Padang, (Antaranews Sumbar) - Dokter Spesialis Penyakit Jantung dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang, Sumatera Barat dr Mefri Yani, Sp.JP mengatakan penyakit jantung koroner dapat dicegah atau diminimalkan dengan melakukan pengontrolan terhadap faktor risikonya.
"Untuk mencegah penyakit jantung koroner masyarakat harus paham dulu mengenai faktor risiko jantung koroner ini," katanya di Padang, Sabtu.
Ia menyebutkan, faktor risiko penyakit jantung koroner terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi diantaranya adalah usia, jenis kelamin, dan riwayat keturunan.
Contohnya dari keluarga yang orangtua kandung atau saudara kandung laki-laki meninggal secara mendadak akibat serangan jantung pada usia kurang dari 55 tahun dan perempuan pada usia kurang dari 65 tahun.
"Hal-hal tersebut merupakan faktor risiko
yang tidak dapat diubah," tambahnya.
Sementara faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes, jarang berolahraga, obesitas dan lainnya artinya hal itu dapat dikontrol dengan melakukan pola hidup sehat.
"Menghindari kebiasaan merokok, mengontrol kolesterol dan gula darah, rutin berolahraga dapat menghindarkan diri dari faktor-faktor risiko tersebut," katanya.
Untuk mengetahui bahwa seseorang menderita tekanan darah tinggi, kolesterol dan gula darah tinggi, Ia menganjurkan untuk mulai melakukan screening atau pemeriksaan kesehatan secara rutin minimal satu kali dalam setahun jika telah berumur di atas 40 tahun.
Pemeriksaan yang dilakukan tersebut harus secara menyeluruh agar mengetahui penyakit apa yang diderita sehingga dapat diantisipasi sedini mungkin.
Ia mengatakan keluhan yang biasanya disampaikan oleh pasien dengan penyakit jantung koroner adalah berupa nyeri dada dan sesak nafas sewaktu beraktivitas atau karena stres dan emosi, mengeluh cepat lelah dan lainnya, hal itu terjadi karena adanya gangguan suplai aliran darah koroner kepada otot jantung.
Sementara, sebelumnya Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Ova Emilia, mengatakan, hingga saat ini penyakit kardiovaskuler masih menjadi penyakit tidak menular utama penyebab kematian.
"Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu," katanya.
Ia menjelaskan penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk diantaranya adalah penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung (aritmia), gagal jantung, hipertensi dan stroke. Di Indonesia penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26,4 persen.
"Jantung koroner yang dikelompokkan penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian mencapai 26,4 persen, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker," kata dia. (*)