Padang (ANTARA) - Universitas Baiturrahmah (Unbrah) kembali menegaskan komitmennya untuk memperkuat tata kelola dan menata arah pengembangan menuju kampus berakreditasi unggul melalui pelaksanaan Rapat Kerja (Raker) 2025 yang digelar pada Kamis–Jumat, 27–28 November 2025. Raker menjadi momentum refleksi sekaligus konsolidasi besar seluruh unsur pimpinan dalam menyusun agenda strategis tahun 2026.

Pagi itu, Auditorium Universitas Baiturrahmah telah dipenuhi langkah para pimpinan fakultas, lembaga, dan unit kerja. Kursi tertata rapi, layar besar menyala, dan tim teknis memastikan jalannya acara. Tidak ada seremonial yang berlebihan; hanya percakapan ringan yang menciptakan suasana hangat namun penuh keseriusan. Raker 2025 bukan sekadar agenda tahunan—ia adalah ruang menyatukan arah dan komitmen untuk langkah yang lebih terukur.

Rektor Unbrah, Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S, membuka raker dengan nada reflektif. Ia menegaskan bahwa kekuatan sebuah universitas tidak ditentukan oleh megahnya bangunan, melainkan oleh kualitas tata kelola yang menjadi fondasi setiap capaian. “Tata kelola adalah dasar dari semua pencapaian. Tanpa itu, kita hanya berjalan tanpa arah,” ujarnya.

Pernyataan itu disambut raut wajah para peserta yang memahami betul tantangan institusi pendidikan tinggi. Mereka hadir bukan sekadar sebagai pejabat struktural, tetapi sebagai bagian dari perjalanan panjang Unbrah yang terus berkembang. Para pimpinan yang sehari-hari bersinggungan dengan data, mahasiswa, anggaran, kurikulum, dan peraturan, mengetahui bahwa penyempurnaan tata kelola memerlukan ketekunan dan kesadaran kolektif.

Tema raker tahun ini, “Penguatan Tata Kelola Menuju Unbrah Unggul”, terdengar sederhana namun sarat makna. Di balik tema tersebut tersimpan ratusan persoalan yang harus dirumuskan menjadi satu arah kebijakan. Tata kelola bukan hanya dokumen, melainkan budaya kerja, cara mengukur kinerja, dan kebiasaan mengambil keputusan.

Dalam sesi paparan hari pertama, 13 program studi menampilkan laporan kinerja dan rencana pengembangan masing-masing. Beragam pendekatan ditampilkan—ada yang menyajikan grafik, foto kegiatan, hingga narasi yang ringkas. Namun benang merahnya sama: setiap prodi tengah berjuang menata kurikulum, memperbaiki pelaporan SPMI, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memastikan mahasiswa tetap menjadi pusat layanan akademik.

Lembaga di tingkat universitas turut memberikan gambaran komprehensif. LPPM memaparkan progres penelitian; LP3M menekankan revisi SPMI agar selaras standar nasional; sedangkan LPTIK menegaskan pentingnya digitalisasi terintegrasi. Mereka adalah penopang mutu yang memastikan setiap fakultas bergerak pada standar yang sama.

Unit layanan seperti BAAK, BAU, Biro Humas dan Kerjasama, serta UPT P2K2 mengisi ruang berbeda. Jika prodi berbicara tentang akademik, unit-unit ini mengisahkan bagaimana kehidupan kampus berjalan: administrasi, perawatan gedung, penyebaran informasi, hingga penguatan kerja sama institusi. Mereka adalah wajah kampus, tempat pertama mahasiswa dan tamu mendapatkan layanan.

Presentasi Wakil Rektor IV, Dr. drg. Yulia Rahmad, M.Kes, memberikan gambaran lebih luas tentang peran kerja sama dan perencanaan strategis. Ia menegaskan bahwa Unbrah tidak ingin berjalan sendiri, tetapi ingin menjadi bagian dari ekosistem akademik yang berkembang secara global melalui kemitraan strategis dan program pengembangan institusi.

Sementara itu, Ketua Panitia Raker, WR II Drs. Darman, M.Si, Akt, menekankan bahwa raker bukan sekadar forum proyeksi, tetapi sarana membaca kemampuan internal secara realistis. “Kita tidak akan berhasil jika setiap unit berjalan dalam ritmenya sendiri. Yang kita butuhkan adalah gerak serempak,” ujarnya.

Hari kedua raker berjalan dalam format diskusi komisi di Gedung I. Peserta duduk melingkar membahas isu sesuai bidang: akademik, sarana dan keuangan, kemahasiswaan, serta kerja sama dan perencanaan. Format diskusi yang intens, namun santai, memperlihatkan semangat kolaboratif antarunit.

Dalam komisi akademik, diskusi berfokus pada kurikulum responsif dan standar pembelajaran. Komisi keuangan menyoroti efisiensi anggaran. Komisi kemahasiswaan menelaah strategi pembinaan, sedangkan komisi kerja sama mempertajam arah pengembangan institusi dan pemetaan mitra strategis.

Setiap komisi kemudian kembali ke pleno membawa rumusan yang lebih matang—bukan hanya daftar kegiatan, tetapi arah strategis yang realistis dan terukur. Rancangan itu menjadi dasar penyusunan RKAU 2026, memastikan seluruh unit bergerak dalam satu peta kebijakan.

Menjelang penutupan, tidak ada gemuruh tepuk tangan panjang. Yang ada justru obrolan singkat penuh rasa lega dan optimisme. Para peserta saling berjabat tangan, mengumpulkan catatan, dan membicarakan rencana tindak lanjut di fakultas masing-masing.

Raker 2025 memang berakhir, namun pekerjaan sesungguhnya baru dimulai. Upaya menata tata kelola bukan pekerjaan dua hari, tetapi perjalanan panjang yang dibangun dari keputusan-keputusan kecil yang konsisten. Bagi Unbrah, raker ini adalah pijakan untuk bergerak dengan arah yang lebih jelas.

Kesadaran kolektif bahwa tata kelola yang kuat akan membawa Unbrah mencapai predikat unggul menjadi penutup yang tidak terucap namun terasa di seluruh ruangan.

Melalui raker ini, Unbrah menegaskan dirinya—bahwa capaian unggul bukan mimpi besar yang jauh, melainkan perjalanan yang dibangun sedikit demi sedikit, dalam kerja yang tekun, dalam koordinasi yang rapi, dan dalam komitmen yang dijaga bersama.

Unbrah mungkin belum sampai pada puncaknya. Namun langkah menuju kesana sudah dimulai—tenang, terukur, dan penuh arah.*


Pewarta : .
Editor : Miko Elfisha
Copyright © ANTARA 2025