Padang, (Antara) - Marsiti Sapojai (39), seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Kepulauan mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) yang diduga menjadi korban perdagangan manusia (trafficking) di Brunei Darussalam berhasil kabur dari rumah majikan karena sering disiksa dan tidak diberi gaji.
"Ia (Marsiti, red) sekarang sudah berada di Kedutaan Besar Republik Indomesia (Kedubes RI) di Bandar Seribegawan, Brunei. Kami berharap Ia segera dipulangkan," ungkap Matius Lajo, salah seorang kerabat korban di Padang, Kamis (15/5).
Ia menjelaskan kabar tersebut diperolehnya langsung dari Marsiti yang dihubunginya melalui pada Sabtu (10/5). Ia kabur dengan cara dibantu oleh rekannya sesama pembantu rumah tangga yang berasal dari Jawa Tengah (Jateng).
Marsiti merupakan satu dari empat orang warga Kepulauan Mentawai, Sumbar yang diduga menjadi korban perdagangan manusia sejak awal Januari 2014 di Brunei Darussalam. Mereka mencoba bekerja ke luar negeri melalui jasa salah seorang pria bernama Datuak.
Lanjo menceritakan, selama Marsiti bekerja di rumah majikannya di Brunei, ia sering mendapat perlakukan kasar dengan cara dipukul. Ia juga sering di sekap di ruangan gelap dan tidak diberi makan.
"Gajinya juga tidak dibayar karena menurut majikannya langsung diserahkan kepada orang yang membawanya ke Brunei (Datuak, red)," jelasnya.
Ia mengatakan Marsiti berhasil kabur setelah dibantu wanita asal Jateng yang juga menjadi pembantu rumah tangga di rumah majikannya itu. "Mereka bersebelahan kamar, tetapi masih bisa berkomunikasi. Di situlah temannya itu memberi tahu cara keluar dari rumah majikannya, dan akhirnya dia dijemput petugas Kedubes RI yang telah dihubungi temannya tadi," jelasnya.
Pihak keluarga berharap, pemerintah daerah (Pemda) dapat segera memproses pemulangan Marsiti. "Kalau informasi yang saya peroleh dari Kedubes RI proses pemulangan menunggu kebijakan Pemda di Mentawai," katanya.
Kepala Keselamatan Bangsa dab Politik (Kesbangpol) dan Perlindunga Masyarakat (Linmas) Kepulauan Mentawai, Halomoan Pardede membenarkan saat ini Marsiti sudah berada di Kedubes RI Bandar Sribegawan, Brunei Darussalam dan mendapat perlindungan dari Direktorat Kementrian Luar Negeri.
"Keadaannnya baik-baik saja. ia mengaku memang sempat dipukul tapi bekas lukanya sudah hilang," katanya.
Selain Marsiti, juga terdapat TKI lain yang juga diduga menjadi korban perdagangan manusia di negara tersebut yakni Lidya Samaranggure (37), Susakkerei, Silvia Sarah, dan Yasmin.
"Kabar terakhir yang kami peroleh, Lidya masih bekerja di tempat majikannya. Kalau yang dua lagi belum diketahui," kata Halomoan. (*/WIJ)