Kekayaan alam Sumatra Barat patut disyukuri, karena begitu lengkap dan sangat, sehingga menakjubkan banyak orang di negeri ini, bahkan dari luar negeri.

         Betapa tidak, potensi yang ada mulai dari laut yang terbentang luas dengan pantai nan indah. Gunung yang menjulang di kawasan hutan yang masih hijau --menjadi paru-paru dunia--.

         Danau-danau yang mempesona, sungai dan air terjun yang menderu serta beragam kegiatan budaya cukup kompleks masih dijalankan anak nagari (desa adat, red).

         Keindahan alam itu, menjadi spirit bagi pelaku industri pariwisata dan pemerintah daerah untuk bersinergi dalam pengembangan di masa mendatang.

         Pascabencana gempa 2009, tak menyurutkan kalangan pengusaha industri perhotelan membangun hotel-hotel bertingkat yang hingga kini terus tumbuh.

         Keberadaan hotel-hotel berbintang itu, jelas semakin memperlengkap dunia kepariwisataan di Ranah Minang, tentu peluang kian terbuka mendatang banyak pengunjung dalam berbagai 'event' skala nasional dan internasional.

         Peluang itu pulalah yang dimanfaatkan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sumbar, dalam pengembangan pariwisata ke depan, menggarap potensi kegiatan Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition (MICE).

         Ketua BPPD Sumbar, Maulana Yusran, mengatakan, BPPD menggelar promosi wisata daerah yang bertajuk "West Sumatra Indonesia MICE & Corporate Travel Mart/WSMCTM" pada 15-17 November 2012 di Hotel Grand Inna Muara, serta kunjungan ke sejumlah destinasi di provinsi itu.

         Pelaksanaan WSMCTM berlangsung selama dua hari yang diikuti sebanyak 26  corporate (buyer) bertaraf nasional dan 20 seller asal Sumbar.

         WSCTM ini merupakan awal promosi yang dilakukan BPPD Sumbar menjelang 'event' besar yakni Mice Corporate Travel Mart (MCTM) pada Maret 2013, serta ajang pasar wisata Indonesia atau Tourism Indonesia Mart dan Expo (TIME) pada Oktober 2013.

         "TIME merupakan ajang promosi dunia pariwisata yang dilakukan pelaku-pelaku wisata nonpemerintah," ujarnya.

         Bahkan, pada tahun depan ada kegiatan pemerintah Peringatan Hari Pangan Dunia yang dipusatkan di Sumbar, dan ini pun suatu peluang.

         Dalam kegiatan WSCTM, BPPD memberikan kesempatan kepada hotel, travel agency yang ada di Sumbar memaparkan konsep MICE.

         MICE merupakan suatu kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya merupakan perpaduan antara 'liesure' dan bisnis yang melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama.

         Konsep MICE yang diterapkan di Sumbar ini dapat menunjang tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke daerah ini.

         "Wisata MICE merupakan potensi yang menjanjikan, terutama dalam menambah pendapatan daerah. Selain itu, dapat meningkatkan citra Sumbar sebagai tujuan wisata yang aman, serta memacu investasi dan membuka lapangan kerja," katanya.

         Potensi wisata MICE tidak mengenal waktu musim libur (low atau peak sesion), wisatawan datang berkelompok, golongan menengah ke atas (Businessman), dibiayai kantor/perusahaan.

         Dana pribadinya pastilah akan dipakai untuk 'shopping' di daerah yang dikunjungi. Maka peluang ini harus digarap lebih serius lagi, upaya menjadikan sebuah destinasi wisata.

         Menurut dia, langkah pencapaian target Sumbar untuk menuju destinasi MICE, jelas membutuhkan serta kepedulian berbagai pihak, baik dari pemerintah daerah, legislatif, pihak keamanan, maupun  masyarakat.

         Kegiatan promosi wisata juga perlu digenjot, tentu membutuhkan dukungan anggaran, karena kegiatan MICE merupakan sebuah industri mahal.

