Tidak ada yang tak mengenal sosok Khairul Jasmi (54) yang akrab dengan sapaan KJ di ranah jurnalistik kota Padang dan Sumatera Barat umumnya.
Jurnalis yang biasa bergaul dan berkomunikasi di Ranahminang pasti mengenal pria berkaca mata ini.
Sebagai seorang jurnalis KJ telah mengecap asam garamnya dunia "Kuli Tinta" sejak menjadi wartawan Harian Semangat Padang pada 1997 hingga saat ini dipercaya memimpin redaksi Harian Singgalang Padang.
Selain dua media itu, ia juga pernah bekerja sebagai jurnalis di media nasional yakni Harian Berita Buana Jakarta (1992 hingga 1993) dan Harian Republika Jakarta (1994 hingga 2006).
Orangnya ramah, suka senyum dan bergurau hingga wajar dirinya disukai banyak orang dan berteman dengan kalangan jurnalis, masyarakat biasa, politisi, pejabat pemerintah, anggota polisi/TNI dan pengusaha baik lokal maupun nasional.
KJ putra kelahiran Supayang, Tanah Datar, 15 Februari 1963 itu juga dikenal cerdik dan punya banyak pengamalan liputan dalam dan luar negeri, hingga dia menjadi tempat bertanya bagi yunior-yuniornya.
Ia pun sering berbagi pengalaman liputan melalui banyak seminar atau workshop tentang jurnalistik di daerah ini.
Selain seorang jurnalis, KJ juga dikenal sebagai sastrawan, seniman dan budayawan di Sumatera Barat. Ia bukan saja mahir menulis berita dan feature tapi juga cerpen, sajak dan karya seni lainnya.
Banyak buku sastra yang diterbitkannya dan beberapa buku biografi yang ditulisnya tetang sejumlah tokoh daerah dan nasional seperti Brigjen Kaharoeddin Dt Rangkayo Basa (mantan gubernur Sumbar) dan Eurico Guterres (tokoh dari Timor Timur).
Pergaulannya yang luas dengan sesama jurnalis di Sumatera Barat mengantarkan KJ sebagai Presiden Padang Press Club (PPC) sebagai perhimpunan jurnalis terbaik di provinsi ini dan pernah menjadi Sekretaris PWI Sumbar.
Di level nasional, beliau juga dipercaya sebagai Wakil Ketua Forum Pemred se-Indonesia.
Kemampuannya di kancah nasional juga dibuktikan melalui salah satu feature yang ditulisnya dan sukses menyabet pengharganaan paling bergengsi versi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pusat "Adinegoro" pada 2003.
Piala Adinegoro diterimanya saat peringatan puncak Hari Pers Nasional di Bali dan diserahkan oleh wartawan senior Indonesia, Rosian Anwar.
Di level internasional pun Khairul Jasmi pun pernah meraih pemenang pertama Sayembara Cerpen yang diadakan Daikin University, Australia pada tahun 2000.
Meski sibuk di dunia jurnalistik, tidak membuat KJ melupakan pendidikanya, bahkan yang persangkutan meraih gelar master Manajemen di Universitas Negeri Padang (UNP) di tahun 2004 dan menjadi dosen tidak tetap di Universitas Bung Hatta (UBH) dan STKIP PGRI Sumbar.
Karirnya di bidang pendidikan seiring dengan istrinya, Enizar yang tercatat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) selaku guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Padang yang juga se-almamater dengannya selaku Sarjana Pendidikan IKIP Padang.
Pergaulan yang kuat dan baik dengan pemerintah daerah Sumatera Barat, dibuktikan Khairul Jasmi dengan dipercayanya yang bersangkutan sebagai salah seorang komisaris pada tiga Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemprov setempat.
BUMD itu adalah PT Balairung Citrajaya Sumbar (bisnis perhotelan di Jakarta), PT Grafika Jaya Sumbar (bisnis percetakan di Padang) dan PT Dinamika Sumbar Jaya (bisnis perbengkelan automotif di Padang).
Dengan aneka kesibukan di bidang jurnalistik, sastrawan, dosen, dan komisaris BUMD membuat aktivitas Khairul Jasmi sangat padat.
