Starup Pendidikan Brainly di Krakow bantu anak Indonesia mengenal budaya
London, (ANTARA) - Starup pendidikan Brainly di Krakow, Polandia sangat membantu bagi anak-anak Indonesia untuk mengetahui dan mengenal budaya di negara tersebut.
"Brainly ini sangat membantu banget buat aku. Aku jadi mengerti gara-gara brainly. Jadi kalau mau nanya pertanyaan bisa ke brainly aja deh. Makasih Brainly," ujar Jus Warni, salah satu siswa yang melayangkan surat kepada Brainly.
Polandia merupakan negara yang belum begitu populer di Indonesia. Hanya sedikit ikon Polandia yang dikenal seperti Robert Lewandowski, ibu kota Warsawa, atau pemenang nobel Lech Waesa. Segelintir orang mungkin mengetahui ada kota bernama Krakow, atau disebut Poznan, atau Wrocaw.
Meski demikian, perkembangan dunia startup ternyata dapat menghubungkan kota kecil di Polandia tadi dengan seluruh siswa di Indonesia
Brainly merupakan startup pendidikan terbesar di Indonesia dengan jumlah pengguna mencapai 28 juta siswa setiap bulannya, ujar Dimas Mukhlas Widiantoro, penanggung jawab Brainly untuk Indonesia kepada Antara London saat ditemui di kantor pusat Brainly di Zablocie 43A lantai lima di kota Krokow baru-baru ini.
Dimas Mukhlas Widiantoro, yang biasa disapa Dimas ini bergabung dengan Brainly pada tahun 2013 untuk mengembangkan pasar Brainly di Indonesia.
Bersama dengan pasar lain seperti India, Amerika Serikat, dan Filipina. Hingga saat ini Brainly melayani 35 negara dengan 12 bahasa yang berbeda, ujar pria kelahiran Yogyakarta 36 tahun lalu.
Sarjana S1 Ilmu Komputer UGM, itu mengatakan pengguna Brainly di seluruh dunia saat ini mencapai 150 juta siswa.
Brainly yang didirikan tahun 2009 di Kraków Polandia oleh Micha Borkowski (saat ini menjabat sebagai CEO), Tomasz Kraus and ukasz Haluch. Pada awal pengembangannya Brainly memiliki satu juta pengguna setelah enam bulan diluncurkan.
Setelah itu Brainly mengembangkan pasarnya ke Rusia, menyusul kemudian Amerika Latin, Turki, dan Brazil. Saat ini Brainly memiliki tiga kantor pusat, yaitu Krakow, New York, dan Barcelona.
Dimas mengakui Polandia merupakan negara yang belum begitu populer di Indonesia, begitupun kota Krakow, atau disebut Poznan, atau Wrocaw, padahal perkembangan dunia startup dapat menghubungkan kota kecil di Polandia tadi dengan seluruh siswa di Indonesia, ujar putra pasangan Prof. Darmadi dan Ayuk Satyanti Sri Rahayu.
Pada awal pengembangannya Brainly memiliki 1 juta pengguna setelah enam bulan diluncurkan. Brainly mengembangkan pasarnya ke Rusia, menyusul Amerika Latin, Turki, dan Brazil.
Dimas menceritakan latar belakang dan pengembangan Brainly berawal dari pengalaman pendirinya saat duduk di bangku sekolah. Kesulitan dalam pelajaran sekolah dan manfaat bertanya dengan teman membuat ia mengerti kekuatan dari sebuah grup belajar.
Saat ini akses yang luas untuk menanyakan pertanyaan dan memastikan jawaban yang diberikan adalah tepat dan sudah diverifikasi oleh ahli merupakan kunci kekuatan Brainly, ujar Dimas, yang meraih Master in Management Strategic, Univ Agder Norwegia dan PhD in Macro economic, Krakow University of Economics (on-going)
Menurut Dimas, Brainly menggabungkan kekuatan belajar kelompok bersama antar siswa dengan sistem gamifikasi yang menyenangkan. Setiap pertanyaan diajukan, pengguna harus mengorbankan poin yang dimiliki. Kemudian untuk mendapatkan poin tambahan siswa diminta menjawab pertanyaan dari rekan lainnya.
