut seorang pejabat Kementerian Budaya dan Informasi Arab Saudi akan turut dihadiri Presiden Palestina Mahmoud Abbas, ini tetap patut dihargai.


        Terlebih lagi, sebagai tuan rumah dan negara besar dan berpengaruh di kawasan Teluk yang kini memasuki era baru berkat implementasi Visi 2030-nya itu, Arab Saudi senantiasa mendukung kemerdekaan Palestina dengan Al Quds Al Sharif sebagai ibu kotanya.


        Bagi Indonesia, Palestina senantiasa di hati dan keadilan bagi rakyat negeri yang tiada henti berjuang mendapatkan kemerdekaannya itu merupakan keniscayaan yang diperjuangkan sejak era pemerintahan Presiden Soekarno.


        Bahkan Bung Karno telah menegaskan garis kebijakan politik Indonesia itu dalam pernyataannya pada 1962: "Selama kemerdekaan bangsa Palestina beloem diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itoelah bangsa Indonesia berdiri menantang pendjadjahan Israel."


   Harapan bagi mewujudnya cita-cita rakyat Palestina merdeka dan bermartabat tiada pernah berhenti disuarakan dan diperjuangkan di berbagai forum internasional, termasuk di KTT Liga Arab di Dammam, Arab Saudi, Minggu (15/4) ini.


        Presiden Lebanon Michel Naim Aoun, seperti dilaporkan "Arab News", suratkabar berbahasa Inggris Arab Saudi (14/4), akan menyuarakan pentingnya solidaritas Arab dan menegaskan kembali dukungan negaranya pada perkembangan isu Palestina di KTT Dammam.


        Di tangan kepemimpinan Arab Saudi sebagai tuan rumah KTT ke-29 Liga Arab, perjuangan tiada henti untuk membantu kemerdekaan Palestina dipertaruhkan.(*)

Pewarta : Rahmad Nasution
Editor : Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2024