Kematian harimau Sumatera di Pasaman dampak gagal pernapasan

id Kematian harimau Sumatera di Pasaman,Berita pasaman,Bksda sumbar,Berita sumbar,TMSBK Bukittinggi

Kematian harimau Sumatera di Pasaman dampak gagal pernapasan

Dokter TMSBK Bukittinggi, Yoli Zulfanedi sedang memeriksa kondisi tubuh harimau Sumatera, Selasa (16/5). Dok Antara/Yusrizal

​​​​​​​Bukittinggi (ANTARA) - Hasil Tim Medis Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat menduga kematian harimau Sumatera atau Panthera Tigris Sumatrae yang terjerat jerat babi di Jorong Tikalak, Nagari Tanjung Beringin, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman dampak dari gagal pernapasan.

"Ini ditandai dengan mukosa atau lidah yang membiru atau sianosis dan diperparah dengan kondisi heat stress (kondisi stres yang disebabkan karena suhu panas)," kata

Dokter TMSBK Bukittinggi, Drh Yoli Zulfanedi di Lubukbasung, Selasa.

Ia mengatakan, kondisi ini berkemungkinan akibat terjerat pada leher satwa dilindugi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tenang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya itu.

Namun ini belum bisa dipastikan, mengingat ia tidak melihat pasti kondisi harimau dalam terjerat.

"Kami hanya identifikasi awal satwa di Mako Polsek Lubuk Sikaping saat diamankan," katanya.

Ia mengakui tidak menemukan luka terbuka pada bagian tubuh dari harimau berkelamin betina dengan usia dibawah dua tahun atau remaja.

Untuk memastikan kematian, satwa itu bakal dilakukan nekropsi atau bedah bangkai di Rumah Sakit Hewan Padang.

Sementara Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Ardi Andono menambahkan BKSDA Sumbar membawa jasad harimau ini ke Rumah Sakit Hewan Padang untuk dilakukan nekropsi.

"Ini sesuai standar operasi prosedur dalam penanganan kematian satwa liar dan bangkai bakal kita kubur di kantor BKSDA Sumbar," katanya.

Ia menambahkan, berkemungkinan besar masih ada individu lain di lokasi tersebut, mengingat satwa ini masih remaja yang biasanya hidup berdampingan dengan induk.

Untuk itu, BKSDA Sumbar melakukan penghalauan dan pemasangan kamera trap atau jebak beberapa hari kedepan.

Namun ia mengimbau masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan dengan cara pergi ke kebun lebih dari satu orang, melakukan aktivasin pada pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB, melakukan penghalauan dengan cara bunyi-buyian dan segera melaporkan jika ditemukan hal-hal dinilai dapat membahayakan.

Sebelumnya salah seorang warga atas nama Munawar (52) melihat harimau terjerat jerat babi hutan saat pergi ke kebun.

Ia langsung melaporkan ke pemuda dan pemuda melaporkan ke Polsek Lubuk Sikaping. Kapolsek Lubuk Sikaping melaporkan temuan itu ke BKSDA Sumbar.

Mendapat informasi itu, BKSDA langsung menurunkan Tim Penyelamat Satwa Liar BKSDA Sumbar, Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Panti.

"Hasil pemeriksaan di lapangan ditemukan harimau Sumatera yang terjerat jerat babi di kebun milik warga. Setelah itu dilakukan evakuasi, namun sebelum evakuasi, satwa diketahui mati," katanya.