Kairo, (Antara) - Rakyat Mesir pada Selasa malam berbondong-bondong memenuhi Bundaran Tahrir, ikon revolusi Mesir di pusat kota Kairo, untuk berpesta merayakan terpilihnya Jenderal purnawirawan Abdel Fatah Al Sisi sebagai presiden baru.
"Selamat datang presiden baru Mesir. Ini adalah kemenangan bagi seluruh rakyat Mesir," tulis spanduk raksasa di Bundaran Tahrir.
Ribuan pendukung Al Sisi melambaikan bendera mini dan gambar kepala negara pengganti Presiden Mohammad Moursi yang digulingkan pada Juli tahun lalu.
Kehadirian massa simpatisan mantan panglima Angkatan Bersenjata itu sudah mulai berdatangan ke Bundaran Tahrir beberapa jam sebelum Komisi Pemilihan Presiden secara resmi mengumumkan hasil pilpres tersebut pada Selasa malam.
Ketua Komisi Pemilihan Presiden, Anwar Al Asie membacakan keputusan hasil pilpres tersebut, yang angkanya tidak jauh berbeda dari hasil hitung cepat.
Seperti diduga sebelumnya, Al Sisi menang mutlak 96,9 persen atau 23,7 juta dari total 24,5 juta suara sah.
Adapun lawan tunggalnya, Capres Hamden Sabahi hanya memperoleh 3,1 persen atau hanya 757.511 suara.
Pengguna hak pilih tercatat 25,7 persen atau 47,5 persen dari total daftar pemilih tetap 53,7 juta, dan 1,4 juta suara dinyatakan tidak sah.
Pesta kembang api
Begitu Ketua Komisi Pemilu menyebutkan kemenangan Al Sisi, suasana di dalam dan di luar ruangan tempat pengumuman tak terkendali lagi akibat teriakan kemenangan membahana.
Klaksom mobil di jalanan dan pesta kembang api seolah memecah cakrawala kota Seribu Menara itu.
Dalam pidato kemenangannya, Al Sisi menyerukan rakyat Mesir untuk berkerja memulihkan stabilitas keamanan, kebebasan dan keadilan sosial.
Al Sisi juga menyampaikan terima kasih kepada lawan tunggalnya, Hamdeen Sabahi yang sebelumnya telah berjanji menghormati hasil pilihan rakyat.
Purnawirawan jenderal berusia 60 tahun itu sebelumnya diangkat Presiden Moursi sebagai panglim militer merangkap menteri pertahanan dan produksi militer.
Panglima Al Sisi menggantikan Marsekal Hussein Tantawi yang diberhentikan Presiden Moursi menyusul gugurnya enam perwira tentara dan polisi di Semenanjung Sinai akibat serangan gerilyawan garis keras.
Beberapa bulan menjelang Presiden Moursi dilengserkan, santer diisukan bahwa Al sisi akan dipecat dari jabatannya sebagai panglima dan menteri pertahanan.
Namun tak lama kemudian Moursi dilengserkan atas peran penting Jenderal Al Sisi menyusul demo besar oposisi pada 30 Juni 2013, persis satu tahun setelah Moursi berkuasa.
Sejak Moursi dilengserkan, Ikhwanul Muslimin pendukung Moursi menjadi sasaran penumpasan oleh aparat keamanan dari tentara dan polisi.
Menurut Amnesti Internasional, lebih dari 1.483 orang tewas, sebagian besar pendukung Ikhwanul Muslimin akibat bentrokan dengan aparat keamanan.
Sejak Desember lalu, Ikhwanul Muslimin dinyatakan sebagai kelompok teroris dan organisasi terlarang di Mesir.
Al Sisi juga telah berulang kali berikrar akan menumpas habis "teroris" di bumi Mesir bila terpilih menjadi presiden. (*/sun)