Lubuk Basung, (Antara Sumbar) - Hasil tangkapan "pensi" atau kerang air tawar di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), berkurang sekitar 60 persen setelah sisa pakan ikan menumpuk di dasar danau vulkanik itu.
Salah seorang nelayan Danau Maninjau, Afriandri (30) di Lubuk Basung, Minggu, mengatakan, setiap hari hasil tangkapan pensi hanya sekitar 20 liter.
"Saya mencari pensi ini dimulai pada pukul 9:00 WIB sampai 17:00 WIB," ujarnya.
Pensi sekitar 20 liter itu dijual kepengumpul dengan harga Rp80 ribu, karena satu liternya dengan harga Rp3.500.
Pensi ini nantinya dipasarkan ke pasar tradisional di daerah itu. Pensi ini digunakan untuk sebagai kuliner dan panganan masyarakat.
Sebelum ada keramba jaring apung, tambahnya, ia mampu mengumpulkan pensi sekitar 50 liter dengan waktu sekitar empat jam. Pensi ini dijual dengan harga sekitar Rp200.000.
"Hasil tangkapan pensi berkurang sekitar 60 persen semenja adanya keramba jaring apung di Danau Maninjau," tegasnya.
Ia mengakui, berkurangnya hasil tangkapan pensi ini akibat sisa pakan ikan terlalu banyak di dasar danau, sehingga pensi menjadi mati.
"Di dasar Danau Maninjau dengan kedalaman dua meter, ketingihan sisa pakan ikan sekitar satu meter," kata bapak dua orang anak ini.
Selain hasil tangkapan pensi berkurang, hasil tangkapan rinuak juga berkurang. Satu hari hasil tangkapan sekitar lima kilogram dan sebelumnya sekitar 15 kilogram.
Dengan kondisi ini, pihaknya berharap kepada petani agar tidak terlalu banyak memberikan pakan ikan, sehingga danau tidak tercemar.
Selain itu, pihaknya juga berharap kepada pemerintah untuk memberikan bantuan alat tangkap dan perahu kepada nelayan yang akan digunakan untuk menangkap ikan.
"Alat tangkap ini akan digunakan untuk menangkap ikan saat saya sedang mencari pensi," katanya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Agam, Ermanto mengatakan, untuk mendapatkan bantuan ini nelayan harus membuat kelompok, karena ini salah satu syarat dalam mendapatkan bantua.
Apabila kelompok sudah ada, maka pihaknya akan mengusulkan dana untuk pengadaan alat tangkap dan perahu ini pada APBD 2017.
"Kami menginginkan kelompok ini segera dibentuk, agar anggaran bisa diusulkan pada APBD 2017 dan pertengahan 2017 bisa disalurkan," ujarnya.
Bantuan ini dalam menunjang untuk peningkatan ekonomi nelayan. (*)
Salah seorang nelayan Danau Maninjau, Afriandri (30) di Lubuk Basung, Minggu, mengatakan, setiap hari hasil tangkapan pensi hanya sekitar 20 liter.
"Saya mencari pensi ini dimulai pada pukul 9:00 WIB sampai 17:00 WIB," ujarnya.
Pensi sekitar 20 liter itu dijual kepengumpul dengan harga Rp80 ribu, karena satu liternya dengan harga Rp3.500.
Pensi ini nantinya dipasarkan ke pasar tradisional di daerah itu. Pensi ini digunakan untuk sebagai kuliner dan panganan masyarakat.
Sebelum ada keramba jaring apung, tambahnya, ia mampu mengumpulkan pensi sekitar 50 liter dengan waktu sekitar empat jam. Pensi ini dijual dengan harga sekitar Rp200.000.
"Hasil tangkapan pensi berkurang sekitar 60 persen semenja adanya keramba jaring apung di Danau Maninjau," tegasnya.
Ia mengakui, berkurangnya hasil tangkapan pensi ini akibat sisa pakan ikan terlalu banyak di dasar danau, sehingga pensi menjadi mati.
"Di dasar Danau Maninjau dengan kedalaman dua meter, ketingihan sisa pakan ikan sekitar satu meter," kata bapak dua orang anak ini.
Selain hasil tangkapan pensi berkurang, hasil tangkapan rinuak juga berkurang. Satu hari hasil tangkapan sekitar lima kilogram dan sebelumnya sekitar 15 kilogram.
Dengan kondisi ini, pihaknya berharap kepada petani agar tidak terlalu banyak memberikan pakan ikan, sehingga danau tidak tercemar.
Selain itu, pihaknya juga berharap kepada pemerintah untuk memberikan bantuan alat tangkap dan perahu kepada nelayan yang akan digunakan untuk menangkap ikan.
"Alat tangkap ini akan digunakan untuk menangkap ikan saat saya sedang mencari pensi," katanya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Agam, Ermanto mengatakan, untuk mendapatkan bantuan ini nelayan harus membuat kelompok, karena ini salah satu syarat dalam mendapatkan bantua.
Apabila kelompok sudah ada, maka pihaknya akan mengusulkan dana untuk pengadaan alat tangkap dan perahu ini pada APBD 2017.
"Kami menginginkan kelompok ini segera dibentuk, agar anggaran bisa diusulkan pada APBD 2017 dan pertengahan 2017 bisa disalurkan," ujarnya.
Bantuan ini dalam menunjang untuk peningkatan ekonomi nelayan. (*)