Padang (ANTARA) - Sejauh mata memandang hamparan pematang sawah di Nagari (Desa) Tanjung Barulak, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar mulai menghijau. Namun, jangan beranggapan hijaunya pematang merupakan padi berusia muda yang tumbuh subur di lahan pada ketinggian 600 meter diatas permukaan laut (Mdpl).

Hamparan hijau tersebut justru berisi gulma setinggi 30 sentimeter yang mulai memenuhi lahan persawahan milik masyarakat setempat. Sebab, lebih 9 bulan lamanya hamparan sawah seluas lebih kurang 800 hektar di nagari tersebut tidak dapat olah petani karena ketiadaan air.

Foto udara area sawah tadah hujan di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). Sepanjang tahun 2025, area sawah tadah hujan dengan luas 800 hektar di daerah itu baru satu kali melakukan penanaman padi dampak sulitnya air. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari) Foto udara area sawah tadah hujan di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). Sepanjang tahun 2025, area sawah tadah hujan dengan luas 800 hektar di daerah itu baru satu kali melakukan penanaman padi dampak sulitnya air. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)

Ketiadaan irigasi yang memadai hingga aliran sungai terdekat yang harus menembus tingginya gugusan bukit barisan, membuat sawah tadah hujan itu hanya bisa ditanami padi paling tidak satu kali dalam setahun. Itu Pun dapat dilakukan masyarakat jika di tahun tersebut hujan turun di kawasan itu, hingga ratusan hektar sawah tadah hujan tersebut dapat terairi.

Namun kini, secercah harapan masyarakat untuk bisa melakukan penanaman padi 2 hingga 3 kali dalam setahun tanpa rasa khawatir tidak tersedianya air untuk mengairi lahan persawahan warga mulai datang ke masyarakat di nagari itu.

 

Seorang teknisi tengah memeriksa panel surya yang menjadi sumber tenaga dari prototipe mesin pompa air irigasi di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Barat berencana memasang PLTS dengan daya 100 hingga 150 KVA agar mampu memompa air 150 hingga 200 liter per detik sejauh tiga kilometer dengan elevasi 206 meter. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari) Seorang teknisi melakukan pengecekan rutin instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk prototipe mesin pompa air irigasi di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Barat berencana memasang PLTS dengan daya 100 hingga 150 KVA agar mampu memompa air 150 hingga 200 liter per detik sejauh tiga kilometer dengan elevasi 206 meter. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)

Pasalnya sebuah pompa air dengan debit 150 hingga 200 liter per detik, yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berdaya 100 hingga 150 KVA, tengah disiapkan PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Barat untuk dipasang pada sebuah aliran sungai yang berjarak dua kilometer ke dalam lembah bukit barisan itu.

Seorang teknisi meninjau ketinggian debit air pada aliran sungai di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). Hasil riset lapangan yang dilakukan tim PLN, sungai terdekat dari itu memiliki debit air sekitar 4.000 liter per detik yang sangat mencukupi untuk kebutuhan pompanisasi irigasi seluas 800 hektar. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari) Seorang teknisi menjelaskan cara kerja prototipe mesin pompa air irigasi bertenaga pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Barat berencana memasang PLTS dengan daya 100 hingga 150 KVA agar mampu memompa air 150 hingga 200 liter per detik sejauh tiga kilometer dengan elevasi 206 meter. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)


Ide pengembangan pompa irigasi bertenaga PLTS tersebut muncul dari keberhasilan sebuah prototipe pompa dengan debit dua liter per detik, yang diciptakan para peneliti dari Universitas Andalas (UNAND).

Meski hanya berkapasitas dua liter per detik, namun pompa yang listriknya bersumber langsung dari PLTS itu mampu mengalirkan air sebuah lahan uji coba sejauh jarak 1 kilometer dengan elevasi 164 meter.

Teknisi tengah menarik pipa yang digunakan untuk penyaluran air ke lahan uji coba pengairan sawah di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). Pompa AC/DC dengan daya 3000 Watt dengan panel surya 550 Watt Peak (WP) sebanyak delapan unit yang mampu mengalirkan air sepanjang 1,3 kilometer pada ketinggian 164 meter. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)

General Manager PLN Unit Induk Distribusi umbar Ajrun Karim mengatakan hasil penelitian dari UNAND itulah yang coba dikembangkan pihaknya dengan peningkatan kapasitas yang lebih besar agar mampu mengairi ratusan hektar sawah di nagari itu.

Terlebih hasil kajian dan riset lapangan yang dilakukan tim PLN, aliran sungai terdekat dari Nagari Tanjuang Barulak mempunyai debit air sekitar 4.000 liter per detik.

Sementara, yang dibutuhkan hanya 150 hingga 200 liter per detik. Artinya, ketersediaan air sudah sangat mencukupi untuk mengairi sawah di desa itu.

Seorang teknisi melintas di area uji coba pengairan lahan sawah menggunakan prototipe mesin pompa air irigasi bertenaga pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). Pompa AC/DC dengan daya 3000 Watt dengan panel surya 550 Watt Peak (WP) sebanyak delapan unit yang mampu mengalirkan air sepanjang 1,3 kilometer pada ketinggian 164 meter. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)

Ajrun mengatakan langkah pompanisasi menggunakan PLTS ini merupakan solusi konkret agar petani tidak lagi bergantung pada musim hujan sehingga produksi padi di daerah itu tetap bisa terjaga.

Terlebih, PLTS yang dikembangkan tidak menggunakan baterai sebagai penyimpan daya sehingga debit air yang digunakan dapat diatur sesuai kebutuhannya. Artinya, saat cuaca cerah maupun hujan tidak turun maka pompanisasi akan membantu mengairi sawah dan saat curah hujan tinggi maka sawah masyarakat akan tetap mendapatkan air tanpa bantuan dari pompanisasi.

Petani menjaga tanaman padi dari ancaman hama burung di lahan sawah tadah hujan, Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (02/12/2025). Sepanjang tahun 2025, area sawah tadah hujan dengan luas 800 hektar di daerah itu baru satu kali melakukan penanaman padi dampak sulitnya air. (Antara/Fandi Yogari) (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)

Hal ini sesuai dengan semangat dalam mendorong swasembada pangan, sesuai program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto khususnya poin kedua tentang kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan ekonomi biru.

Kemudian poin keempat tentang pembangunan sumber daya manusia, sains, teknologi dan poin keenam pemberantasan kemiskinan. Di saat bersamaan, Pemerintah Provinsi Sumbar juga sedang menggencarkan serta secara bertahap beralih pada penggunaan energi hijau dan bersih.

Pembuatan PLTS untuk kebutuhan irigasi sawah juga sudah dilakukan di daerah Talawi, Kota Sawahlunto. Contoh baik ini akan diadopsi PLN Sumbar untuk membantu mengairi sawah masyarakat di Nagari Tanjuang Barulak, Kabupaten Tanah Datar.


Pewarta : Fandi Yogari
Editor :
Copyright © ANTARA 2025