Perkembangan dan kelestarian silek tuo (silat tua) Silek Luncua yang berkembang dan lahir di Sungai Pagu, Solok Selatan, Sumatera Barat, masih tetap bertahan kendati secara diam-diam (sembunyi). Perkembangan Silek Luncua masih bisa ditemukan di Nagari Sako Selatan, Kecamatan Sungai Pagu. Zulkarnain (54), merupakan salah seorang guru Silek Luncua yang sampai sekarang masih mengajarkan silek yang diciptakan oleh Angku Abun ini di Sungai Talu, Nagari Sako Selatan, Kecamatan Sungai Pagu. Pengakuan Zulkarnain, ia belajar Silek Luncua dari bapaknya yang bernama Husin Dtk. Sati Batuah sejak berumur 15 tahun. Husin Dtk. Sati Batuah langsung belajar dari Angku Gurudin yang merupakan Guru Besar dan pemberi nama setiap gerakan Silek Luncua yang ciptaan Angku Abun (Angku Buta) sekitar seratus tahun yang lalu. Dua puluh tahun kemudian, saat berusia 25 tahun, ia sudah mengajarkan Silek Luncua di tempat kelahirannya. "Silek Luncua diciptakan oleh Angku Abun yang berasal dari Batu Janjang, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok. Namun di tempat kelahiran Angku Abun, Silek Luncua ini tidak ada dan tidak berkembang. Perkembangan Silek Luncua hanya di Solok Selatan karena Angku Abun mengembangan silatnya di Sungai Pagu," jelas Zulkarnain, di Solok Selatan, Minggu (27/9). Dari sekitar 80 orang yang pernah belajar Silek Luncua sepantaran Zulkarnain (generasi ke empat), hanya empat orang, termasuk Zulkarnain, yang masih aktif mengajarkan Silek Luncua. Jumlah murid yang berguru dengan Zulkarnain sekarang sebanyak 14 orang. Silek Luncua memiliki 49 jurus. Dari ke 49 jurus itu hanya 44 jurus yang bisa dipertunjukan atau diperlihatkan sedangkan lima jurus lainnya merupakan jurus yang mematikan sehingga tidak bisa dipertontonkan ke kalayak ramai dan murid yang belum mempelajari ke lima jurus itu. Nama-nama jurus Silek Luncua, sebut Zulkarnain, diambil dari huruf Arab (Hijayyah) dan yang berbau Islam. Kelima jurus yang tidak bisa dipertunjukan atau perlihatkan di muka umum itu sesuai dengan rukun Islam yang berjumlah lima. Sifat dari Silek Luncua adalah menunggu dan mengunci. Orang yang telah mendalami Silek Luncua mampu mengunci delapan orang tanpa bisa bergerak. Untuk mempelajari Silek Luncua, jelas dia, tidak semudah mempelajari silat-silat lainnya. Ada persyaratan khusus yang mesti dipenuhi calon murid, seperti kain kafan putih yang melambangkan keputihan hati, pisau perlambang agar si calon murid setelah mempelajari Silek Luncua tidak menjadi sombong atau membangga-banggakan. Kemudian beras satu sukat atau setara dengan 1,6 Kg, perlambang seluruh ilmu yang dimiliki oleh sang guru akan diberikan semuanya kepada si murid, dan yang terakhir ayam jago biring untuk makan bersama dengan teman-teman seperguruan. "Yang tak kalah pentingnya adalah ijin dari orangtua bagi yang masih tinggal dengan orangtua," katanya. Selain memberikan ilmu kanuragan yang dimilikinya, setiap melatih muridnya Zulkarnain selalu memberikan petuah (nasehat) dan gemblengan mentalitas agar para murid tidak menggunakan kepandaiannya bersilat di jalan yang sesat dan tidak menyombongkan diri. "Petuah saya berikan sebelum latihan dimulai. Insya Allah sampai sekarang belum ada murid-murid saya yang menyalahgunakannya (Silek Luncua)," katanya. Pengajaran Silek Luncua dilakukan di dapur rumah Zulkarnain yang berukuran 4 meter x 6 meter di Sungai Talu, Nagari Sako Selatan, Kecamatan Sungai Pagu, setiap Rabu malam dan Sabtu malam mulai jam 20.00 WIB hingga 02.30 WIB dini hari. "Tidak ada alasan khusus kenapa latihan dilakukan di dapur atau di tempat yang tersembunyi. Latihan bisa dilakukan di halaman rumah, namun untuk lima jurus tadi memang harus di tempat yang tersembunyi," jelasnya. "Seharusnya tadi malam (Sabtu malam) mas ke sini agar bisa melihat murid-murid saya latihan," imbuhnya dengan senyuman. Bukan saja berasal dari Solok Selatan, murid-murid Zulkarnain juga ada yang berasal dari luar Solok Selatan, seperti Padang. Untuk mempelajari keseluruhan jurus Silek Luncua, kata Zulkarnain, setidaknya memakan waktu satu tengah tahun. "Itu bagi murid yang rutin dan rajin berlatih tiga kali seminggu," jelasnya. Selain di Solok Selatan, dia mengatakan, Silek Luncua juga berkembang di Kecamatan Kambang, Kabupaten Pesisir Selatan. Silek Luncua di Pesisir Selatan dikembangkan oleh salah seorang murid Angku Gurudin yang bernama Shaleh Inyiak Talane Sati. "Inyiak Shaleh sudah meninggal dunia," ungkapnya. "Dalam waktu dekat, dengan fasilitasi Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Solok Selatan, akan diadakan silahturahmi antara tetua Silek Luncua di Solok Selatan dan Pesisir Selatan," imbuhnya. Dalam Proses Hak Paten Untuk melindungi agar Silek Luncua tidak diaku dan dimilik oleh daerah atau negara lain, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Solok Selatan sudah mengajukan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat agar Silek Luncua bisa dipatenkan. "Kita sudah mengajukan ke provinsi sekitar lima bulan yang lalu bersama kesenian dan budaya asli Solok Selatan yang lain untuk dipatenkan, tapi sampai sekarang belum ada kabar dari provinsi," kata Kepala Bidang Kebudayaan Disbudparpora Solok Selatan, Desrial, di Solok Selatan, Minggu (27/8). Selain mencoba melindungi dengan cara mematenkan, Disbudparpora berencana mengembangkan Silek Luncua menjadi silat seni atau silat tari. "Saya juga mendapat tawaran Pak Desrial untuk mengembangkan Silek Luncua menjadi silat seni atau silat tari yang siap ditampilkan dengan iringan alat musik," kata Zulkarnain. Menurut Zulkarnain, pemolesan itu bisa dilakukan tapi tanpa menghilangkan keasliannya. Atau, imbuhnya, dipisahkan antara Silek Luncua yang asli dengan gerak atau jurus dari Silek Luncua yang dikembangkan sehingga menjadi silat seni atau silat tari. "Sebab tidak semua jurus Silek Luncua bisa diperlihatkan kepada masyarakat, khususnya kelima jurus tadi. Dengan cara pemisahan itu, keaslian Silek Luncua tetap tertahankan," katanya mengakhiri. (*/wij)

Pewarta : 172
Editor :
Copyright © ANTARA 2024