Dikatakannya jumlah pelajaran di Brainly ada 25 subyek mulai dari Bahasa Indonesia, Matematika, Fisika, Kimia, hingga persiapan ujian masuk Universitas.
Untuk tim Indonesia, tim Brainly dipimpin Dimas Mukhlas Widiantoro semenjak tahun 2013. Pada tahun 2015 bergabung Paris Turnip yang bertanggung jawab di bidang manajemen konten. Kemudian pada awal tahun 2017, posisi nya digantikan Sheila Nurfajrina Rahkman. Paris kembali ke tanah air, namun tetap mensupport Brainly paruh waktu, ujarnya.
Pada akhir tahun 2017 bergabung gadis manis Tysha Alya Lukman yang memiliki pengalaman luas di berbagai startup seperti Singapura, Kanada, Australia, dan Amerika Serikat untuk memastikan sinergi konten dan komunitas terorganisir dengan handal.
Ketiga remaja Indonesia, Dimas dan dibantu Sheila Nurfajrina Rahkman serta Tysha Alya Lukman yang jauh dari tanah air dari sanak keluarga mengatakan, Brainly juga memiliki komunitas yang sangat kuat.
Dengan jumlah moderator dan para ahli di bidang pelajaran tertentu hingga 300 orang lebih dan Brainly memastikan setiap konten yang ada mayoritas sudah diperiksa oleh moderator dan para ahli.
Diakuinya jaminan keamanan bahwa Brainly merupakan tempat belajar yang aman dan nyaman untuk siswa. menjadi prioritas komunitas Brainly.
Komunitas Brainly di tanah air dipimpin Zuhrawati Latif semenjak tahun 2014 yang bekerja dari Makassar, Indonesia.
Selain website Brainly, komunikasi Brainly diperkuat melalui akun sosial media seperti Instagram (@brainlyid), blog (blog.brainly.co.id) dan grup brainly.co.id di Facebook.
Melalui akun-akun media sosial tersebut Brainly mengumumkan program khusus yang akan dan sedang berlangsung di komunitas Brainly, ujar Dimas yang pernah bekerja menjadi researcher di Norwegia sambil nyambi jadi tukang cuci piring pada musim panas.
Selain itu secara rutin menulis artikel di blog dengan topik yang sedang populer di kalangan komunitas. “Kami berharap dengan peran sosial media tersebut kami dapat menstimulasi budaya membaca serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan pengguna Brainly,” ujar Dimas yang diaminkan Sheila dan Tysha.
Mereka melihat pengguna Brainly tidak hanya berasal dari kota-kota besar. Dari data yang ada menunjukkan Brainly juga aktif digunakan di wilayah yang jauh dari Jawa seperti di Provinsi Papua Barat, Sabang, dan Merauke.
CEO Brainly selalu menekankan tidak banyak siswa yang pintar dalam segala hal, namun tiap siswa pasti ahli dan pintar dalam satu hal. Oleh karena itu Brainly memfasilitasi keunggulan siswa dalam berbagi dan belajar bersama.
Sedangkan untuk Dimas sendiri, Brainly selalu dipercaya sebagai solusi untuk mengurangi ketimpangan pendidikan dari satu pulau dengan pulau lain, khususnya pulau Jawa dan sekitarnya. “Alhamdulilah setelah enam tahun dari awal diluncurkan cita cita tersebut makin terealisasi," ujarnya.
Menurut Sheila, yang menjadi Market Manager di Brainly, suka duka bekerja di Brainly adalah tinggal jauh dari tanah air dan sanak saudara. Apalagi apabila musim dingin tiba, rasanya kangen terhadap sinar matahari Indonesia, cita rasa makanan Indonesia, dan keceriaan sanak saudara.
