Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Rombongan wartawan berbagai media massa cetak dan elektronik yang bertugas Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta, 13-16 November 2016.

         "Kegiatan ini berbentuk studi komparatif dengan menitikberatkan kepada pelaksanaan program Gerakan Subuh Berjamaah serta pengembangan potensi wisata kesejarahan di Yogyakarta yang merupakan salah satu pusat wisata heritage di Indonesia," kata Kepala Sub Bagian Hubungan Publik Sekretariat Daerah Kota Sawahlunto Fadilla Jusman di Yogyakarta, Senin.

         Dia menjelaskan kunjungan hari pertama diawali dengan mengikuti shalat subuh berjamaah di masjid bersejarah kota itu, Masjid Agung Kota Gede Mataram, serta beberapa masjid lainnya oleh rombongan yang dibagi menjadi beberapa kelompok.

         Ia menjelaskan tentang pembagian kelompok itu, agar masing-masing wartawan bisa lebih memahami tentang gerakan subuh berjamaah yang saat ini juga tengah digalakkan di Kota Sawahlunto.

         "Hal itu sangat dibutuhkan dalam membangun arah pemberitaan terkait program tersebut sehingga mampu memberikan nilai edukasi dalam membentuk karakter masyarakat Sawahlunto yang religius," katanya.

         Pengurus Masjid Agung Kota Gede Mataram, Yogyakarta, Wahrisman, mengatakan shalat secara berjamaah sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat, sejak masa pemerintahan Raja Mataram, Panembahan Senopati.

         "Masjid ini mulai dipugar pada 1856 yakni di masa pemerintahan Sri Sultan Paku Buwono II, pada awalnya bangunan ini merupakan istana raja sebelum difungsikan sebagai rumah ibadah," katanya.

         Khusus pelaksanaan shalat subuh berjamaah, pihaknya terus menggelorakan melalui program "Seratusan Jamaah" serta melaksanakan pengajian-pengajian Al Quran dan Hadist pada beberapa hari tertentu dalam seminggu.

         Biasanya, kata dia, pengajian tersebut diselenggarakan setelah shalat isya dengan didahului pelaksanaan shalat maghrib dan isya secara berjamaah.

         "Masjid ini selalu penuh pada saat kegiatan pengajian dan tak hanya dihadiri umat muslim setempat namun juga mereka yang berasal dari beberapa daerah sekitar," ujarnya.

         Selain mengaji, katanya, mereka juga melakukan ziarah ke makam raja-raja Mataram yang lokasinya berdampingan dengan kawasan Masjid Agung tersebut.

         Salah seorang peserta studi komparatif yang meliput langsung kegiatan shalat subuh berjamaah di Masjid Agung Kota Gede Mataram, Eraflah, mengatakan salah satu kunci keberhasilan program shalat subuh berjamaah di kota itu didorong oleh kepatuhan masyarakat Yogyakarta kepada pemimpinnya.

         "Kepatuhan itu muncul dari rasa cinta mereka terhadap Kanjeng Sultan yang selalu mengayomi dan melindungi mereka serta kegigihan para ulama dalam mensyiarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat," ungkapnya.

         Menurut dia, nilai-nilai tentang hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan masyarakatnya itu patut dijadikan teladan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa.

         "Perilaku kepemimpinan yang melindungi serta mengayomi setiap individu dan golongan sehingga dicintai seluruh rakyat adalah kunci utama jika ingin meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan," kata dia. (*)

Pewarta : Junisman
Editor :
Copyright © ANTARA 2024