Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan Lion Air Group bekerja sama dalam pengembangan dan uji coba pemanfaatan bioavtur dari kelapa sawit sebagai bahan bakar pesawat terbang.
Penandatanganan nota kesepahaman di Jakarta, Selasa (10/4), dilakukan oleh Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono bersama Presiden Direktur Lion Air, Edward Sirait.
"Melalui kemitraan ini, kami berharap potensi minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar terbarukan ramah lingkungan dapat dioptimalisasi," kata Anggota Dewan Penasihat Gapki, Franky O. Widjaja dalam keterangan tertulis yang diterima.
Nantinya, kedua pihak akan melakukan riset, pengembangan dan uji coba pemanfaatan bioavtur sebagai bahan bakar alternatif bagi armada pesawat komersial.
Franky mengatakan penggunaan bioavtur dari kelapa sawit tidak hanya mengurangi pelepasan emisi karbon, tapi akan berefek pula pada tumbuhnya industri hilir kelapa sawit, serta meningkatkan penyerapan minyak kelapa sawit yang dihasilkan para petani di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia yang juga pendiri Lion Air, Rusdi Kirana, mengatakan komitmen ini akan mempercepat upaya mengurangi ketergantungan armada penerbangan komersial terhadap bahan bakar fosil.
"Selain itu, juga meningkatkan penyerapan minyak kelapa sawit di dalam negeri, yang menjadi bahan dasar bioavtur," kata Rusdi.
Penggunaan bioavtur berbasis sawit, selain bermakna memajukan industri kelapa sawit, melibatkan jutaan petani, juga karena pihak Lion Air mencatat, para petani sawit adalah salah satu pengguna terbesar maskapai tersebut.
Ada pun Pemerintah Indonesia merencanakan pada 2018 campuran biofuel pada avtur mencapai 3 persen, yang akan meningkat pada tahun 2025 menjadi 5 persen.
Penandatanganan nota kesepahaman di Jakarta, Selasa (10/4), dilakukan oleh Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono bersama Presiden Direktur Lion Air, Edward Sirait.
"Melalui kemitraan ini, kami berharap potensi minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar terbarukan ramah lingkungan dapat dioptimalisasi," kata Anggota Dewan Penasihat Gapki, Franky O. Widjaja dalam keterangan tertulis yang diterima.
Nantinya, kedua pihak akan melakukan riset, pengembangan dan uji coba pemanfaatan bioavtur sebagai bahan bakar alternatif bagi armada pesawat komersial.
Franky mengatakan penggunaan bioavtur dari kelapa sawit tidak hanya mengurangi pelepasan emisi karbon, tapi akan berefek pula pada tumbuhnya industri hilir kelapa sawit, serta meningkatkan penyerapan minyak kelapa sawit yang dihasilkan para petani di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia yang juga pendiri Lion Air, Rusdi Kirana, mengatakan komitmen ini akan mempercepat upaya mengurangi ketergantungan armada penerbangan komersial terhadap bahan bakar fosil.
"Selain itu, juga meningkatkan penyerapan minyak kelapa sawit di dalam negeri, yang menjadi bahan dasar bioavtur," kata Rusdi.
Penggunaan bioavtur berbasis sawit, selain bermakna memajukan industri kelapa sawit, melibatkan jutaan petani, juga karena pihak Lion Air mencatat, para petani sawit adalah salah satu pengguna terbesar maskapai tersebut.
Ada pun Pemerintah Indonesia merencanakan pada 2018 campuran biofuel pada avtur mencapai 3 persen, yang akan meningkat pada tahun 2025 menjadi 5 persen.