Bagindo Dahlan Abdoellah Sosok Pejuang dari Ranah Minang

id Bagindo Dahlan Abdoellah

Bagindo Dahlan Abdoellah Sosok Pejuang dari Ranah Minang

Sebuah momen saat-saat pelantikan Bagindo Dahlan Abdoellah (tengah) menjadi Duta Republik Indonesia Serikat di Bagdad (Maret 1950).

Padang, (Antara) - Lahir di Pasia Pariaman pada 15 Juli 1895, Bagindo Dahlan Abdoellah merupakan putra Pariaman aset nasional. Selama lebih kurang 11 tahun ia berada di rantau Eropa, tepatnya di Belanda, untuk belajar dan memperjuangkan bangsa dan tanah airnya.

Selama berada di Belanda (Den Haag dan Leiden), Dahlan Abdoellah aktif dalam berbagai kegiatan, baik akademik maupun sosial dan politik, untuk kemajuan bangsa dan negara.

Beliau adalah aktivis Perhimpoenan Hindia (De Indische Vereeniging) yang terkemuka dan vokal. Dalam berbagai kesempatan (seminar, diskusi, dll.) beliau selalu mengkritik Belanda yang menjajah Indonesia. Hal itu dilakukannya setelah tamat belajar di Den Haag, sambil terus menambah pengetahuannya di Universitas Leiden.

Pada 1924 Dahlan Abdoellah kembali ke Indonesia setelah naik haji ke Mekah dan menyelesaikan tugasnya sebagai asisten dosen untuk pengajaran Bahasa Melayu di Leiden. Di tanah air, ia aktif di berbagai bidang, antara lain sebagai guru, aktivis sosial, dan di bidang politik. Untuk mewujudkan cita-cita politiknya, beliau berafiliasi dengan partai Parindra. Di zaman Jepang, Bagindo Dahlan Abdoellah menjabat sebagai Tokubetu Huku Sitjoo (Wakil Khusus Balikota Jakarta).

Ketika Belanda melakukan agresi militer, menyusul diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, Bagindo Dahlan Abdoellah ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Beliau dan keluarganya terus bertahan dalam keadaan kekurangan.

Dahlan Abdoellah kemudian dilantik oleh Presiden Soekarno di Istana Negara menjadi Duta Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk Kerajaan Irak dan Trans Yordania (termasuk Lebanon dan Syiria) pada 8 April 1950 yang berdudukan di Baghdad. Namun, Allah memanggilnya ketika sedang bertugas di Baghdad. Beliau wafat di ibukota Irak itu pada 12 Mei 1950. Jenazahnya dimakamkan di kota itu, dalam kompleks pemakaman Syekh Abdul Kadir Jailani. Persemayaman terakhir Bagindo Dahlan Abdoellah merupakan simbol abadi hubungan erat antara kedua negara Irak dan Indonesia.

Sementara staf pengajar Leiden University Belanda Dr Suryadi saat ini sedang menyiapkan biografi lengkap tentang perjalanan hidup Bagindo Dahlan Abdoellah. Semoga dengan buku itu, riwayat hidup dan sumbangsih beliau untuk bangsa dan tanah airnya dapat diabadikan dan selalu diingat oleh generasi yang akan datang.

Sebelumnya nama Bagindo Dahlan Abdoellah telah dibadikan menjadi sebuah jalan di Pariaman, kota kelahiran beliau. Hal ini dapat diwujudkan setelah Pemerintah dan DPRD Kota Pariaman dapat diyakinkan mengenai kepahlawanannya berkat penelusuran ilmiah yang ekstensif tentang riwayat hidup dan sumbangsih almarhum kepada bangsa dan negara tercinta Indonesia. *