Mimpi di Kepala
Masalah kemiskinan sepertinya sudah menjadi masalah klasik di dunia. Pemberantasan kemiskinan pun dimasukkan dalam urutan pertama dari delapan agenda milenium development goals (MDG''s) 1990 - 2015.
Bank dunia sendiri telah meyimpulkan 60 % penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Hl ini didasarkan pada paradigma baru pembangunan yang bersifat "people-centred, participatory, enpowering, and sustainable" (chambers,1995)
Dompet Dhuafa lahir pada range pemerintah mencanangkan program besar 25 tahunan dengan goal besar pemberantasan kemiskinan. Kelahiran Dompet Dhuafa pun terbukti memberi nuansa baru bagi penanganan kemiskinan di Indonesia.
Menginjak usia 20 tahun masa pengabdiannya Dompet Dhuafa terus tumbuh menjadi bagian dari solusi permasalahan sosial dan kedhuafaan. Logo lembaga yang awalnya berbentuk pancing bermaksud menstimulus perubahan kualitas hidup pada masyarakat.
Model-model pemberdayaan merupakan pancingan agar masyarakat turut aktif untuk bergerak bersama demi menciptakan perubahan itu sendiri. Karena jika diberikan bantuan mentah saja tanpa mengubah pola pikir maka bantuan bisa jadi sia-sia. Tidak berkelanjutan.
Usaha tersebut tentu membutuhkan campur tangan dari semua pihak. Dana zakat, infak, sedekah, wakaf, CSR dan dana-dana kemanusiaan lainnya dari para donatur perlahan mampu menjadi solusi bagi masalah pendidikan, ekonomi, kebencanaan dalam dan luar negeri, buruh migran, dakwah di pedalaman, dakwah luar negeri dan berbagai problematika lainnya.
Mimpi-mimpi tentang kontribusi semakin panjang daftarnya. Usia 20 tahun keberadaannya, Dompet Dhuafa mulai mencita-citakan tersebarnya Islam ke seluruh penjuru bumi. Menjadikan Islam petunjuk penuh manusia dalam meniti hidup.
Bukanlah hal yang mudah, namun keyakinan akan kejayaan Islam di masa yang akan datang dan dukungan masyarakat menjadi ruh bagi pergerakan amil dan semua kru di lembaga ini.
Mimpi tersebarnya Islam menjadi agama rahmatan lil alamin bukanlah mimpi belaka. Samalah kiranya seperti ketika Dompet Dhuafa bermimpi dapat memberikan pelayanan Rumah sakit tanpa kasir sekian tahun silam. Kini mimpi itu terwujud masyarakat miskin tak lagi pusing kalau sakit, di RST mereka akan mendapatkan pelayanan yang maksimal meski tak punya uang sepeser pun.
Tugas penuh kami adalah mengisi setiap langkah dengan kerja nyata, setapak demi setapak, terorganisir dengan baik sehingga lebih efektif menggapai mimpi-mimpi besar itu. Terentasnya kaum dhuafa dengan ZISWaf dan tegaknya kalimatullah di seluruh penjuru dunia. (*)