Meski demikian rasa bangga bahwa dapat ikut berkontribusi terhadap pendidikan membuat mereka tetap merasa ikatan dengan negara Indonesia. Ditambah komunitas warga Indonesia di Krakow makin banyak.
Setiap bulan mereka berkumpul mengadakan arisan bersama.
Suka duka bekerja di Polandia juga harus menyesuaikan dengan kultur yang ada. Interaksi sehari-hari sangat membutuhkan kemampuan berbahasa Polandia, yang terkenal sebagai salah satu bahasa tersulit untuk dipelajari. Bertahun-tahun orang Indonesia mempelajari bahasa Polandia hingga menguasai betul agar bisa lebih mudah dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami berharap untuk bisa mendapatkan hubungan lebih dekat dengan Pemerintah khususnya dengan Kementerian Pendidikan dan Instansi terkait,” ujar Dimas Founder of TESSY.ID yaiti Alat pendeteksi plagiat yang digunakan oleh UGM dan Kemenristek-Dikti.
Jauh dari keluarga adalah tantangan terberat bersekolah dan bekerja di luar negeri, ujar ujar Sheila Nurfajrina, gadis kelahiran Pontianak dari pasangan Kol.Inf.Yogi Gunawan dan Armadiah.
Diakuinya jauh dari tanah air juga berarti kontak dengan pemerintah cukup jauh dan update info tidak bisa langsung dari sumbernya, ujar Sheila yang tengah menyelesaikan S2 Architektura i Urbanistyka, Master in Architecture and Urban Planning.
Menurut Tysha, kendala terberat justru ada di bahasa. Studi yang diambil kebetulan hanya dibuka dalam bahasa Polandia, sehingga tahun pertama dihabiskan untuk belajar bahasa.
Hingga saat ini ia masih merasa bahwa bahasa Polandia termasuk bahasa yang paling sulit untuk dikuasai. Kebanyakan fasilitas publik seperti rumah sakit, kantor pemerintahan, bahkan loket tiket transportasi umum akan lebih sigap melayani jika mahir berbahasa Polandia.
Orang Polandia adalah bangsa di Eropa yang memiliki adat ketimuran. Contoh kecilnya, ketika masuk rumah tetap diharuskan membuka sepatu demi kesopanan. Begitu juga ketika bertamu, akan dijamu dengan berbagai makanan.
“Bagi saya kehangatan orang Polandia kurang lebih sama dengan Indonesia. Begitu kita kenal baik dengan mereka, mereka akan memperlakukan kita selayaknya keluarga," ujar Tysha.
Sementara itu Zuhrawati Latif yang akrab disapa Zuhh adalah Community Manager 2016 di Indonesia mengatakan karena kerjanya remote, jadi rasanya kurang bisa cepat berkembang terhadap tools baru dan kadang kurang update tentang perkembangan dan situasi kantor pusat.
Perbedaan bahasa dan waktu yang selisih 6-7 jam juga menjadi tantangan yang tidak mudah, apalagi di awal-awal masih sambil kuliah, ujar Zuhh yang meraih gelar S1 Kesmas 2015 di Unhas
Selain itu tantangan dihadapi adalah karena menangani komunitas kebanyakan adalah anak sekolah, yang perlu sekali diawasi dalam melakukan moderasi (mengecek benar tidaknya jawaban) agar tidak merugikan pengguna.
Brainly adalah pengalaman pertama di dunia kerja dan sangat menyenangkan bertemu dengan karyawan Brainly yang friendly dari banyak negara, menggunakan tools baru sehingga setiap hari di Brainly adalah belajar.