         Melalui MICE, katanya, juga beragam fitur yang dipromosikan pemerintah dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sumbar.

         Kini Provinsi Sumatra Barat memfokuskan pengembangan sektor pariwisata ke lima daerah yang menjadi destinasi, meliputi Padang, Bukittinggi, Tanah Datar, Sawahlunto dan Padangpanjang.

         "Gubernur Sumbar sudah sepakat dengan Badan Promosi Pariwisata Daerah/BPPD memfokuskan ke lima daerah itu, karena respons pemerintah daerahnya cukup serius," kata Maulana yang juga Ketua PHRI Sumbar itu.

         Pengembangan sektor pariwisata daerah diperlukan adanya sinergitas dan kekompakkan antara pemerintah dengan semua pemangku kepentingan.

         Pemprov Sumbar telah memberikan ruang terhadap pelaku pariwisata yang terhimpun dalam BPPD, guna menyatukan konsep pembangunan sektor pariwisata dan mempromosikannya ke luar.

         Justru itu, semangat gubernur semestinya harus diikuti pula pimpinan daerah yang memiliki potensi wisata menjanjikan, sehingga dapat senada dalam pengembangan pariwisata ke depan.

         Berdasarkan data jumlah kunjungan wisata mancanegara ke Sumbar melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sepanjang September 2012 mencapai 2.478 orang.

         "Angka ini mengalami peningkatan sebesar 5,18 persen bila dibanding jumlah wisatawan bulan Agustus 2012 sebanyak 2.356 orang," katanya.

<b>Beri Insentif</b>

    Wujud dari komitmen pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata, Sumbar bukan saja mengalokasi anggaran untuk keigatan bagi BPPD, tapi siap memberikan insentif terhadap berbagai kegiatan MICE di provinsi itu.

         Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno menyatakan, pihaknya siap untuk memberikan insentif berupa penampilan kesenian tradisional terhadap setiap kegiatan grup MICE.

         Orang nomor satu Sumbar itu menyampaikan hal itu seusai jamuan makan malam rombongan MICE yang dikoordinasikan Raja MICE di gubernuran Kamis (15/11) malam.

         Menurut Gubernur, insentif berupa kesenian tradisional dapat dipenuhi, karena Sumbar punya ragam tari khas daerah, seperti tari salendang, tari piring dan randai serta lainnya.

         Langkah demikian merupakan bagian dari upaya mempromosi seni budaya yang dimiliki Sumbar, dan rombongan MICE yang datang dari berbagai daerah dalam terhibur pula.

         "Pemerintah daerah tak akan terlalu besar biaya untuk mendatangkan berbagai kesenian tradisional tersebut. Dampak luasnya terhadap ketertarikan banyak orang ke Sumbar," ujarnya.

         Presiden Direktur Raja MICE, Panca Rudolf Sarungu mengatakan, di wilayah Sumatra ada dua provinsi yang merupakan daerah berpotensi jadi pusat kegiatan MICE, yakni Sumut dan Sumbar.

         Sumbar didukung dengan alam yang indah dan budaya khas menjadi daya tarik tersendiri, didukung semakin tumbuhnya industri perhotelan di ibukota provinsi itu.

         Oleh karena itu, Raja MICE yang membawa rombongan ke Sumbar, guna melihat langsung kondisi alamnya, mengaku selama ini baru  mendengarkan, dan sekarang dapat menikmati sehingga semakin tumbuh kepercayaan masyarakat luar akan potensi wisata daerah ini.

         Kegiatan MICE, bukan saja hanya berhubungan dengan fasilitas ruangan yang representatif saja, tapi akan berkaitan dengan dukungan alam dan budayanya.

         Menurut dia, dengan adanya insentif berupa kesenian-kesinian diberikan secara gratis dari pemerintah daerah pada setiap kegiatan MICE, merupakan langkah yang positif.

         Selama ini daerah yang menjadi pusat kegiatan MICE, Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Bali, makanya potensi di Sumatra dua daerah yang ada cukup berpeluang.

