Padang - Perjuangan pers sejalan dengan bela negara seperti yang sudah tercatat dalam sejarah dimana ketika para pejuang perintis kemerdekaan menghadapi agresi ke II oleh kolonial Belanda di bumi pertiwi ini.
Dimana tepatnya 19 Desember 1948 para penjajah Belanda terus berupaya agar Indonesia tidak merdeka. Namun, kekuatan seluruh rakyat termasuk insan pers dalam bela negara yang menyatakan sekali merdeka tetap merdeka sehingga tak bisa ditaklukan para penjajah.
Semangat berkoban jiwa, raga dan harga tanpa mengharap pamrih dari para perintis kemerdekaan, patut menjadi spirit generasi saat ini dalam mengisi kemerdekaan.
Momentum peringatan Hari Bela Negara yang tepat pada 19 Desember 2017, beragam cara bisa dilalukan untuk menggugah kembali semangat perjuangan dan cinta tanah air bagi generasi bangsa.
Tentulah bukan sekadar kegiatan serimonial dalam bentuk upacara saja, tapi bisa seperti menggelar acara seminar untuk mengingatkan memori ke perjuangan Bela Negara.
Sejalan juga dengan menyonsong peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang tepatnya pada 9 Februari 2018, maka cara yang diambil Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Sumatera Barat menggelar seminar bertajuk "Pers Dalam Perjuangan Bela Negara".
Peserta yang melibatkan peserta dari kalangan jurnalis dari media cetak, elektronik dan online di Kota Padang, berlangsung di Aula Kantor Diskominfo Sumatera Barat.
Sedangkan narasumber Ketua PWI Sumbar Heranof dan Kepala Bidang Politik Dalam Negeri (Poldagri) Kesbangpol Provinsi Sumbar Salahuddin.
Kepala Dinas Kominfo Sumbar Yeflin diwakili Kepala Bidang Pengelola Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Sumbar Indra Sukma menyampaikan, kegiatan ini digelar bertujuan untuk menyosialisasikan tentang sejarah bela negara kepada kalangan jurnalis.
Melalui peran pers semangat bela negara dapat diinformasikan kepada masyarakat dan khususnya ke kalangan generasi muda daerah ini. Hal ini juga bagian dari rangkaian peringatan HPN 2018.
Sebab, di era sekarang banyak generasi muda yang tidak memahami perjalanan sejarah bela negara. Apalagi dikaitkan dengan peran pers pada masa perjuangan tersebut.
"Sejarah ini harus ditularkan kepada generasi sekarang agar tidak hilang, dan tetap tumbuhnya semangat cinta tanah air" ujarnya.
Melalui peran pers, bisa bersama sama membumikan nilai-nilai juang dan tentu dengan kritikan konstruktif terhadap pembangunan daerah dan bangsa sudah bagian bela negara dalam konteks kekinian.
"Kita melarang media memberikan kritikan untuk sukses program pembangunan, tapi akan lebih baik yang konstruktif sehingga keutuhan bersama masih tetap terjaga," ujarnya.
Ketua PWI Sumbar Heranof dalam pemaparannya, bahwa peran pers sejalan dengan perjuangan kemerdekaan, karena banyak referensi dan catatan sejarah.
Jika dikaitan dengan bela negara, bersama para pejuang di Sumatera Barat, ikut andil waktu itu Radio Republik Indonesia (RRI) yang menyuarakan Indonesia tetap merdeka. Tentunya sejumlah media cetak lainnya waktu itu di berbagai wilayah negeri ini.
"Membuktikan bahwa pers berfungsi sebagai alat perjuangan bangsa. Di era penjajahan pers berfungsi sebagai alat propaganda untuk kepentingan bangsa Indonesia," ujarnya.
Bela Negara Kekinian
Era boleh saja berganti, tapi perjalanan sejarah perjuangan bangsa ini harus tetap menjadi landasan untuk maju.
Semangat serta nilai-nilai harus tetap terinternalisasi dalam diri setiap anak bangsa. Penjajahan jaman sekarang bukan lagi dalam bentuk perang fisik tetapi juga non fisik.
