Arosuka, (Antara Sumbar) - Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Sumatera Barat mendorong Petani Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok untuk menanam buah naga sebagai salah satu sumber pendapatan.

"Sekarang sudah mulai banyak petani yang tertarik menanam buah naga atas inisiatif sendiri, terutama di kecamatan X Koto Singkarak," kata Peneliti Balitbu Irwan Muas di Aripan, Senin.

Ia mengatakan walaupun, sentra buah naga di Indonesia berada di Provinsi Jawa Timur dan Kalimantan Timur, iklim Sumbar yang tropis juga mendukung untuk budidaya buah naga. Dan untuk di Solok, Kecamatan X Koto Singkarak yang agak panas cocok untuk budidaya.

"Sebab buah naga merupakan tanaman buah tropis yang cocok di daerah khatulistiwa, dan Sumbar termasuk daerah tersebut," ujarnya.

Hingga kini, sekitar 10 hektare kebun buah naga sudah ada di Kecamatan X Koto Singkarak. Buah naga yang dibudidayakan kebanyakan yang berjenis kulit merah dengan daging merah.

Ia menyebutkan tanaman buah naga memang memerlukan perawatan yang cukup intensif, dengan menerapkan budidaya sehat dari pembibitan dan awal tanam.

Buah naga harus mendapat sanitasi yang cukup, pemangkasan yang rutin, dan sering dikontrol agar terbebas dari penyakit.

Tanaman ini memerlukan waktu delapan bulan untuk berbuah sejak pertama ditanam. Buah Naga dapat berbuah dua minggu sekali, dan satu batangnya bisa menghasilkan empat kilogram/ bulan.

Penyakit berbahaya yang menyerang buah naga yaitu Stem Canker Cendawan Neosytalidium dimidiatum. Penyakit yang belum ditemukan vaksinnya.

Kendala petani yang banyak ditemukan yaitu kesulitan mencari alternatif tiang beton untuk berdirinya buah naga. Karena biaya pendirian tiang beton cukup mahal.

"Memakai tiang beton, karena buah naga tanaman yang bisa hidup lama hingga 25 tahun, jadi tiang tanaman harus kuat, kalau tidak kayu ulin yang agak sulit ditemukan disini," ujarnya.

Selain itu, bibit tanaman buah naga cukup mahal yaitu sekitar RP 10.000 hingga Rp 15.000/ batangnya.

Tanaman Buah Naga merupakan tanaman asal Meksiko yang mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2000, sekitar tahun 2005 masuk ke Sumbar untuk dibudidayakan.  (*)

Pewarta : Tri Asmaini
Editor :
Copyright © ANTARA 2024