Hal menarik lainnya adalah bekerja sama dengan banyak siswa dan tenaga pendidik di Indonesia, dan yang juga sangat menarik tentu pengalaman bisa trip ke Eropa, demikian Zuhh apalagi banyak review dari penguna Brainly yang umumnya anak-anak sekolah dari berbagai latar belakang dan berbagai daerah. (*)
"Brainly ini sangat membantu banget buat aku. Aku jadi mengerti gara-gara brainly. Jadi kalau mau nanya pertanyaan bisa ke brainly aja deh. Makasih Brainly," ujar Jus Warni, salah satu siswa yang melayangkan surat kepada Brainly.
Polandia merupakan negara yang belum begitu populer di Indonesia. Hanya sedikit ikon Polandia yang dikenal seperti Robert Lewandowski, ibu kota Warsawa, atau pemenang nobel Lech Waesa. Segelintir orang mungkin mengetahui ada kota bernama Krakow, atau disebut Poznan, atau Wrocaw.
Meski demikian, perkembangan dunia startup ternyata dapat menghubungkan kota kecil di Polandia tadi dengan seluruh siswa di Indonesia
Brainly merupakan startup pendidikan terbesar di Indonesia dengan jumlah pengguna mencapai 28 juta siswa setiap bulannya, ujar Dimas Mukhlas Widiantoro, penanggung jawab Brainly untuk Indonesia kepada Antara London saat ditemui di kantor pusat Brainly di Zablocie 43A lantai lima di kota Krokow baru-baru ini.
Dimas Mukhlas Widiantoro, yang biasa disapa Dimas ini bergabung dengan Brainly pada tahun 2013 untuk mengembangkan pasar Brainly di Indonesia.
Bersama dengan pasar lain seperti India, Amerika Serikat, dan Filipina. Hingga saat ini Brainly melayani 35 negara dengan 12 bahasa yang berbeda, ujar pria kelahiran Yogyakarta 36 tahun lalu.
Sarjana S1 Ilmu Komputer UGM, itu mengatakan pengguna Brainly di seluruh dunia saat ini mencapai 150 juta siswa.
Brainly yang didirikan tahun 2009 di Kraków Polandia oleh Micha Borkowski (saat ini menjabat sebagai CEO), Tomasz Kraus and ukasz Haluch. Pada awal pengembangannya Brainly memiliki satu juta pengguna setelah enam bulan diluncurkan.
Setelah itu Brainly mengembangkan pasarnya ke Rusia, menyusul kemudian Amerika Latin, Turki, dan Brazil. Saat ini Brainly memiliki tiga kantor pusat, yaitu Krakow, New York, dan Barcelona.
Dimas mengakui Polandia merupakan negara yang belum begitu populer di Indonesia, begitupun kota Krakow, atau disebut Poznan, atau Wrocaw, padahal perkembangan dunia startup dapat menghubungkan kota kecil di Polandia tadi dengan seluruh siswa di Indonesia, ujar putra pasangan Prof. Darmadi dan Ayuk Satyanti Sri Rahayu.
Pada awal pengembangannya Brainly memiliki 1 juta pengguna setelah enam bulan diluncurkan. Brainly mengembangkan pasarnya ke Rusia, menyusul Amerika Latin, Turki, dan Brazil.
Dimas menceritakan latar belakang dan pengembangan Brainly berawal dari pengalaman pendirinya saat duduk di bangku sekolah. Kesulitan dalam pelajaran sekolah dan manfaat bertanya dengan teman membuat ia mengerti kekuatan dari sebuah grup belajar.
Saat ini akses yang luas untuk menanyakan pertanyaan dan memastikan jawaban yang diberikan adalah tepat dan sudah diverifikasi oleh ahli merupakan kunci kekuatan Brainly, ujar Dimas, yang meraih Master in Management Strategic, Univ Agder Norwegia dan PhD in Macro economic, Krakow University of Economics (on-going)
Menurut Dimas, Brainly menggabungkan kekuatan belajar kelompok bersama antar siswa dengan sistem gamifikasi yang menyenangkan. Setiap pertanyaan diajukan, pengguna harus mengorbankan poin yang dimiliki. Kemudian untuk mendapatkan poin tambahan siswa diminta menjawab pertanyaan dari rekan lainnya.