Sejarah juga telah mencatat bahwa membela negara tidak hanya dilakukan dengan kekuatan senjata akan tetapi juga dilakukan setiap warga negara dengan kesadarannya untuk membela negara.
Menurut Ketua PWI Heranof, pers juga di era sekarang bisa berperan dalam menjaga keutuhan negara, caranya melalui penyaringan terhadap beredarnya informasi yang berseleweran di masyarakat.
Jadi, tambah dia, jurnalis yang di jaman now harus mampu menjaring informasi mana yang benar dan tidak, serta yang berdampak buruk terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit mengingatkan generasi muda di daerah itu, bahwa arti bela negara telah mengalami perluasan makna mengikuti perkembangan zaman, tidak hanya dengan perang.
"Bela negara tidak hanya dalam konteks perang, tetapi telah meluas dalam berbagai bidang seperti teknologi, ketahanan pangan hingga melindungi negara dari pengaruh buruk narkoba," kata Wagub usai upacara Peringatan HBN.
Menurut dia, perkembangan zaman membuat hal yang berpotensi merongrong kedaulatan negara juga berubah, sehingga warga negara terutama generasi muda harus mampu beradaptasi.
Tingkatkan sumber daya manusia dan terus gelorakan semangat bela negara untuk menjaga kedaulatan bangsa.
Ia juga mengingatkan generasi muda Sumbar terkait sejarah Hari Bela Negara yang berkaitan erat dengan daerah ini pada agresi Belanda kedua.
"Peringatan ini berkaitan dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di pedalaman hutan-hutan Sumbar. Generasi muda Sumbar harus memahami sejarah ini," kata dia.
Tanpa PDRI yang diketuai Syafruddin Prawiranegara, Republik Indonesia belum tentu masih ada saat ini.
Memaknai Hari Bela Negara, dalam bersikap berbuat demi membela dan mempertahankan kepentingan bangsa dan negara, karena negara merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan semua.
Banyak cara untuk memberi pemahaman dan memupuk semangat bela negara yang harus dilakukan kepada generasi muda, tinggal maukah untuk seling bersinergi.***
Dimana tepatnya 19 Desember 1948 para penjajah Belanda terus berupaya agar Indonesia tidak merdeka. Namun, kekuatan seluruh rakyat termasuk insan pers dalam bela negara yang menyatakan sekali merdeka tetap merdeka sehingga tak bisa ditaklukan para penjajah.
Semangat berkoban jiwa, raga dan harga tanpa mengharap pamrih dari para perintis kemerdekaan, patut menjadi spirit generasi saat ini dalam mengisi kemerdekaan.
Momentum peringatan Hari Bela Negara yang tepat pada 19 Desember 2017, beragam cara bisa dilalukan untuk menggugah kembali semangat perjuangan dan cinta tanah air bagi generasi bangsa.
Tentulah bukan sekadar kegiatan serimonial dalam bentuk upacara saja, tapi bisa seperti menggelar acara seminar untuk mengingatkan memori ke perjuangan Bela Negara.
Sejalan juga dengan menyonsong peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang tepatnya pada 9 Februari 2018, maka cara yang diambil Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Sumatera Barat menggelar seminar bertajuk "Pers Dalam Perjuangan Bela Negara".
Peserta yang melibatkan peserta dari kalangan jurnalis dari media cetak, elektronik dan online di Kota Padang, berlangsung di Aula Kantor Diskominfo Sumatera Barat.
Sedangkan narasumber Ketua PWI Sumbar Heranof dan Kepala Bidang Politik Dalam Negeri (Poldagri) Kesbangpol Provinsi Sumbar Salahuddin.
Kepala Dinas Kominfo Sumbar Yeflin diwakili Kepala Bidang Pengelola Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Sumbar Indra Sukma menyampaikan, kegiatan ini digelar bertujuan untuk menyosialisasikan tentang sejarah bela negara kepada kalangan jurnalis.
