Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat mencatat perekonomian daerah itu pada triwulan III/2016 hanya tumbuh 4,82 persen atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,8 persen.

         "Setelah tiga triwulan terakhir ekonomi Sumbar mencapai pertumbuhan tertinggi di Sumatera pada triwulan III melambat akibat dinamika ekonomi nasional dan global," kata Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko di Padang, Selasa.

         Ia menyampaikan hal itu pada pertemuan tahunan Kantor Perwakilan  Bank Indonesia  Sumbar 2016  dengan tema Mengoptimalkan Potensi dan Memperkuat Resiliensi dihadiri  Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan pemangku kepentingan terkait.

         Menurutnya perlambatan pertumbuhan ekonomi berasal dari kontraksi konsumsi  pemerintah dan penurunan investasi.

         Kebijakan penghematan fiskal melalui penundaan dana transfer daerah dan belum maksimalnya kontribusi investasi  berdampak pada pelemahan kinerja perekonomian, kata dia.

         Sementara dari sisi eksternal permintaan ekspor dari negara dagang masih terbatas karena belum solidnya perbaikan ekonomi negara  tersebut.

         Kemudian, dari aspek lapangan usaha  perlambatan terjadi karena kontraksi sektor pertanian, penurunan kinerja perdagangan dan industri pengolahan, lanjut dia.

         Ia mengatakan melemahnya  kinerja pertanian disebabkan cuaca ekstrem  yang menghambat proses produksi.

         Akan tetapi ia memperkirakan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada 2016 akan berada pada angka  5,2 persen sampai 5,6 persen atau cenderung stabil dibandingkan pertumbuhan 2015 yang mencapai 5,41 persen.

         Dari hasil kajian BI, tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi  yang tinggi dan berkesinambungan adalah faktor keterbukaan, tanah ulayat dan hilirisasi, kata dia.

         Ia memperkirakan pada 2017 ekonomi Sumbar dapat tumbuh 5,3 persen sampai 5,7 persen  ditopang konsumsi swasta, perbaikan investasi dan belanja modal pemerintah serta pemulihan kinerja ekspor.

         Pemulihan harga komoditas dunia yaitu CPO dan karet akan mendorong kenaikan daya beli dan pendapatan masyarakat, ujar dia.

         Selain itu  meningkatnya transfer pemerintah pusat ke daerah  melalui dana perimbangan akan meningkatkan belanja daerah, lanjut dia.

         Sementara  Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menilai untuk menggerakkan ekonomi Sumbar perbankan harus berperan dengan menyalurkan kredit untuk pengembangan usaha.

         "Kalau perbankan mau mengucurkan dana lebih banyak untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah maka ekonomi akan lebih bergairah," katanya. (*)

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024