Dikatakannya jumlah pelajaran di Brainly ada 25 subyek mulai dari Bahasa Indonesia, Matematika, Fisika, Kimia, hingga persiapan ujian masuk Universitas.
Untuk tim Indonesia, tim Brainly dipimpin Dimas Mukhlas Widiantoro semenjak tahun 2013. Pada tahun 2015 bergabung Paris Turnip yang bertanggung jawab di bidang manajemen konten. Kemudian pada awal tahun 2017, posisi nya digantikan Sheila Nurfajrina Rahkman. Paris kembali ke tanah air, namun tetap mensupport Brainly paruh waktu, ujarnya.
Pada akhir tahun 2017 bergabung gadis manis Tysha Alya Lukman yang memiliki pengalaman luas di berbagai startup seperti Singapura, Kanada, Australia, dan Amerika Serikat untuk memastikan sinergi konten dan komunitas terorganisir dengan handal.
Ketiga remaja Indonesia, Dimas dan dibantu Sheila Nurfajrina Rahkman serta Tysha Alya Lukman yang jauh dari tanah air dari sanak keluarga mengatakan, Brainly juga memiliki komunitas yang sangat kuat.
Dengan jumlah moderator dan para ahli di bidang pelajaran tertentu hingga 300 orang lebih dan Brainly memastikan setiap konten yang ada mayoritas sudah diperiksa oleh moderator dan para ahli.
Diakuinya jaminan keamanan bahwa Brainly merupakan tempat belajar yang aman dan nyaman untuk siswa. menjadi prioritas komunitas Brainly.
Komunitas Brainly di tanah air dipimpin Zuhrawati Latif semenjak tahun 2014 yang bekerja dari Makassar, Indonesia.
Selain website Brainly, komunikasi Brainly diperkuat melalui akun sosial media seperti Instagram (@brainlyid), blog (blog.brainly.co.id) dan grup brainly.co.id di Facebook.
Melalui akun-akun media sosial tersebut Brainly mengumumkan program khusus yang akan dan sedang berlangsung di komunitas Brainly, ujar Dimas yang pernah bekerja menjadi researcher di Norwegia sambil nyambi jadi tukang cuci piring pada musim panas.
Selain itu secara rutin menulis artikel di blog dengan topik yang sedang populer di kalangan komunitas. “Kami berharap dengan peran sosial media tersebut kami dapat menstimulasi budaya membaca serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan pengguna Brainly,” ujar Dimas yang diaminkan Sheila dan Tysha.
Mereka melihat pengguna Brainly tidak hanya berasal dari kota-kota besar. Dari data yang ada menunjukkan Brainly juga aktif digunakan di wilayah yang jauh dari Jawa seperti di Provinsi Papua Barat, Sabang, dan Merauke.
CEO Brainly selalu menekankan tidak banyak siswa yang pintar dalam segala hal, namun tiap siswa pasti ahli dan pintar dalam satu hal. Oleh karena itu Brainly memfasilitasi keunggulan siswa dalam berbagi dan belajar bersama.
Sedangkan untuk Dimas sendiri, Brainly selalu dipercaya sebagai solusi untuk mengurangi ketimpangan pendidikan dari satu pulau dengan pulau lain, khususnya pulau Jawa dan sekitarnya. “Alhamdulilah setelah enam tahun dari awal diluncurkan cita cita tersebut makin terealisasi," ujarnya.
Menurut Sheila, yang menjadi Market Manager di Brainly, suka duka bekerja di Brainly adalah tinggal jauh dari tanah air dan sanak saudara. Apalagi apabila musim dingin tiba, rasanya kangen terhadap sinar matahari Indonesia, cita rasa makanan Indonesia, dan keceriaan sanak saudara.
