Hasil survei Fisip Unand: Warga Sumbar memiliki modal sosial kuat hadapi COVID-19

id solidaritas sosial warga sumbar, modal sosial, berita padang, berita sumbar, covid-19,berita sumbar,sumbar terkini,Unand,universitas andalas,Survei Fi

Hasil survei Fisip Unand: Warga Sumbar memiliki modal sosial kuat hadapi COVID-19

Grafik solidaritas sosial warga Sumbar berdasarkan survei FISIP Unand. (Antara/FISIP Unand)

Padang, (ANTARA) - Hasil survei yang dilakukan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas (Unand) Padang mengungkap warga Sumatera Barat memiliki modal sosial yang kuat dalam menghadapi Corona Virus Disease (COVID-19).

Survei menunjukkan solidaritas sosial warga Sumbar menggembirakan, terlihat dari kesukarelaan sosial masyarakat bersedia membantu masyarakat lain yang terdampak COVID-19 dalam bentuk materi cukup tinggi mencapai 46,4 persen," kata Koordinator Tim Tanggap Darurat COVID-19 FISIP Unand Dr Aidinil Zetra di Padang, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu dalam Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Sumatera Barat pada masa PSBB bekerja sama dengan Balitbang Sumbar.

Menurut dia dari 1.010 responden sebanyak 28,3 persen warga Sumbar bersedia membantu warga lainnya yang terdampak COVID-19 dalam bentuk tenaga.

Kemudian sebanyak 56 persen warga bersedia membantu dalam bentuk sumbangan pikiran, informasi dan nasihat.

Bahkan ada 5,6 persen warga yang siap menyediakan tempat untuk isolasi bagi warga yang terdampak COVID-19.

Namun ada sejumlah kecil warga yaitu 0,7 persen yang tidak bersedia membantu dengan alasan itu adalah tugas pemerintah tetapi ini jumlahnya amat kecil, ujarnya.

Ia menilai ini adalah modal sosial yang harus dikembangkan agar COVID-19 ini bisa dilawan bersama-sama dengan solidaritas sosial yang dimiliki.

"Caranya adalah dengan mengoptimalkan fungsi posko COVID-19 yang ada di lingkungan terendah guna mengakomodasi modal sosial dan solidaritas sosial warga untuk membantu mereka yang terdampak," katanya.

Jadi warga yang memiliki kelebihan ekonomi bisa menyalurkan bantuan lewat posko kemudian diserahkan kepada warga lain yang terdampak.

Ia menyatakan COVID-19 tidak bisa dilawan dengan hanya mengandalkan sumber daya yang ada di pemerintah.

"Kita perlu bersama-sama dengan semua pemangku kepentingan, pemimpin formal dan pemimpin informal bekerja sama membangun solidaritas dan mengembangkan modal sosial yang dimiliki untuk saling membantu, ujarnya.

Jika ingin masyarakat tetap berada di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran maka mari optimalkan posko tanggap darurat COVID-19 di lingkungan terendah.

Sebab jika hal itu tidak dicegah akan lebih banyak masyarakat yang terinfeksi sementara daya tampung fasilitas kesehatan yang tersedia tidak mencukupi, katanya lagi. (*)