Peraih emas World Deaf Championships ingin rasakan smes AnthonyGinting

id Ilyas Rachman, world deaf championships 2019, tiga emas, Anthony Ginting

Peraih emas World Deaf Championships ingin rasakan smes AnthonyGinting

Atlet peraih tiga emas ajang World Deaf Championships 2019, Ilyas Rachman, (tengah) berpose dengan kedua orang tuanya di kawasan Karawang, Jawa Barat, usai tiba di Indonesia dari Taiwan, Rabu (24/7/2019). (ANTARA/Andi Firdaus)

Jakarta (ANTARA) - Pebulu tangkis tuna rungu peraih tiga emas World Deaf Badminton Championships 2019, Ilyas Rachman, berharap ingin merasakan smes dari pemain nasional Anthony Ginting di lapangan.

"Anthony Ginting punya postur tubuh dan teknik bermain yang bagus. Saya berharap bisa merasakan main badminton dengan Anthony Ginting, merasakan langsung smash-annya di lapangan," kata Ilyas yang diterjemahkan melalui bahasa isyarat oleh sang ibu, Andriany Trilestary.

Pernyataan itu disampaikan Ilyas saat bertemu Antara di kawasan Karawang, Jawa Barat, Rabu siang, usai kembali ke Indonesia dari World Deaf Badminton Championships 2019 Taiwan.

Anthony Ginting menjadi sosok idola dari pria yang lahir pada 14 Mei 2001 silam itu. Rangkaian prestasi Ginting di berbagai arena kejuaraan dunia menginspirasi Ilyas untuk terus belajar teknik bermain bulu tangkis.

Andriany mengungkapkan putra kedua dari dua bersaudara itu dikenal sebagai sosok yang gigih dalam memperjuangkan cita-cita menjadi atlet bulu tangkis nasional di tengah keterbatasan indera pendengaran dan sulit untuk berbicara.

"Bertemu musuh, justru membuat saya lebih bersemangat. Kalau tidak pernah bertemu, malah ingin tahu trik mereka," kata Ilyas.

Andriany menyebut tidak kurang dari 80 koleksi medali kini dimiliki Ilyas dari berbagai kejuaraan tingkat provinsi, nasional, maupun mancanegara.

Selain mengoleksi tiga emas kejuaraan dunia nomor tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran di Taiwan, Ilyas juga menyabet emas dan perak pada ajang Asia Pacific Badminton Championships Kualalumpur 2018.

Bakat bermain bulu tangkis yang diturunkan dari sang nenek yang telah wafat, Sukarni (72), perlahan disadari keluarga dengan memberikan peluang meniti karir sebagai atlet sejak kelas 5 SD.

"Sudah gonta ganti tiga pelatih sampai sekarang. Ilyas selalu menentukan sendiri siapa pelatihnya. Bahkan terkadang, komunikasi dengan pelatih dijalin Ilyas tanpa sepengetahuan saya maupun bapaknya," katanya.

Koleksi medali yang kini dimiliki pelajar kelas 3 SMK 2 Malang, Jawa Timur, itu justru terkumpul dari kompetisi umum Djarum Sirkuit Nasional yang rutin digelar di berbagai daerah setiap tahun.

"Sirkuit Nasional setahun bisa sepuluh kali penyelenggaraan di berbagai daerah. Putra saya ini rutin mengikuti kejuaraan tersebut menghadapi atlet normal yang seusianya," ujar ayah Ilyas, Heryawan.

Setiap kejuaraan, kata Heryawan, selalu menjadi bekal pembelajaran bagi Ilyas untuk tampil lebih baik di masa depan.

Selain mengidolakan Ginting, Ilyas juga menggemari sosok mantan atlet bulu tangkis Indonesia yang melegenda, Taufik Hidayat, hingga akhirnya Ilyas masuk sebagai atlet binaan di Taufik Hidayat Arena, Ciracas, Jakarta Timur sejak 2018.