Sekolah lapang iklim operasional mampu tingkatkan kuantitas pertanian di Solok

id Sekolah lapang, iklim operasional, mampu, tingkatkan kuantitas, pertanian di Solok

Sekolah lapang iklim operasional mampu tingkatkan kuantitas pertanian di Solok

Penutupan dan Panen Raya Sekolah Lapang Iklim Operasional (SLI-Op) Tahap I Provinsi Sumatera Barat Tahun 2023 di Kelompok Tani Duri Berbunga, Nagari Saok Laweh, Kecamatan Kubung, Kabuaten Solok, Selasa (1/8) (ANTARA/Laila Syafarud)

Solok (ANTARA) -

Terbukti hasil produksi tanaman padi mengalami peningkatan hampir 37 persen di luas tanah satu hektare setelah dilakukan Sekolah Lapang Iklim Operasional (SLI-Op) tahap I Provinsi Sumatera Barat tahun 2023 di Kelompok Tani Duri Berbunga, Nagari Saok Laweh, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.

Hal itu disampaikan Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Hendro Nugroho saat menghadiri penutupan dan panen raya Sekolah Lapang Iklim Operasional (SLI-Op) Tahap I Provinsi Sumatera Barat Tahun 2023 di Kelompok Tani Duri Berbunga, Nagari Saok Laweh, Kecamatan Kubung, Kabuaten Solok, Selasa (1/8).

"Telah terjadi peningkatan terhadap produksi tanaman setelah dilakukan SLI. Peningkatan hampir mencapai 37 persen dari biasanya," ucap dia.

Menurutnya ini menjadi langkah nyata bagi para petani, langkah nyata bahwa para petani siap menghadapi perubahan iklim dan mereka bisa menyesuaikan terhadap perubahan iklim terkait dengan hal-hal yang bisa mengganggu tanaman.

Selain itu, SLI juga mampu menjadi hal yang positif dan berdampak besar bagi petani. Karena kegiatan ini juga dilakukan pelatihan serta bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan DPTPH Sumbar.

Materi-materi yang diajarkan juga terkait pemahaman tentang iklim dan cuaca serta hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman.

"Di SLI juga diajarkan terkait dengan waktu tanam yang baik sesuai dengan pertukaran cuaca atau iklim," ujar dia.

Adapun komoditas pertanian yang disasar BMKG antara lain padi, cabai, bawang, tembakau, tomat, dan sejumlah komoditas lainnya.

"Bahkan di Sumatera Utara kita juga telah melakukan SLI untuk tanaman sawit dan juga tanaman edamame, kopi, dan sebagainya," ucapnya.

Semua jenis tanaman itu rentan akan pengaruh perubahan iklim atau cuaca. Kalau para petani telah memahami akan penyuluhan dan perubahan iklim dengan baik tentu kesejahteraan para petani semakin meningkat.

Di samping itu, Kepala Stasiun Iklim Kelas II Sumatera Barat Heron Tarigan mengatakan BMKG telah melakukan SLI untuk tanaman bawang yang dicobakan di wilayah Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.

Selain itu, SLI juga telah dilakukan sejak tahun 2011. Bahkan sudah 400 petani yang disasar. Tahun ini di Kabupaten Solok menyasar tanaman padi dan dua tahun yang lalu berupa tanaman bawang merah.

Sementara untuk di Padang Pariaman sudah tiga tahun diadakan SLI ini untuk tanaman padi beberapa tahun lalu di Sijunjung dan beberapa daerah di Sumbar.

"Harapan kita dengan adanya SLI ini di Sumatera Barat petani ke depannya lebih menjadi sejahtera dengan peningkatan produksi pertanian dengan proses pertanian berbasis iklim yang ditambah lagi dengan pengetahuan hama penyakit," ucap dia.

Selain itu, tidak hanya bermanfaat terhadap kesejahteraan petani tetapi juga keselamatan karena masyarakat petani terutama para petani dan penyuluh diberikan edukasi terhadap bencana hidrometeorologi.

Bagaimana cara mengantisipasi bencana tersebut sehingga mereka menjadi tahu cuaca saat sekarang ini seperti apa mengenai iklim dan sebagainya sehingga mereka bisa menentukan sikap untuk melakukan tanaman apa yang cocok untuk cuaca tersebut.

"Itu merupakan langkah-langkah positif yang perlu ditularkan kepada petani lainnya dari petani yang telah mendapatkan Penyuluhan tentang iklim jika masyarakat semuanya telah teredukasi maka masyarakat petani di Sumatera Barat akan lebih sejahtera," katanya.

Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sumbar Suardi menilai SLI ini sangat bermanfaat bagi petani selama ini karena biasanya hanya mengadakan sekolah lapang mengenai hama dan penyakit bagi tanaman.

"Namun sekarang dengan kehadiran BMKG juga menambahkan sekolah lapang mengenai iklim sehingga petani menambah wawasannya mengenai ilmu pengetahuan tentang iklim atau cuaca yang tepat untuk bercocok tanam," katanya.

Dia berharap dengan pelaksanaan kegiatan sekolah lapang iklim ini para petani selalu ada usaha taninya dan lahan mereka tidak pernah kosong ditambah lagi dengan membantu untuk pencegahan hama dan penyakit.

Karena antara iklim dan hama penyakit sangat berpengaruh besar terhadap dampak pertumbuhan tanaman atau produktivitas tanaman di lapangan.