Padang Aro, (Antara Sumbar) - Warga Jorong Kampung Tarandam, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, memunculkan kembali permainan tradisional pacu codang atau rakit pohon pisang sebagai upaya melestarikannya di Sungai Batang Suliti.
"Permainan pacu codang ini untuk meramaikan Lebaran. Selain itu juga menghidupkan kembali permainan tradisional yang hampir mati," kata Ketua Panitia pacu codang, Doni Asmon di Padang Aro, Jumat.
Ia menyebutkan pacu codang ini digelar terakhir kali oleh warga Kampung Tarandam, Nagari Pasar Muaralabuh, sekitar 10 tahun yang lalu. Kampung Tarandam merupakan jorong langganan banjir di Solok Selatan karena berada di pertemuan sungai Batang Suliti dan Batang Bangko.
Selain melestarikan permainan tradisional, jelasnya, juga ingin memperkenalkan permainan yang menggunakan pohon pisang tersebut kepada generasi kini. Peserta pacu codang kali ini didominasi anak-anak usia sekolah dasar.
"Anak-anak yang ikut lomba ini tidak tahu apa nama permainan tersebut," ujarnya.
Keunikan pacu codang yang mengikuti aliran sungai Batang Suliti itu tidak menggunakan alat pengayuh, melainkan menggunakan tangan untuk mendorong batang pisang tersebut. Panjang lintasan sekitar 20 meter.
Peserta berposisi tengkurap di atas batang pisang, kemudian menggunakan kedua tangan serta kakinya untuk mengayuh. "Jadi mirip orang sedang berlatih renang," ujarnya.
Untuk anak-anak, satu codang ditumpangi dua orang, sementara orang dewasa cukup satu orang.
Selain anak-anak, juga tampak ibu-ibu turut memeriahkan lomba tersebut sebagai peserta. Lomba tersebut digelar sekitar pukul 14.00 WIB hingga sore hari. Rencananya digelar selama dua hari, Jumat dan Sabtu (9/7).
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Asniati yang hadir dalam lomba tersebut menyebutkan pihaknnya akan membangun dua shelter untuk start dan finish sebagai bentuk mendukung dilestarikannya permainan tradisional tersebut.
"Ini harapan kami agar pacu codang bisa digelar setiap tahun pada Lebaran," sebutnya.
Ia menyebutkan perlombaan yang digelar kali ini merupakan yang perdana setelah sekian puluh tahun terhenti, namun masyarakat daerah itu antusias untuk turut meramaikan, baik sebagai peserta maupun penonton.
Sementara anggota DPRD Solok Selatan Betri Kelana menyebutkan, permainan ini bisa dikemas sebagai destinasi wisata yang dijadikan paket bagi wisatawan asing yang menginap di penginapan seribu rumah gadang.
Jika digelar secara rutin, sebutnya, pihaknya berharap bisa menjadi cikal bakal perlombaan yang lebih besar, seperti lomba perahu naga.
"Jika memang memungkinan bisa digelar lomba perahu naga kenapa tidak. Nanti tinggal dilakukan normalisasi sungai dan pengerukan agar lebih dalam. Tempat ini cocok untuk perlombaan tersebut karena airnya jarang surut," ujarnya.
Selain pacu codang, warga Kampung Tarandam juga menggelar perlombaan meniti bambu atau "maniti buluah". Bambu dibikin melintang hingga tengah sungai.
Untuk mencapai ujung bambu tidaklah mudah, karena harus menjaga keseimbangan dan pijakan kaki harus tepat karena bambunya licin terkena air.
Hadiah meniti bambu ini berupa uang dari Rp10.000 hingga Rp20.000 yang diikat pada kayu di ujung titian. (*)