BKSDA tak temukan keberadaan Harimau usai enam hari lakukan penanganan

id Agam,Sumbar,Pasaman Barat

BKSDA tak temukan keberadaan Harimau usai enam hari lakukan penanganan

Penanganan konflik di kawasan kebun di Pasaman Barat. ari (ANTARA/ Ari Yusrizal)

Lubukbasung (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat tidak menemukan lagi tanda-tanda keberadaan satwa harimau sumatera (panthera tigris sumatera) di dua lokasi konflik di Pasaman Barat setelah enam hari melakukan penanganan konflik manusia dengan satwa.

"Kami tidak menemukan lagi tanda keberadaan harimau berupa jejak kaki, cakaran, kotoran dan tanda lainnya," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Pasaman, Rusdiyan P Ritonga di Lubukbasung, Minggu.

Ia mengatakan, petugas dari KSDA Pasaman dan KSDA Agam melakukan penanganan konflik di dua lokasi itu semenjak enam hari mulai pada 18-24 Januari 2022.

Petugas melakukan wawancara dengan saksi mata, melihat keberadaan jejak dan penelusuran di lokasi harimau muncul saat operator alat berat sedang memperbaiki jalan di perkebunan Pasaman Marama Sejahtera (PMS) yang sudah beralih kepemilikan di Jorong Situak, Nagari Situak Ujung Gading, Kecamatan Lembah Malintang.

Hal serupa juga dilakukan di lokasi konflik kedua yang berada di PT Bakrie Pasaman Plantations di Nagari Sungai Aur, Kecamatan Sungai Aur.

Setelah itu, dilakukan penelusuran di kedua lokasi perkebunan tersebut dan melakukan penghalauan dengan cara bunyi-bunyian pada waktu tertentu siang dan malam hari.

"Kita tidak menemukan lagi tanda keberadaan satwa tersebut, sehingga penanganan konflik untuk sementara dihentikan dan kemungkinan harimau sudah berada di habitat harimau," katanya.

Ia mengakui, konflik manusia dan satwa dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya itu terjadi salah satunya disebabkan oleh pakan yang mudah didapat berupa babi hutan berkurang setelah ada kematian secara massal yang diduga akibat virus babi Afrika.

Selain itu, harimau sudah biasa bertemu dengan manusia, akibat manusia sering melakukan aktivitas ke hutan dan berlalu lalang di daerah itu.

Ke depan, ia meningkatkan patroli di daerah tersebut dan akan mendidik masyarakat cara hidup berdampingan dengan satwa, karena masyarakat sudah terbiasa hidup berdampingan dengan harimau sejak dulu.

"Aktivitas masyarakat cukup banyak di sekitar hutan dan bahkan mereka ketemu dengan harimau," katanya.