Sawahlunto, (AntaraSumbar) - Puluhan hektare lahan budidaya tanaman serai wangi di Kota Sawahlunto saat ini terlantar meski sempat menjadi proyek percontohan budidaya tanaman atsiri nasional pada 2012.

        "Saat ini lahan yang tersisa hanya berkisar 10 persen saja dari total areal budidaya seluas 50 hektare lebih, dengan kondisi tanaman sudah harus diremajakan kembali," kata salah seorang pelaku budidaya tanaman tersebut asal Desa Balai Batu Sandaran, Nusirwan di Sawahlunto, Senin.

        Sebelumnya, imbuh dia, budidaya tanaman tersebut cukup memberi kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di desa itu, dengan mutu yang dihasilkan sudah diatas Standar Nasional Indonesia (SNI).

        Menurutnya, berdasarkan hasil uji laboratorium Puslitbang Bogor kandungan zat Citronelal sebesar 47,9 persen dan kandungan Graniol mencapai 95,5 persen untuk satu kilogram minyak yang dihasilkan.

        Sementara untuk SNI kandungan tersebut masing - masing hanya 35 persen dan 80 persen, dengan kata lain potensi tersebut sangat layak untuk dikembangkan sebagai salah satu industri unggulan di kota itu.

        Dia mengatakan, menurunnya minat masyarakat untuk terus mengembangkan budidaya tanaman serai wangi dipicu oleh tidak jelinya pihak pemerintah setempat dalam menumbuhkan semangat kewirausahaan para petani.

        "Saat ini pemerintah daerah lebih memilih untuk mengembangkan beberapa komoditi industri kecil menengah lainnya karena dinilai potensi budidaya serai wangi kota ini tidak memiliki daya saing jika dibandingkan industri songket atau sepatu," kata dia.

        Sementara itu, Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal setempat, Edy Suharto, mengatakan sejak 2015 pihaknya telah mencoba menawarkan potensi tersebut secara terbuka kepada para pemodal.

         "Pemodal bisa bekerjasama langsung dengan kelompok tani budidaya tanaman tersebut, disamping ketersediaan lahan industri pengolahannya juga sudah dilengkapi dengan alat penyulingan sebanyak dua unit yang diperoleh dari bantuan pemerintah pusat," jelas dia.

        Bentuk kerjasama yang ditawarkan pihaknya antara lain kerjasama modal kerja untuk pembelian bibit, upah tenaga kerja serta pemasaran dalam dan luar daerah Kota Sawahlunto.

        "Selain itu kerjasama pengembangan lahan juga masih terbuka dengan luas areal cadangan 30 hektare milik masyarakat setempat," kata dia. (*)

Pewarta : Rully Firmansyah
Editor :
Copyright © ANTARA 2024