Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Kapasitas produksi perajin kain songket di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, telah mencapai sebanyak 70.224 lembar per tahun.
"Jumlah total tersebut dihasilkan oleh populasi perajin sekitar 796 orang dengan perkiraan transaksi mencapai Rp19,9 miliar selama 2016," kata Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan setempat, Deswanda, di Sawahlunto, Rabu.
Dari jumlah tersebut, lanjutnya, total biaya produksi yang dikeluarkan diperkirakan sebesar Rp8,9 miliar dengan laba sebesar Rp11 miliar.
Menurutnya, selama ini hasil produksi tersebut ditampung melalui pengumpul yang berjumlah sekitar 23 pedagang songket, yang rencananya akan ditempatkan di kawasan pasar songket yang dibangun oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan.
"Jika sudah terintegrasi dalam sebuah sistem pasar dengan tata kelola kios yang lebih baik, diharapkan pendapatan masyarakat perajin bisa bertambah," jelasnya.
Sehingga, pertumbuhan ekonomi kota itu bisa lebih ditingkatkan melalui sektor kerajinan yang sudah dikenal sebagai kearifan lokal masyarakat setempat.
Terkait upaya pelestarian yang sudah dilakukan pihaknya, dia mengatakan dalam meningkatkan pertumbuhan populasi perajin songket pihaknya telah melakukan pembinaan berupa pelatihan bagi sebanyak 50 orang setiap tahun.
Pembinaan tersebut dilakukan sebagai langkah awal untuk menjamin keberlanjutan produksi setelah kain songket Silungkang pernah nyaris punah seiring menurunnya minat masyarakat untuk menekuni usaha tersebut.
"Pada tahun ini, selain memanfaatkan dana APBD Kota Sawahlunto, kami juga mendorong penggunaan dana desa untuk membantu pembiayaan pelatihan tersebut," kata dia.
Selain itu, tambahnya, untuk menjamin ketersediaan pasar untuk menampung hasil peroduksi perajin, pemerintah daerah itu juga terus melakukan promosi melalui Koperasi Industri Kerajinan Rakyat (KOPINKRA).
Kemudian, upaya promosi juga dilakukan pada tingkat kota dan nasional melalui keikutsertaan pada ajang pameran serta agenda tahunan Sawahlunto Internasional Songket Carnaval (SISCA) dan kegiatan lainnya.
"Pemerintah daerah juga telah melahirkan regulasi untuk memakai songket untuk seragam kedinasan dan sejauh ini cukup membantu perajin dalam menambah pendapatan mereka," tambahnya.
Sebelumnya, perajin songket di Sumatera Barat meminta perhatian pemerintah untuk membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mengatasi kesulitan modal, dan memasarkan hasil karyanya.
"Pemerintah harus memberikan perhatian khusus terhadap perajin songket terutama mereka yang belum tergabung dalam koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)," kata pengusaha songket Boy Wibisana di Padang, Kamis. (*)