Cari bibit unggul dari sekolah, ini program Kemendikbud
Jakarta, (Antaranews Sumbar)- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2017 meluncurkan kompetisi sepak bola yang diperuntukkan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni Gala Siswa Indonesia (GSI).
Program tersebut tidak hanya diperuntukkan sebagai bagian dari Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), tetapi juga bagian dari pencarian atlet muda di Tanah Air.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi mengaku yakin dengan adanya kompetisi itu, maka akan memunculkan pemain-pemain sepak bola yang brilian.
"Melalui kompetisi ini, kita menyiapkan anak-anak kita menjadi atlet yang brilian," kata Muhadjir.
Gala Siswa Indonesia merupakan wadah bagi siswa yang memiliki bakat dan potensi di bidang olahraga sepak bola, khususnya jenjang SMP. Namun, ke depan secara bertahap akan ada Gala Siswa Indonesia untuk jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah atas (SMA).
Dengan adanya kompetisi itu, maka dapat diketahui bibit unggul pemain sepakbola sejak dari tingkat SMP. Sehingga pembinaannya lebih intensif dan ketika masuk ke jenjang SMA sudah bisa dideteksi jika anak tersebut memiliki bakat di bidang sepakbola.
Muhadjir menargetkan dari program itu bisa menghasilkan paling tidak 100 bibit unggul pesepakbola muda yang kemudian akan dibina menjadi atlet profesional.
Mendikbud mengaku serius ingin mengembangkan bakat siswa di bidang olahraga. Bahkan dia juga meminta ada rapor khusus yang memantau perkembangan karakter siswa di bidang olahraga.
"Saya minta, yang memiliki bakat untuk betul-betul dicatat, karena akan kita bina secara serius," cetus dia.
Ajang bergengsi ini bekerja sama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam memberi ruang bagi siswa, guru, orang tua, sekolah, komunitas sepak bola, suporter sepak bola, dan pemangku kepentingan lainnya untuk bersama-sama memajukan persepakbolaan Indonesia.
Muhadjir menjelaskan kompetisi itu diselenggarakan secara berjenjang dan berkesinambungan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan nasional.Tidak hanya itu, para pemain berbakat dalam GSI itu akan dipersiapkan untuk ajang kompetisi sepak bola tingkat internasional.
"Jadi ketika ada rekrutmen pemain profesional, maka kita sudah punya daftar siapa yang memiliki bakat spesial di bidang itu."
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu yakin bahwa ke depan, sepakbola akan mewarnai kemajuan bangsa. Melalui sepakbola pula, maka pendidikan karakter dapat ditamamkan.
Mendikbud berpesan kepada para siswa SMP yang menjadi atlet Gala Siswa Indonesia agar mereka dapat menjaga sportivitas selama bertanding sebagai bagian dari Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Melalui sepak bola sebagai salah satu aktivitas olahraga, GSI diharapkan dapat menumbuhkan karakter positif, antara lain disiplin, kerja keras, gotong royong, dan bekerja dalam tim.
Pendidikan Karakter
Sepakbola dinilai menjadi media yang lengkap untuk pendidikan karakter karena ada talenta, keterampilan, sportivitas, kerja sama tim, menghargai lawan dan teman, adu taktik , memadukan otot dan otak, serta membutuhkan konsentrasi penuh.
"Biar otaknya bagus, cerdas, taktiknya bagus, tapi kalau talenta rendah maka dia juga tidak akan bagus. Begitu juga sebaliknya , jika dia tidak memiliki otak yang baik, maka dia sulit meramu strategi. Jadi sepakbola ini merupakan media yang sempurna untuk pendidikan karakter," jelas Mendikbud pula.
GSI diikuti 10.761 sekolah dengan jumlah siswa per tim sebanyak 18 orang. Ajang itu mencakup 3.718 pertandingan di tingkat kecamatan dan 433 pertandingan di tingkat kabupaten/kota.
Kementerian bekerja sama dengan pemerintah Jerman melalui Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (ZIS) dalam kegiatan sepak bola untuk pembinaan karakter di Indonesia, yang meliputi program pelatihan guru olahraga untuk mendukung pendidikan karakter.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pembinaan SMP, Supriano, mengatakan GSI merupakan permintaan Presiden Joko Widodo dalam merevitalisasi persepakbolaan di Indonesia.
