"Layanan program PLN Cinta yang kami tawarkan dan sosialisasikan kepada pelaku kilang tebu. Sudah ada yang masuk permohonan. Kini sedang dalam proses," kata Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bukittinggi Zulhamdi di Matur, pada 15 Maret 2023.
Menurut dia, sangat membantu bagi pelaku industri kilang tebu apabila kesempatan program PLN Cinta ini diambil, karena tanpa bunga dan uang muka, apalagi agunan.
Persyaratannya, kata dia, tidak ribet hanya cukup mengajukan permohonan ke Unit Layanan Pelanggan (ULP) Koto Tuo. Setelah diproses dan mendapat persetujuan, tinggal bayar cicilan bersamaan dengan membayar tagihan listrik bulanan.
Kebutuhan daya listrik untuk satu unit industri kilang tebu seperti yang sudah menerapkan sebesar 3300VA. Melalui program PLN Cinta tersebut tentu tidak membebani konsumen industri untuk pemasangan.
Menurut dia, hitungan bisnis bila menggunakan uang cash tentu jadi pertimbangan, mungkin lebih dipilih untuk diputarkan jadi tambahan modal.
Berbeda dengan penyambungan bagi rumah tangga, tambahnya, memang lebih memilih bayar cash karena biaya dibutuhkan tidak terlalu besar.
Dalam kesempatan itu, Manager ULP Koto Tuo Hilmy menyampaikan, pihaknya melihat efektivitas peralihan tersebut, PLN gencar melakukan sosialisasi Electrifying Agriculture kepada masyarakat khususnya para pelaku usaha di sektor pertanian.
Sebab, sudah terbukti dampaknya oleh pelaku usaha di sektor pertanian tebu dalam penggantian mesin Kilang Tebu berbasis diesel ke mesin berbasis listrik tersebut.
"Banyak keuntungan bagi industri kilang tebu kalau pakai mesin berbasis listrik, di antaranya efesiensi biaya operasional, tanpa bising, dan tidak menghasilkan limbah,"ujarnya.
Sementara itu, pemilik industri kilang tebu yang salah satunya penerima bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN Syafri Jamal menuturkan banyak keuntungan sejak beralih menggunakan mesin berbasis listrik.
“Alhamdulillah, sampai Maret 2023 kelompok usaha kami sudah memiliki kemajuan yang sangat bagus, kelompok tani Inovatif Tebu Serumpun kini hemat biaya operasional hingga 60 persen,” ujarnya.
Sebelumnya, jelas dia, saat mesin diesel, kilang tebu harus membeli BBM solar rata-rata Rp350 ribu setiap produksi satu ton tebu, namun setelah beralih ke mesin berbasis listrik hanya membeli token sekitar Rp90 ribu sampai Rp100 ribu setiap produksi satu ton tebu tersebut.
"Kami berterima kasih kepada pihak PLN memberi bantuan. Kami juga mengajak pelaku industri tebu di Lawang, Matur ini beralih ke mesin berbasis listrik. Karena sangat menguntungkan dibandingkan menggunakan diesel BBM,"ajak Syafri.
Dalam kesempatan itu, Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Sumbar Yenti Elfina yang memimpin rombongan mediatrip, menyampaikan program TJSL electrifying agriculture di Matur hanya untuk tiga pilot project.
Sebab, ada keterbatasan pembiayaan juga bagi PLN, dan apalagi jumlah industri kilang tebu di Agam begitu banyak, jelas tidak akan sanggup bila melalui bantuan TJSL PLN.
Sebab, bila dihitung biaya pemasangan listrik pintar di satu industri kilang tebu sekitar Rp25-33 juta, plus pembelian mesin elektro motor dan kelengkapan lainnya, ujarnya.
"Namun, pihaknya memberikan jalan salah satunya melalui program PLN cicilan tanpa bunga untuk pemasangan. Dan bisa menghubungkan pelaku industri kilang tebu dengan lembaga keuangan, selama kelompok taninya mau,"katanya.
Sebelumnya secara terpisah General Manager PLN UID Sumatera Barat Eric Rossi Priyo Nugroho, menjelaskan program PLN CINTA merupakan wujud komitmen PLN untuk memberikan keringanan biaya bagi pelanggan maupun calon pelanggan yang ingin menggunakan listrik dengan nyaman dan lebih leluasa.
“Program CINTA dapat dinikmati mulai dari 14 Februari 2023 hingga 31 Desember 2023 khusus untuk calon pelanggan dan pelanggan PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Barat. Harapan kami dengan layanan khusus ini masyarakat Sumbar bisa lebih leluasa menggunakan listrik sekaligus memaksimalkan pemanfaatannya,” ungkap Eric. *