Meski demikian rasa bangga bahwa dapat ikut berkontribusi terhadap pendidikan membuat mereka tetap merasa ikatan dengan negara Indonesia. Ditambah komunitas warga Indonesia di Krakow makin banyak.
Setiap bulan mereka berkumpul mengadakan arisan bersama.
Suka duka bekerja di Polandia juga harus menyesuaikan dengan kultur yang ada. Interaksi sehari-hari sangat membutuhkan kemampuan berbahasa Polandia, yang terkenal sebagai salah satu bahasa tersulit untuk dipelajari. Bertahun-tahun orang Indonesia mempelajari bahasa Polandia hingga menguasai betul agar bisa lebih mudah dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami berharap untuk bisa mendapatkan hubungan lebih dekat dengan Pemerintah khususnya dengan Kementerian Pendidikan dan Instansi terkait,” ujar Dimas Founder of TESSY.ID yaiti Alat pendeteksi plagiat yang digunakan oleh UGM dan Kemenristek-Dikti.
Jauh dari keluarga adalah tantangan terberat bersekolah dan bekerja di luar negeri, ujar ujar Sheila Nurfajrina, gadis kelahiran Pontianak dari pasangan Kol.Inf.Yogi Gunawan dan Armadiah.
Diakuinya jauh dari tanah air juga berarti kontak dengan pemerintah cukup jauh dan update info tidak bisa langsung dari sumbernya, ujar Sheila yang tengah menyelesaikan S2 Architektura i Urbanistyka, Master in Architecture and Urban Planning.
Menurut Tysha, kendala terberat justru ada di bahasa. Studi yang diambil kebetulan hanya dibuka dalam bahasa Polandia, sehingga tahun pertama dihabiskan untuk belajar bahasa.
Hingga saat ini ia masih merasa bahwa bahasa Polandia termasuk bahasa yang paling sulit untuk dikuasai. Kebanyakan fasilitas publik seperti rumah sakit, kantor pemerintahan, bahkan loket tiket transportasi umum akan lebih sigap melayani jika mahir berbahasa Polandia.
Orang Polandia adalah bangsa di Eropa yang memiliki adat ketimuran. Contoh kecilnya, ketika masuk rumah tetap diharuskan membuka sepatu demi kesopanan. Begitu juga ketika bertamu, akan dijamu dengan berbagai makanan.
“Bagi saya kehangatan orang Polandia kurang lebih sama dengan Indonesia. Begitu kita kenal baik dengan mereka, mereka akan memperlakukan kita selayaknya keluarga," ujar Tysha.
Sementara itu Zuhrawati Latif yang akrab disapa Zuhh adalah Community Manager 2016 di Indonesia mengatakan karena kerjanya remote, jadi rasanya kurang bisa cepat berkembang terhadap tools baru dan kadang kurang update tentang perkembangan dan situasi kantor pusat.
Perbedaan bahasa dan waktu yang selisih 6-7 jam juga menjadi tantangan yang tidak mudah, apalagi di awal-awal masih sambil kuliah, ujar Zuhh yang meraih gelar S1 Kesmas 2015 di Unhas
Selain itu tantangan dihadapi adalah karena menangani komunitas kebanyakan adalah anak sekolah, yang perlu sekali diawasi dalam melakukan moderasi (mengecek benar tidaknya jawaban) agar tidak merugikan pengguna.
Brainly adalah pengalaman pertama di dunia kerja dan sangat menyenangkan bertemu dengan karyawan Brainly yang friendly dari banyak negara, menggunakan tools baru sehingga setiap hari di Brainly adalah belajar.
Hal menarik lainnya adalah bekerja sama dengan banyak siswa dan tenaga pendidik di Indonesia, dan yang juga sangat menarik tentu pengalaman bisa trip ke Eropa, demikian Zuhh apalagi banyak review dari penguna Brainly yang umumnya anak-anak sekolah dari berbagai latar belakang dan berbagai daerah. (*)