         "Kegiatan MICE akan memberi nilai lebih terhadap perkembangan ekonomi masyarakat di daerah, terutama sumber pemasukan daerah. Hal itu tentu akan terlihat beberapa bulan dan setahun mendatang," ujarnya.

<b>Terus Berbenah</b>

    Pembangunan di sektor pariwisata memang membutuhkan waktu dan tak semudah membalik telapak tangan. Namun, bukan pula harus menunggu sempurna sarana prasarana terlebih dahulu, baru promosi digencarkan.

         Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan, pembangunan sektor pariwisata bisa sejalan antara promosi dengan pembenahan infrastruktur pendukung ke kawasan objek wisata.

         "Pembangunan pariwisata tak bisa menunggu infrastruktur sempurna dulu, baru dilakukan promosi untuk mendatangkan wisatawan ke Sumbar," katanya.

         Sambil jalan, kekurangan-kekurangan yang ada dibenahi secara bertahap, jika harus menunggu ramai pengunjung dulu kapan akan berkembangnya pariwisata daerah.

         Pembenahan telah dan terus dilakukan, baik dari aspek infrastruktur, transportasi, kebersihan objek wisata serta pelayanan terhadap pengunjung.

         Di segi infrastruktur telah ada yang berjalan seperti pelebaran terhadap landasan pacu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang mampu didarati pesawat berbadan lebar. Sedangkan dari segi transportasi sebagai pendukung dalam waktu dekat akan beroperasi taksi "Blue Bird" puluhan unit, karena selama ini kebaradaan taksi menjadi keluhan bagi wisatawan.

         Kemudian juga sedang dalam proses pembebasan lahan untuk pembangunan Kereta Api listrik yang dari arah Duku ke BIM, nantinya bisa langsung masuk ke bandara.

         Bahkan, sektor perhotelan yang merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembangunan pariwisata terus tumbuh di Padang, Kota Bukittinggi, dan Sawahlunto.

         Selanjutnya, berkaitan dengan pelayanan masyarakat dan kebersihan di kawasan objek wisata, terus dikoordinasikan dengan kabupaten/kota yang menjadi destinasi.

         "Sembari mendatangan banyak wisatawan ke Sumbar, maka ide-ide akan muncul untuk pembenahan di sektor pariwisata. Jadi, tak mesti harus sempurna dulu," katanya.

         Pariwisata Sumbar di sisi alamnya luar biasa dan selalu orang luar yang datang mengungkapkan pujian dan kejakjubannya terhadap keindahan dan hijaunya.

         Potensi alam ini harus dijual ke wisatawan domestik dan mancanegara, serta wisata kuliner dan budaya yang cukup kompleks disukai pengunjung selama ini.

         Gubernur menyampaikan ke puluhan rombongan MICE, ketika pungunjung melalui berada di Padang, mereka sudah dapat menikmati keindahan pantai Air Manis, lengkap dengan legenda Malin Kundang-nya.

         Selanjutnya, pada rute Padang-Bukittinggi, mereka akan melihat Anai resort --tempat pemandian dan olahraga golf--, air terjun, dan sampai di Padangpanjang ada kuliner khas.

         Sesampai di Kota Bukittinggi, mereka bisa melihat Ngarai Sianok, Jam Gadang, Lubang Jepang, di Limapuluh Kota ada Arau dan Ngalau, setra ke Agam dapat melihat Danau Maninjau, dan Puncak Lawang.

         Kemudian kalau ke Tanah Datar, mereka dapat melihat Rumah Gadang Istano Basa Pagaruyung dan berbagai kegiatan budaya tradisional yang menjadi daya tarik, seperti Pacu Jawi, Pacu Itik dan Pacu Kuda.

         Irwan mengatakan, pengunjung juga dapat melihat keindahan Danau Singkarak, dan Danau di Atas dan di Bawah di Kabupaten Solok, serta pencinta selancar bisa menikmati ombak laut Mentawai. (*/jno)


Pewarta : Siri Antoni
Editor :
Copyright © ANTARA 2024