Produksi industri pengolahan Pesisir Selatan pada 2022 lewati target

id Produksi industri pengolahan Pesisir Selatan,Berita pessel,Berita sumbar,Bupati Rusma Yul Anwar

Produksi industri pengolahan Pesisir Selatan pada 2022 lewati target

Bupati Rusma Yul Anwar (pakai helm di tengah) bersama Kadis Perdagangan dan Transmigrasi Mimi Riarty Zainul (dua dari kiri), Wakil Ketua DPRD Hakimin (kiri) dan sejumlah tokoh masyarakat saat peletakan batu pertama sentra atsiri di Kecamatan Lunang. 

Painan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat mengatakan nilai produksi industri pengolahan periode 2022 Rp741,2 miliar atau di atas target RPJMD yang sebesar Rp707,32 miliar.

Bupati Rusma Yul Anwar menyampaikan capaian itu sejalan dengan tekad memacu tumbuhnya usaha pemberian nilai tambah pada komoditi unggulan lokal guna menuju kemandirian ekonomi daerah dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Percepatannya mesti mulai dari sekarang, apalagi kami telah menetapkan industri pengolahan sebagai PDRB unggulan dalam RPJMD 2021-2026," ungkap bupati.

Pada Pesisir Selatan Dalam Angka (PSDA) 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi itu selain di atas target RPJMD, juga lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya yang hanya Rp725 miliar.

Bupati melanjutkan pemerintah kabupaten telah melakukan berbagai langkah nyata guna mewujudkan industrialisasi berbasis komoditi lokal seperti misalnya dengan membangun sentra produksi atsiri di Kecamatan Lunang.

Kemudian juga bakal membangun sentra pengolahan gambir di Kecamatan Batang Kapas, mengingat daerah berjuluk negeri 'Sejuta Pesona' itu merupakan salah satu produsen gambir terbesar di Ranah Minang, setelah Kabupaten 50 kota.

mengoptimalkan pemanfaatan Rice Milling Unit (RMU) dan lemari pendingin ikan yang ada guna mengolah kelimpahan potensi ikan gabah lokal, sehingga nilai tukar petani pada sub-sektor perikanan dan tanaman pangan menjadi meningkat.

"Sejak 2021 kami terus menggencarkan program bantuan dan peremajaan RMU dan penyediaan lemari pendingin ikan. Sebagian besarnya melalui skema APBN," terang bupati.

Selama ini daerah dan masyarakat Pesisir Selatan belum terlalu menikmati hasil dari penambahan nilai dari potensi besar sektor primer yang dimiliki seperti pertanian dan perikanan, karena mayoritas produksinya dijual dalam bentuk bahan mentah.

Sementara sadar atau tidak daerah tak bisa bergantung terlalu lama dengan nilai atau hasil produksi dari sisi hulu semata, karena secara alamiah bakal mengalami penurunan akibat desakan pembangunan dan adanya pertambahan penduduk.

Karena itu menurut bupati konsep hilirisasi dan industrialisasi atau keterpaduan antara peningkatan hasil produksi budi daya dan pemberian nilai tambah harus dijadikan sebagai arus utama pengembangan perekonomian daerah.

Sejalan dengan itu pemerintah kabupaten pun melakukan upaya pemangkasan biaya produksi dengan cara menyediakan serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi seperti jalan dan jembatan.

Dengan demikian biaya distribusi menjadi relatif lebih murah, sehingga produk yang dihasilkan petani maupun pelaku usaha dapat lebih berdaya saing di pasaran dengan produk sejenis yang datang dari berbagai daerah.

"Jadi, tidak terjadi lagi ekonomi biaya tinggi di daerah. Kemudian menjamin ketersediaan sumber air untuk tanaman pangan, akses ke sentra produksi dan menjaga keberlanjutan produksi dari sisi hulu," tutur bupati.

Bahkan pemerintah kabupaten ulas bupati kini telah menetapkan sejumlah kecamatan sebagai basis kegiatan industri, sesuai dengan potensi masing-masing seperti misalnya pengolahan ikan di Kecamatan Sutera dan Koto XI Tarusan.

Industri pengolahan berbasis kelapa sawit dan jagung di Kecamatan Silaut, Lunang, Airpura dan Pancung Soal, Basa Ampek Balai Tapan, Ranah Ampek Hulu Tapan dan Kecamatan Ranah Pesisir.

"Skalanya mulai dari rumah tangga atau mikro kecil dan menengah hingga yang berskala besar dengan memanfaatkan teknologi canggih," sebut bupati.