Dalam upaya revitalisasi persepakbolaan itu, Kemendikbud memiliki dua tugas, yakni melakukan pelatihan para guru Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), dan mendorong persepakbolaan hidup kembali mulai dari bawah secara terstruktur.
Pelaksanaan final GSI 2018, akan diselenggarakan di bulan Oktober bertempat di Gelora Bung Karno, Jakarta. Untuk tingkat nasional, hadiah total mencapai Rp5 miliar.
"Juara nasional akan dikirimkan ke kompetisi tingkat internasional, yang akan diselenggarakan di Inggris, Jerman dan Singapura," papar Supriano.
Model PPK tidak mengharuskan siswa untuk terus menerus belajar di kelas. Namun mendorong agar siswa dapat menumbuh kembangkan karakter positifnya melalui berbagai kegiatan ko-kurikuler, ekstrakurikuler dalam pembinaan guru. Salah satunya melalui kegiatan olahraga. Ke depan, dia berharap tidak hanya pada tingkat SMP tetapi juga di semua tingkatan pendidikan.
Tak hanya melalui GSI, Mendikbud berpesan agar sekolah turut terlibat dalam melahirkan para atlet. Salah satu caranya adalah melalui Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang diharapkan menjadi salah satu cara untuk melahirkan atlet tangguh dan berkualitas.
Para siswa yang bertanding pada tingkat nasional tersebut, merupakan para juara yang mewakili provinsinya masing-masing. Para juara O2SN tersebut, kemudian akan mewakili Indonesia pada tingkat internasional.
Kemendikbud juga bekerja sama dengan KONI melalui berbagai program-program, sehingga semakin banyak tercipta atlet muda yang memiliki prestasi cemerlang. Dengan demikian, diharapkan akan semakin banyak atlet-atlet berprestasi yang berawal dari sekolah.
"Para atlet muda ini yang kemudian akan menjadi wakil Indonesia dalam berbagai ajang kejuaran internasional, seperti pada Asian Games 2018 yang berlangsung pada di Jakarta dan Palembang," harap Mendikbud.
Program tersebut tidak hanya diperuntukkan sebagai bagian dari Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), tetapi juga bagian dari pencarian atlet muda di Tanah Air.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi mengaku yakin dengan adanya kompetisi itu, maka akan memunculkan pemain-pemain sepak bola yang brilian.
"Melalui kompetisi ini, kita menyiapkan anak-anak kita menjadi atlet yang brilian," kata Muhadjir.
Gala Siswa Indonesia merupakan wadah bagi siswa yang memiliki bakat dan potensi di bidang olahraga sepak bola, khususnya jenjang SMP. Namun, ke depan secara bertahap akan ada Gala Siswa Indonesia untuk jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah atas (SMA).
Dengan adanya kompetisi itu, maka dapat diketahui bibit unggul pemain sepakbola sejak dari tingkat SMP. Sehingga pembinaannya lebih intensif dan ketika masuk ke jenjang SMA sudah bisa dideteksi jika anak tersebut memiliki bakat di bidang sepakbola.
Muhadjir menargetkan dari program itu bisa menghasilkan paling tidak 100 bibit unggul pesepakbola muda yang kemudian akan dibina menjadi atlet profesional.
Mendikbud mengaku serius ingin mengembangkan bakat siswa di bidang olahraga. Bahkan dia juga meminta ada rapor khusus yang memantau perkembangan karakter siswa di bidang olahraga.
"Saya minta, yang memiliki bakat untuk betul-betul dicatat, karena akan kita bina secara serius," cetus dia.
Ajang bergengsi ini bekerja sama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam memberi ruang bagi siswa, guru, orang tua, sekolah, komunitas sepak bola, suporter sepak bola, dan pemangku kepentingan lainnya untuk bersama-sama memajukan persepakbolaan Indonesia.
Muhadjir menjelaskan kompetisi itu diselenggarakan secara berjenjang dan berkesinambungan mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan nasional.Tidak hanya itu, para pemain berbakat dalam GSI itu akan dipersiapkan untuk ajang kompetisi sepak bola tingkat internasional.
