Selama ini panganan ikan lele identik dengan digoreng atau digulai, namun di Padang lele dapat dijadikan panganan khas rendang. 

     Adalah Anggy Ismet, wanita berusia 30 tahun yang mencetuskan ide pembuatan rendang yang dikombinasikan dengan ikan lele. 

     Dia bersama saudara ipar perempua dan suaminya memanfaatkan lele organik yang dibudidaya secara bersih dan higienis menjadi berbagai panganan dari ikan lele. 

     "Satu setengah bulan lalu,  kami mencetuskan rendang lele berawal dari iseng, " kata Anggy yang memulai usaha karena tertarik pada munculnya pro dan kontra tentang lele. 



     Alasan rendang lele dipilih untuk dikembangkan menurut wanita satu anak ini karena rendang merupakan makanan khas dan paling disukai di Sumbar bahkan dunia.

     Di samping itu keberadaan panganan tersebut masih jarang ditemukan,  sekalipun di kota besar seperti Padang. 

     Pada dasarnya memasak rendang berbahan lele tidaklah sulit dan memiliki prinsip hampir sama dengan berbahan lainnya. 

     Akan tetapi tentu ada penambahan kreasi tertentu yang diciptakan seperti pada rendang lele ini menggunakan tambahan daun jeruk dan daun kunyit untuk memperkuat rasa.

     Dia memaparkan untuk memasak satu kilogram rendang lele dibutuhkan bawang merah 20 buah,  bawang putih 10, jahe,  serai,  lengkuas,  cabai rawit, dan cabai giling halus,  santan tiga buah kelapa, daun jeruk lima lembar dan daun kunyit.

     Kemudian untuk memasaknya semua bumbu digiling halus, dicampurkan dan dihaluskan menggunakan blender atau pengocok.
 
    Ini kata dia menjadi kunci rasa rendang tersebut, meskipun pengakuannya memadukan rasanya hanya dari coba-coba.

     Usai digiling halus, santan dimasukkan ke dalam wajan bersama bumbu hingga tercampur merata dan mengental.

     Kemudian lele yang telah dipotong bagian daging atau fillet dilumuri dengan santan kemudian digoreng sebentar.

     Setelah itu ditiriskan dan dimasukkan ke campuran santan dan dimasak lebih kurang satu jam.

     Setelah itu dapat dihidangkan sebagai teman makan nasi.
 
    Sejauh ini kata dia beberapa konsumen 
telah membeli panganan tersebut baik secara langsung maupun dalam jaringan.

     Beberapa konsumen dari Padang, Bukittinggi dan dari Jakarta telah membeli rendang lele tersebut.

     Terkait pemasaran ini kata Anggy dijual Rp165 ribu per satu kilogramnya. Ke depan akan ada ukuran setengah kilo dan seperempat kilogram.

     Menurutnya prospek rendang lele di Sumbar cukup besar dengan catatan terdapat persediaan lelenya yang mencukupi.

     Untuk rendang lele ini, persediaannya dipasok dari kolam pribadi hasil budidaya di rumahnya.

     Dalam sehari bisa menghabiskan 20 kilogram lele organik untuk membuat lima kilogram rendang.

     Dalam hal ini kami menggunakan kolam sistem bio sirkulasi, dengan penggantian air terpadu dan kualitas air bersih dan higienis.

     Ini berbeda dari kebanyakan sistem budidaya lele konvensional yang cenderung menggunakan air keruh.

Pemasaran rendang

     Anggy berharap usaha tersebut dapat berkembang dan pemasarannya lebih luas.

     Bukan hanya di Sumbar namun juga lebih luas ke seluruh Indonesia dan dunia.

     Saat ini rendang menjadi salah satu makanan favorit di dunia, diharapkan rendang berbahan lele juga mengekornya. 

     Saat ini dirinya masih mengandalkan media sosial untuk memasarkannya serta mengantarkan langsung ke alamat.

     Ke depan akan dicoba dipasarkan melalui gelaran kegiatan dengan membuka anjungan seperti di depan gelanggang olahraga atau pameran.

     Di samping itu juga akan dicoba melalui pembuatan proposal kepada instansi dengan harapan adanya dukungan.

     Meskipun demikian, pemasaran akan dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan konsumen.
 
    Selain rendang, dirinya juga memperjual belikan panganan lele lainnya seperti lele patai jeruk, lele siap goreng tiga rasa dan ayam percik dari Malaysia.

     Sebelum memulai usaha ini dia juga mengaku mendapat bantuan usaha dari salah satu perusahaan BUMN dan masuk UMKM program kreatif BUMN.

     Pada intinya tujuan membuat rendang lele dan panganan lele itu untuk mempromosikan bahwa memakan masakan berbahan ikan tersebut aman.

     Menurutnya dengan kandungan protein yang tinggi dalam daging lele seharusnya menjadi salah satu pilihan dalam lauk pauk masyarakat.

     Tinggal saja sebutnya pembudidayaan dilakukan secara bersih dan terpadu seperti pemberian pakan ikan yang bersertifikasi dan layak.
         Kemudian pemasaran ikan lele organik akan lebih aman karena sudah lolos berbagai uji.

     Dia mengaku selain melakukan pemasaran dalam bentuk makanan lele jadi, penjualan lele mentah juga sering dilakukan.

     Saat ini dirinya bersama suami juga ikut mengelola kolam ikan lele di berbagai daerah di Sumbar.
 
    Pengelolaan ini sistem jaringan dan berbentuk komunitas yang membudidayakan sekaligus memasarkan lele organik
 
    Saat ini ada sekitar 51 kolam di seluruh Sumbar yang dikelola oleh komunitas tersebut.

     Seiring waktu, jumlah tersebut akan meningkat mengingat peminat budidaya lele organik semakin banyak.
         
Rasa khas
     Bagi beberapa penikmat lele kehadiran rendang lele menjadi alternatif pilihan panganan ikan air tawar tersebut.
 
    Salah satunya Melani, mahasiswa Magister di salah satu universitas negeri di Padang yang menyatakan terdapat rasa yang berbeda dari rendang Lele.

     Menurutnya rendang lele memiliki perbedaan dari kebanyakan rendang selama ini.

     Seperti pedasnya yang dinilai pas untuk beragam lidah orang.
 
    "Semua orang Indonesia dapat cocok dengan rasanya karena tidak terlalu pedas atau manis," kata wanita yang mengaku menyukai lele beberapa waktu terakhir.

     Di samping itu dari warnanya juga berbeda dengan warna kemerahan dibanding rendang biasa yang berwarna coklat kehitaman.
 
    Kemudian adanya rasa daun jeruk ikut mempengaruhi rasa rendang secara keseluruhan.

     Hal yang sama disampaikan Adek (30) yang menilai terdapat perbedaan dari tekstur rendang lele dan rendang lainnya.

     Menurutnya rendang lele, antara satu daging dengan lainnya lebih lekat sedangkan rendang bahan lain lebih jarang.
 
    Kemudian terdapatnya cabai rawit dalam bahannya juga membedakan dari rendang ikan bahan lainnya.

     Dia berharap rendang ini menjadi pilihan masyarakat Sumbar dan alternatif mencicipi rendang.  (*)

Pewarta : Deni
Editor : M R Denya
Copyright © ANTARA 2024