Namun sesuai profesinya sebagai seorang wartawan tentulah jabatan Pemimpin Redaksi Harian Singgalang Padang yang terbanyak menyita pikiran dan waktunya saat ini.
Di bidang ini ia banyak melahirkan karya dan prestasi serta tidak sedikit pula wartawan senior dan yunior yang dipimpin, dibina dan dilahirkannya sebagai pemimpin salah satu koran harian yang besar di Sumatera Barat itu.
Penghargaan PCNO
Aneka karya dan prestasi serta banyak kegiatan yang ditorehkan Khairul Jasmi tidak saja sudah familiar di Sumatera Barat, namun juga menjadi sorotan positif dan apresiasi dari lembaga kewartawanan terbesar di Indonesia Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.
PWI pun dalam peringatan pusat Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2017 yang dipusatkan di Ambon baru-baru ini memilih dan menetapkan KJ sebagai satu dari 15 wartawan di Indonesia yang mendapat penghargaan "Press Card Number One (PCNO)" atau kartu pers nomor satu dari PWI.
Penghargaan ini ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) PWI Pusat Nomor: 118/PWI-P/HPN2017/I/2017. Dalam Sk ini disebutkan menerima PCNO 2017 adalah Sasongko Tedjo (Harian Suara Merdeka, Semarang), Hendro Basuki (Harian Suara Merdeka, Semarang) dan Amir Mahmud NS juga dari Harian Suara Merdeka, Semarang.
Kemudian, Mohammad Nasir (Harian Kompas, Jakarta), Yanto Soegiarto (Globe Asia, Jakarta), Matauridi (Harian Tribun Kaltim), Agus Sandjadirdja (Koranbanten.com, Serang), Ardiansyah (Harian Radar Lampung, Lampung), Marganas Nainggolan (Harian Batam Pos, Batam), Basril Basyar (Harian Koran Rakyat Sumbar, Padang).
Berikutnya, Khairul Jasmi (Harian Singgalang, Padang), AK Mahmud (JAKTV, Jambi), Abdussamad Hanafiah (Harian Kalteng Pos, Palangkaraya), Selamat Ginting (Republika, Jakarta), dan Arifin Asydhad (Kumparan.com, Jakarta).
Sebagai salah seorang penerima PCNO PWI 2017, Khairul Jasmi mengatakan penghargaan itu merupakan satu kebanggaan tetapi untuk mempertahankan dan menjaganya cukup berat.
Ia mengemukakan, penghargaan PCNO yang diterimanya saat berkarya jurnalistik sangat berat untuk menjaganya.
Menurutnya PCNO bisa didapat karena sokongan newsroom Harian Singgalang, maka terima kasih pada semua jurnalis di media tersebut.
KJ mengatakan menjadi pimpinan redaksi di suatu media massa harian dalam suasana sekarang amat sulit.
"Ibaratkan mengayuh di antara dua karang, artinya di zaman hoax sekarang gampang tergelincir, maka diperlukan kehati-hatian," ujarnya.
Ia mengatakan tingkat kecerdasan masyarakat sebagai pembaca media semakin tinggi saat ini.
Justru itu, wartawan harus selalu menjaga integritas dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik. Bekerja menjadi wartawan harus sepenuh hati sehingga terus mampu berkarya, katanya.
Khairul Jasmi yang juga penggagas Forum Pemimpin Redaksi (Pempred) itu, mengatakan jurnalis berkarya adalah untuk menyuguhkan informasi kepada masyarakat.
Karya dihasilkan oleh seorang jurnalis bukan saja rutinitas dalam bentuk berita atau tulisan sehari-hari saja. Namun, bagaimana bisa berkarya sampai dalam bentuk menulis buku baik dalam cerpen ataupun novel, ujarnya.
Ia menyebutkan, menjadi wartawan merupakan pilihan hidup dirinya, bahkan karena itu ia berani meninggalkan status PNS sebagai guru.
"Alhamdulillah, sampai sekarang beberapa karya buku, novel dan cerpen sudah diterbitkan," kata bapak dari Jombang Santani Khairen dan Seruni Puti Rahmita itu. (*)