Berbekal semangat yang kuat dan ditunjang potensi alam yang memadai, terutama dalam hal pengairan, membuat kelompok tani Maju Bersama Nagari Buluah Kasok, Kecamatan Lubuak Tarok, Kabupaten Sijunjung tergerak untuk mengembangkan usaha disektor perikanan. Berbeda dengan daerah lain, kelompok tani pimpinan Aprizal yang beranggotakan sebanyak 10 orang, tidak menggunakan sungai maupun kolam untuk memelihara ikan. Tapi, kelompok ini malah menggunakan terpal dan bambu untuk dijadikan tempat memeliharan ikan. “Kata orang teknis usaha ini dinamakan Lele Terpal, dimana lele dipelihara dengan menggunakan terpal, tapi kami memberinya nama barinsuik, karena tempat pemeliharaannya bisa dipindah-pindah,” ujar Aprizal. Awalnya kelompok ini termotivasi untuk membudidayakan lele dengan media terpal, setelah kelompok yang dibina Dinas Peternakan dan Perikanan Pemkab Sijunjung melakukan study banding ke Kabupaten Dharmasraya. Karena melihat usaha lele terpal ini memiliki prospek cerah, maka kelompok tani Maju Bersama sepakat untuk mengembangkan pula usaha tersebut di nagari mereka. Al hasil memang tak sia-sia, usaha yang dilakukan ternyata berjalan dengan baik, bahkan pada panen pertama beberapa waktu lalu mereka tak mampu memenuhi permintaan konsumen di kabupaten Dharmasraya. “Kita baru dalam tahap uji coba, sehingga hasil panen belum begitu banyak. Tapi untuk tahap kedua ini kita akan kembangkan lagi usaha ternak Lele, agar nantinya bisa memenuhi permintaan konsumen,” tutur Aprizal. Lele terpal produk dari Keltan Maju Bersama ini, ternyata tak hanya diminati konsumen dari Kabupaten Dharmasraya, tapi juga ada permintaan dari Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Namun untuk saat ini pihak kelompok belum dapat memenuhinya, karena produksi dari keltan tersebut masih terbilang sedikit. “Jangankan untuk Kabupaten Kuansing, untuk Kabupaten Dharmasraya saja kita belum bisa memenuhinya,” tutur Aprizal. Melihat prospek ternak Lele yang demikian cerah, maka Aprizal bersama anggotanya sepakat untuk mengembangkan usaha tersebut. Tak hanya dalam lingkungan kelompok, tapi juga kepada masyarakat yang ingin bergerak dibidang usaha ternak Lele. Bahkan saat ini di Nagari Buluah Kasok telah punya muncul kelompok lainnya yang bergerak disektor tersebut. “Kita menyambut baik munculnya kelompok baru, ini menandakan kalau usaha yang kita lakukan bisa pula memancing semangat warga yang lain, dan itu memang sangat kita inginkan, sehingga nantinya Buluah Kasok bisa menjadi nagari penghasil Lele,” tuturnya. Menyinggung modal yang dipergunakan, Aprizal menjelaskan, untuk tahap pertama kelompoknya harus mengeluarkan modal sebesar Rp20,5 juta. Modal tersebut berasal dari bantuan Kredit mikro Nagari (KMN) sebesar Rp5 juta dan Rp15,5 juta merupakan swadaya kelompok. Dana sebesar Rp20,5 juta itu dipergunakan untuk pembelian peralatan yang dibutuhkan, seperti terpal dan bambu yang akan dipergunakan untuk pemeliharaan ikan, kemudian peralatan lainnya serta penyediaan stok makanan sampai panen atau selama 4 bulan. “Ahlamdulillah, pada panen yang lalu kami bisa meraih untung bersih Rp6 juta. Kalau dihitung-hitung memang masih sedikit untuknya, tapi pada tahap kedua ini kami tak perlu lagi membeli peralatan karena bahan yang ada sekarang masih bisa dipergunakan, dan kami berharap untung yang kami peroleh nantinya bisa lebih besar lagi,” harapnya. “Apalagi sekarang juga sudah bisa membenihkan sendiri bibit lele, sehingga kami tak perlu membeli benih lagi, karena kami sudah punya benih sendiri,” ulasnya. Kelompok tani Maju Bersama yang berdiri tahun 2007, ternyata tak hanya bergerak pada sektor perikanan. Tapi kelompok ini sebelumnya juga telah bergerak disektor penggemukan sapi jenis PO. Untuk ternak sapi ini, kelompok juga memanfaatkan dana KMN dengan jumlah pinjaman yang diberikan sebesar Rp10 juta. “Itulah berkah yang dapat kami rasakan dengan adanya program KMN dari pemerintah, masyarakat tidak perlu susah-susah lagi mencari modal untuk penunjang usaha, asal punya kemauan KMN siap memberikan bantuan tentu yang sesuai pula dengan usaha yang dilakukan,” tutupnya. (***)

Pewarta : Efriwan
Editor :
Copyright © ANTARA 2024