"Jadi ketika ada rekrutmen pemain profesional, maka kita sudah punya daftar siapa yang memiliki bakat spesial di bidang itu."
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu yakin bahwa ke depan, sepakbola akan mewarnai kemajuan bangsa. Melalui sepakbola pula, maka pendidikan karakter dapat ditamamkan.
Mendikbud berpesan kepada para siswa SMP yang menjadi atlet Gala Siswa Indonesia agar mereka dapat menjaga sportivitas selama bertanding sebagai bagian dari Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Melalui sepak bola sebagai salah satu aktivitas olahraga, GSI diharapkan dapat menumbuhkan karakter positif, antara lain disiplin, kerja keras, gotong royong, dan bekerja dalam tim.
Pendidikan Karakter
Sepakbola dinilai menjadi media yang lengkap untuk pendidikan karakter karena ada talenta, keterampilan, sportivitas, kerja sama tim, menghargai lawan dan teman, adu taktik , memadukan otot dan otak, serta membutuhkan konsentrasi penuh.
"Biar otaknya bagus, cerdas, taktiknya bagus, tapi kalau talenta rendah maka dia juga tidak akan bagus. Begitu juga sebaliknya , jika dia tidak memiliki otak yang baik, maka dia sulit meramu strategi. Jadi sepakbola ini merupakan media yang sempurna untuk pendidikan karakter," jelas Mendikbud pula.
GSI diikuti 10.761 sekolah dengan jumlah siswa per tim sebanyak 18 orang. Ajang itu mencakup 3.718 pertandingan di tingkat kecamatan dan 433 pertandingan di tingkat kabupaten/kota.
Kementerian bekerja sama dengan pemerintah Jerman melalui Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (ZIS) dalam kegiatan sepak bola untuk pembinaan karakter di Indonesia, yang meliputi program pelatihan guru olahraga untuk mendukung pendidikan karakter.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pembinaan SMP, Supriano, mengatakan GSI merupakan permintaan Presiden Joko Widodo dalam merevitalisasi persepakbolaan di Indonesia.
Dalam upaya revitalisasi persepakbolaan itu, Kemendikbud memiliki dua tugas, yakni melakukan pelatihan para guru Pendidikan, Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), dan mendorong persepakbolaan hidup kembali mulai dari bawah secara terstruktur.
Pelaksanaan final GSI 2018, akan diselenggarakan di bulan Oktober bertempat di Gelora Bung Karno, Jakarta. Untuk tingkat nasional, hadiah total mencapai Rp5 miliar.
"Juara nasional akan dikirimkan ke kompetisi tingkat internasional, yang akan diselenggarakan di Inggris, Jerman dan Singapura," papar Supriano.
Model PPK tidak mengharuskan siswa untuk terus menerus belajar di kelas. Namun mendorong agar siswa dapat menumbuh kembangkan karakter positifnya melalui berbagai kegiatan ko-kurikuler, ekstrakurikuler dalam pembinaan guru. Salah satunya melalui kegiatan olahraga. Ke depan, dia berharap tidak hanya pada tingkat SMP tetapi juga di semua tingkatan pendidikan.
Tak hanya melalui GSI, Mendikbud berpesan agar sekolah turut terlibat dalam melahirkan para atlet. Salah satu caranya adalah melalui Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang diharapkan menjadi salah satu cara untuk melahirkan atlet tangguh dan berkualitas.
Para siswa yang bertanding pada tingkat nasional tersebut, merupakan para juara yang mewakili provinsinya masing-masing. Para juara O2SN tersebut, kemudian akan mewakili Indonesia pada tingkat internasional.
Kemendikbud juga bekerja sama dengan KONI melalui berbagai program-program, sehingga semakin banyak tercipta atlet muda yang memiliki prestasi cemerlang. Dengan demikian, diharapkan akan semakin banyak atlet-atlet berprestasi yang berawal dari sekolah.
"Para atlet muda ini yang kemudian akan menjadi wakil Indonesia dalam berbagai ajang kejuaran internasional, seperti pada Asian Games 2018 yang berlangsung pada di Jakarta dan Palembang," harap Mendikbud.