Melalui peran pers semangat bela negara dapat diinformasikan kepada masyarakat dan khususnya ke kalangan generasi muda daerah ini. Hal ini juga bagian dari rangkaian peringatan HPN 2018.
Sebab, di era sekarang banyak generasi muda yang tidak memahami perjalanan sejarah bela negara. Apalagi dikaitkan dengan peran pers pada masa perjuangan tersebut.
"Sejarah ini harus ditularkan kepada generasi sekarang agar tidak hilang, dan tetap tumbuhnya semangat cinta tanah air" ujarnya.
Melalui peran pers, bisa bersama sama membumikan nilai-nilai juang dan tentu dengan kritikan konstruktif terhadap pembangunan daerah dan bangsa sudah bagian bela negara dalam konteks kekinian.
"Kita melarang media memberikan kritikan untuk sukses program pembangunan, tapi akan lebih baik yang konstruktif sehingga keutuhan bersama masih tetap terjaga," ujarnya.
Ketua PWI Sumbar Heranof dalam pemaparannya, bahwa peran pers sejalan dengan perjuangan kemerdekaan, karena banyak referensi dan catatan sejarah.
Jika dikaitan dengan bela negara, bersama para pejuang di Sumatera Barat, ikut andil waktu itu Radio Republik Indonesia (RRI) yang menyuarakan Indonesia tetap merdeka. Tentunya sejumlah media cetak lainnya waktu itu di berbagai wilayah negeri ini.
"Membuktikan bahwa pers berfungsi sebagai alat perjuangan bangsa. Di era penjajahan pers berfungsi sebagai alat propaganda untuk kepentingan bangsa Indonesia," ujarnya.
Bela Negara Kekinian
Era boleh saja berganti, tapi perjalanan sejarah perjuangan bangsa ini harus tetap menjadi landasan untuk maju.
Semangat serta nilai-nilai harus tetap terinternalisasi dalam diri setiap anak bangsa. Penjajahan jaman sekarang bukan lagi dalam bentuk perang fisik tetapi juga non fisik.
Sejarah juga telah mencatat bahwa membela negara tidak hanya dilakukan dengan kekuatan senjata akan tetapi juga dilakukan setiap warga negara dengan kesadarannya untuk membela negara.
Menurut Ketua PWI Heranof, pers juga di era sekarang bisa berperan dalam menjaga keutuhan negara, caranya melalui penyaringan terhadap beredarnya informasi yang berseleweran di masyarakat.
Jadi, tambah dia, jurnalis yang di jaman now harus mampu menjaring informasi mana yang benar dan tidak, serta yang berdampak buruk terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit mengingatkan generasi muda di daerah itu, bahwa arti bela negara telah mengalami perluasan makna mengikuti perkembangan zaman, tidak hanya dengan perang.
"Bela negara tidak hanya dalam konteks perang, tetapi telah meluas dalam berbagai bidang seperti teknologi, ketahanan pangan hingga melindungi negara dari pengaruh buruk narkoba," kata Wagub usai upacara Peringatan HBN.
Menurut dia, perkembangan zaman membuat hal yang berpotensi merongrong kedaulatan negara juga berubah, sehingga warga negara terutama generasi muda harus mampu beradaptasi.
Tingkatkan sumber daya manusia dan terus gelorakan semangat bela negara untuk menjaga kedaulatan bangsa.
Ia juga mengingatkan generasi muda Sumbar terkait sejarah Hari Bela Negara yang berkaitan erat dengan daerah ini pada agresi Belanda kedua.
"Peringatan ini berkaitan dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di pedalaman hutan-hutan Sumbar. Generasi muda Sumbar harus memahami sejarah ini," kata dia.
Tanpa PDRI yang diketuai Syafruddin Prawiranegara, Republik Indonesia belum tentu masih ada saat ini.
Memaknai Hari Bela Negara, dalam bersikap berbuat demi membela dan mempertahankan kepentingan bangsa dan negara, karena negara merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan semua.
Banyak cara untuk memberi pemahaman dan memupuk semangat bela negara yang harus dilakukan kepada generasi muda, tinggal maukah untuk seling bersinergi.***