Jakarta, (Antara) - Anggota Komisi I DPR, Sukamta menilai Indonesia jangan menjadi "bumper" bagi pemerintah Australia, terkait tawaran kerja sama pertukaran data intelijen kedua negara.
"Saya menilai dalam tawaran kerja sama itu, Indonesia jangan sampai menjadi bemper bagi Australia," katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Menurut dia, Indonesia jangan sampai menjadi tumpuan hantaman bagi Australia ketika terjadi masalah. Karena itu dia menilai, harus diperjelas apa yang mau dikerjasamakan antara kedua negara dalam bidang intelijen.
"Tentu harus diperjelas apa yang dikerjasamakan sehingga Indonesia tidak menjadi bemper bagi Australia," ujarnya.
Sekretaris Fraksi PKS itu menilai kerja sama bidang intelijen dengan Australia bagus, namun ada hal penting yang perlu dilakukan yaitu terkait pengungsi.
Menurut dia, Indonesia lebih baik meminta Australia mau menerima para pengungsi yang memang tujuannya ke negara tersebut.
"Kami tidak mau masalah pengungsi yang ditolak Australia menjadi persoalan di Indonesia," ucapnya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull minta para negara tetangganya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk lebih sering berbagi intelijen demi mencegah munculnya serangan teror seperti yang terjadi di Prancis 13 November 2015.
Karena itu, Australia akan mengutus Jaksa Agungnya ke Indonesia demi meningkatkan kerja sama intelijen.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, saat berbicara di parlemen soal keamanan hari ini, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Seruan Turnbull itu tidak lama setelah Amerika Serikat mengeluarkan peringatan bagi semua warganya di penjuru dunia untuk berhati-hati bepergian, menyusul serangan di Prancis dan Mali dan di tempat-tempat lainnya dalam beberapa hari terakhir. (*)